Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Monumen Pahlawan Tak Kunjung Diremajakan, Anak Muda Salatiga Lakukan Pengumpulan Koin

23 April 2017   12:54 Diperbarui: 23 April 2017   22:00 1160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak- anak muda di Kota Salatiga yang merasa perihatin atas kondisi monumen tiga pahlawan nasional di daerahnya, Minggu (23/4) pagi menggelar aksi sosial. Selain melakukan aktifitas bersih- bersih, mereka juga menggalang kumpul koin yang akan diberikan pada pemerintah kota (Pemkot) setempat.

Aksi yang digelar anak- anak muda dari komunitas Rakyat Peduli Salatiga (RPS) dan dibantu masyarakat pejalan kaki itu, dlakukan di area lapangan Pancasila, Kota Salatiga. Di mana, di lokasi tersebut, terdapat monumen yang dibangun pemerintah setempat untuk menghormati tiga pahlawan nasional yang lahir di Salatiga.

Sembari menyiapkan kotak kardus bersegel lakban yang bagian tengahnya dilobangi, mereka menemui para pengguna jalan mau pun masyarakat yang berada di lokasi. Selain itu, ikut dibentangkan kain putih sepanjang 5 meter berisikan tanda tangan warga yang mendukung pemugaran monumen. “ Baik kotak sumbangan mau pun tanda tangan warga, rencananya Selasa (25/4) akan kami serahkan kepada Pj Walikota Salatiga,” ungkap salah satu pemuda.

Bersama warga kerja bakti di area monumen (foto: dok pri)
Bersama warga kerja bakti di area monumen (foto: dok pri)
Seperti diketahui, Kota Salatiga memiliki tiga putra daerah yang berstatus sebagai pahlawan nasional. Sosok pahlawan tersebut terdiri atas Laksamana Muda Yosaphat Sudarso, Marsekal Madya  Agustinus Adisucipto dan Brigadir Jendral (Brigjen) Sudiarto. Sebagai bentuk penghargaan serta penghormatan, tahun 1974 dibuat monumen di lapangan Pancasila yang memang lokasinya sangat strategis.

Sayang, setelah melewati perjalanan hampir 43 tahun, monumen tersebut tak mendapat perhatian pihak Pemkot. Jangankan dibangun monumen pengganti yang lebih mentereng, perawatan area monumen sendiri terabaikan. Celakanya, di halaman kantor DPRD Kota Salatiga belum lama ini berdiri lima patung kuda yang terlihat lebih eksklusif. Entah apa relevansinya dengan kepahlawanan, yang jelas patung- patung binatang itu terkesan mewah.

Kesan apatis pihak Pemkot Salatiga dalam menyikapi monumen pahlawan nasional putra daerah yang telah mengorbankan nyawanya itu, membuat anak- anak muda di Salatiga bereaksi. Sejak pk 07.00, mereka sudah berada di lokasi sembari membentangkan kain putih  bertuliskan “Dukungan warga Salatiga untuk Pembangunan Monumen Pahlawan ”. Mereka meminta para pejalan kaki mau pun pengguna jalan yang kebetulan lewat untuk memberikan dukungan melalui tanda tangan di atas selembar kain putih.

Masyarakat ikut memberikan tanda tangan dukungan (foto: dok pri)
Masyarakat ikut memberikan tanda tangan dukungan (foto: dok pri)
Dukungan Mengalir                                                           

Kehadiran anak- anak muda yang menggelar aksi ini, tak pelak mengundang simpati masyarakat yang tengah berolahraga pagi. Apa lagi setelah mengetahui akar masalahnya, mereka langsung membubuhkan tanda tangannya sembari merogoh recehan untuk dimasukkan ke dalam kotak kardus. Sementara kegiatan kumpul koin berjalan, anak- anak muda yang biasa beraktifitas sosial tersebut juga membersihkan seluruh area monumen agar tak terlihat kumuh.

Aki bersih- bersih ini, rupanya mengundang simpati warga Salatiga yang tengah berolahraga di lapangan Pancasila. Tanpa diminta, puluhan orang langsung ikut bergabung untuk memperlihatkan empatinya. Hampir 2,5  jam kegiatan yang sarat pesan moral tersebut berlangsung. Pk 09.30 seluruh aktifitas diakhiri dengan cara menghormat kepada tiga patung pahlawan nasional.

Ratusan tanda tangan dukungan tertoreh (foto: dok pri)
Ratusan tanda tangan dukungan tertoreh (foto: dok pri)
Keberadaan monumen pahlawan kelahiran Kota Salatiga belakangan memang cukup memperihatinkan, terkait hal tersebut warga yang peduli merasa perlu mendesak pemerintah setempat untuk membangun monumen sesuai perkembangan jaman. “ Ya memang kebangeten, saya ingat monument ini dibuat saat saya duduk di kelas lima SD. Eh, sekarang tiga orang anak saya sudah sarjana semua monumennya tak berubah,” kata Suwarno (56) yang mengaku sebagai warga Salatiga saat berada di lokasi.

Terkait hal tersebut, Suwarno mengapresiasi langkah anak- anak muda yang lebih menghargai jasa para pahlawannya. Dirinya berharap, monumen sarat sejarah yang lokasinya hanya sepelemparan batu dari Balaikota segera dibangun sehingga mampu menjadi ikon bagi Salatiga. “ Masak, hanya bangun monument saja tidak mampu,” tukasnya.

Panen sampah di area monumen (foto: dok pri)
Panen sampah di area monumen (foto: dok pri)
Dukungan terhadap aksi pengumpulan koin bagi pembangunan monumen pengganti, ternyata tak hanya datang dari Salatiga saja. Beberapa warga asal luar kota, siap membantu penggalangan dana. Salah satunya adalah Heru Wardoyo, ia mengaku bukan penduduk Salatiga, kendati begitu dirinya sangat mendukung. “ Saat kecil saya kerap diajak amarhum bapak jalan- jalan ke Salatiga. Kota ini membangkitkan kenangan manis masa lalu,” ungkapnya sembari menambahkan ia siap dimintai urunan (sumbangan).

Begitu pun dengan warga Salatiga di perantauan, Petrus Fajar Tri Wicaksono yang bekerja di salah satu stasiun televisi swasta nasional di Jakarta, menyatakan siap membantu pembangunan monumen  pengganti. Ia berpesan, bila ada penggalangan dana dirinya diminta dikabari agar bisa ikut andil. “ Saya dengan teman- teman asal Salatiga di Jakarta pasti akan ikut,” tukasnya.

Itulah sedikit aksi warga terkini dalam menyikapi keberadaan monumen tiga pahlawan nasional yang sudah uzur. Paska munculnya artikel tentang cara Salatiga dalam menghargai jasa pahlawannya, desakan untuk membangun monumen yang lebih representatif terus berdatangan. Lantas, bagaimana sikap pemerintah kota Salatiga ? Tunggu saja hari Selasa mendatang, pasalnya dua hari lagi aktifis RPS akan menemui Pj Walikota Achmad Rofai di kantornya. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun