![Paryoto seorang diri menjaga & merawat Stasiun (foto: dok pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/07/26/img-20160723-134016-57971b6351f9fdd34368a667.jpg?t=o&v=555)
Sedikit gambaran Stasiun Bedono saat ini, seperti galibnya sebuah stasiun penghubung, bangunannya tak begitu luas. Begitu memasuki gerbang, di sebelah kanan terdapat loket yang bentuknya belum berubah. Di seluruh penjuru ruang tunggu dilengkapi kursi kayu memanjang yang mengitari tembok tebal. Begitu pun di peron, banyak kursi kayu yang kondisinya sangat terawat.
![Pengatur sinyal , berkarat tapi bersih (foto: dok pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/07/26/img-20160723-134552-57971c525797738a0a8b4579.jpg?t=o&v=555)
Berjarak sekitar 10 meter, terlihat bangunan kecil yang berfungsi menjadi toilet. Kondisinya, seperti benda lainnya, semuanya terawat. Menurut Paryoto, kendati saat ini kereta wisata sudah tidak aktif, namun nantinya bakal dihidupkan lagi. Untuk paket wisata Ambarawa- Bedono pergi-pulang, tarifnya Rp 20 juta dengan dilengkapi dua gerbong yang mampu diisi sekitar 100 penumpang.
![Toilet jaman Belanda yang tetap bersih (foto: dok pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/07/26/img-20160723-134729-57971bbaa423bdab0a8b4568.jpg?t=o&v=555)
Itulah gambaran Stasiun Bedono sekarang ini. Kendati dibangun sejak tahun 1873, kondisi fisik bangunannya tetap kokoh berdiri. Maklum, saat dibangun, pelaksananya tak mengenal kosakata korupsi. Jadi, meski usianya sudah seabad lebih, tetapi kekokohannya mampu teruji. Sebagai penutup, keberadaan Paryoto sekali lagi layak diapresiasi. Berkat dirinyalah, stasiun itu kondisinya terlihat bersih dan sangat terawat. Dengan status karyawan harian, dedikasinya sungguh luar biasa. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI