Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menangguk Untung dari Bambu Wulung

15 Mei 2016   15:14 Diperbarui: 15 Mei 2016   16:29 2135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kursi malas seharga Rp 150 ribu (foto: dok pribadi)
Kursi malas seharga Rp 150 ribu (foto: dok pribadi)
Untuk seperangkat kursi tamu yang terbuat dari bambu wulung, Sutikno mematok harga Rp 700.000- Rp 1.000.000,  kursi bambu tutul paling murah Rp 800.000, sedang kursi makan satu set ditawarkan Rp 650.000 terdiri empat kursi dan satu meja. Mebel- mebel tersebut sudah melalui proses finishing, yang di setiap sudutnya dibalut tali rotan sehingga terlihat artistik. “ Harga- harga itu di luar ongkos kirim,” jelasnya.

Terkait dengan pasang surut bisnis bambu ini, Sutikno menegaskan bahwa usaha yang ditekuninya tak mengenal masa paceklik. Mau musim hujan mau pun kemarau, setiap hari selalu ada saja mebel yang laku. Bahkan, memasuki bulan Ramadhan, omzet yang didapat seluruh pengrajin mayoritas terdongkrak naik. Pasalnya, banyak warga yang ingin mengganti beragam mebelnya kendati kondisinya relatif masih bagus. “ Biasanya mebel yang lama diberikan pada kerabatnya, terus membeli model yang baru,” ujarnya.

Dalam pengamatan secara sekilas, mebel- mebel buatan Kali Jambe  memang kualitasnya sangat bagus. Di mana, selain penggunaan material yang cukup umur, modelnya juga beragam sehingga konsumen dihadapkan pada banyak pilihan. Memang, di tangan orang- orang yang cerdas serta mempunyai tingkat ketelatenan tinggi, bambu wulung mampu menangguk untung. Anda berminat ? Silahkan bertandang ke Purworejo, tak sulit menemukan lokasi para pengrajin. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun