Bagi warga kebanyakan, bambu wulung (berwarna hitam) tak lebih dari sekedar tanaman yang tumbuh liar di kebun. Kendati begitu, di tangan masyarakat Desa Kali Jambe, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo bambu- bambu tersebut mampu diubah menjadi beragam mebel yang mendatangkan keuntungan berlipa- lipat.
Di Kabupaten Purworejo, terdapat sentra kerajinan produk mebel yang terletak di Kecamatan Bener dan Bayan. Di wilayah Kecamatan Bener, tepatnya di desa Kali Jambe, puluhan pengrajin bambu terlihat tengah memproduksi beragam mebel di pinggir jalan raya. Selain sebagai tempat produksi, kios mau pun rumah mereka juga dijadikan showroom. Sehingga, pengguna jalan kerap mampir untuk sekedar melihat atau berbelanja.
Salah satu pengrajin yang ada di Desa Kali Jambe, yakni Sukimin (50) mengaku, dirinya 26 tahun lalu bekerja pada juragan mebel di Kecamatan Bener. Tak butuh waktu lama, tahun 1995, setelah merasa mampu memproduksi sendiri, akhirnya ia memilih menjadi pengrajin sekaligus juragan. “ Waktu itu modal saya berkisar Rp 300 an ribu, selain saya manfaatkan untuk membeli bahan baku berupa bambu wulung, juga saya belanjakan rotan sebagai pengikat,” ungkapnya.
Kendati belajar secara otodidak, namun, karena sudah kenyang makan asam garam, Sukimin mampu membuat produk mebel hanya dengan melihat sekilas contohnya. Bukan hanya dirinya, di Kecamatan Bener mau pun Bayan, terdapat ratusan orang yang bisa mengubah bambu menjadi aneka mebel bermodalkan ketelatenan. “ Kalau sekolah resmi (formal) memang tidak ada, yang ada ya magang dulu sebagai buruh sambil belajar ,” jelasnya.
Apa yang disampaikan Sukimin ternyata dibenarkan oleh Sutikno, juragan mebel bambu wulung asal Desa Kali Jambe yang mempunyai showroom di Jalan Raya Purworejo- Magelang KM 20. Sebelum mempunyai pekerja, ia bekerja di tempat orang lain sebagai buruh. Hampir lima tahunan dirinya belajar membuat beragam mebel, termasuk mengukir ornamen. Sedikit demi sedikit dikumpulkannya modal, hingga akhirnya, awal tahun 1990 an dia nekad membuka usaha sendiri.
Berbeda dengan Sukimin, Sutikno lebih banyak berinovasi. Selain mendesain sendiri, ia juga memiliki puluhan pekerja. Dirinya hanya bertugas melayani order dan memimpin pemasangan. “ Kami mempunyai produk gazebo, yang untuk pemasangannya harus saya awasi sendiri,” kata Sutikno sembari menjelaskan harga gazebo termurah mencapai Rp 4,5 juta berukuran 2 X 2 meter.
Menurutnya, mebel- mebel bambu yang ia produksi memiliki daya tahan 10- 15 tahun, tergantung pemakaiannya. Bila tidak terkena air dan sinar matahari secara langsung, maka kursi, almari mau pun ranjang buatannya bisa bertahan minimal 10 tahun. Sebab, material bambu wulung yang digunakan merupakan bambu tua yang dijamin tidak pecah oleh perubahan cuaca.
Terkait dengan pasang surut bisnis bambu ini, Sutikno menegaskan bahwa usaha yang ditekuninya tak mengenal masa paceklik. Mau musim hujan mau pun kemarau, setiap hari selalu ada saja mebel yang laku. Bahkan, memasuki bulan Ramadhan, omzet yang didapat seluruh pengrajin mayoritas terdongkrak naik. Pasalnya, banyak warga yang ingin mengganti beragam mebelnya kendati kondisinya relatif masih bagus. “ Biasanya mebel yang lama diberikan pada kerabatnya, terus membeli model yang baru,” ujarnya.
Dalam pengamatan secara sekilas, mebel- mebel buatan Kali Jambe memang kualitasnya sangat bagus. Di mana, selain penggunaan material yang cukup umur, modelnya juga beragam sehingga konsumen dihadapkan pada banyak pilihan. Memang, di tangan orang- orang yang cerdas serta mempunyai tingkat ketelatenan tinggi, bambu wulung mampu menangguk untung. Anda berminat ? Silahkan bertandang ke Purworejo, tak sulit menemukan lokasi para pengrajin. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H