Hampir mirip buku itu pun memuat ajaran Soekarno yang coba diaktualisasikan kembali oleh Hasto, terutama tentang geopolitik Soekarno. Tampaknya buku itu merupakan "pemanasan" dari buku konversi disertasinya.
Baru dua judul itu sepertinya karya buku dihasilkan Hasto Kristiyanto sebagai politikus, dosen, dan doktor dalam ilmu pertahanan. Ya, tentu lebih baik daripada sama sekali tidak menulis buku. Intelektualitas seorang politikus, apalagi seorang pendidik, sering kali diperlihatkan melalui publikasi pemikiran mendalam di dalam buku.Â
Ada momentum yang juga terkait dengan buku ketika Hasto hadir dalam peluncuran dan bedah buku Merahnya Ajaran Soekarno pada 16 Agustus 2024.Â
Hasto memuji sekaligus mengkritik buku karya Airlangga Pribadi itu. Menurut Hasto buku tersebut bukan sekadar mengupas aspek pemikiran Presiden pertama RI Sukarno, melainkan juga falsafah pembebasan yang merupakan pemikiran utama Soekarno.
Hasto berpandangan bahwa sayangnya buku itu terlambat terbit karena Presiden Jokowi tidak sempat membacanya. Itu semacam kritik halus bahwa buku itu terbit pada momentum yang sudah terlewatkan karena menjelang Jokowi lengser dari kekuasaan.Â
Omon-omon soal buku, Hasto juga mengkritik temannya dengan buku. Ia mengirimkan buku bertajuk Politik Suci karya Sabam Sirait kepada anaknya, Maruarar Sirait.
"Saya akan kirimkan buku Pak Sabam ini kepada Pak Ara sirait supaya beliau bisa melakukan perenungan," kata Hasto kepada para jurnalis di Restoran Garuda, Cikini, Jakarta Pusat, pada Ahad, 24 November 2024. Itu sebentuk kritik Hasto karena menganggap Ara sudah menyinggung unsur SARA dalam pilkada Jakarta.
Jangan begitulah Mas Hasto, telak kali kalau sudah mengkritik lewat buku, apalagi buku karya bapak sendiri.
***
Buku memang dipersiapkan selalu mendahului momentum atau pas pada saat momentum itu terjadi maka ia terbit. Karena itu, beberapa penulis harus menjaga momentum penerbitan buku agar tidak terlewat. Namun, betapa pun sebuah buku terlewat momentumnya, ia tetap bermanfaat sebagai bacaan.
Memang ada saja buku yang lepas momentum, yaitu tidak masalah kapan pun terbitnya. Buku-buku seperti itu tidak mempertimbangkan tren.