Dapatkah menuliskan perjalanan dijadikan sebagai profesi? Ya, tentu saja, apalagi jika Anda memang seorang jurnalis yang bertugas melakukan liputan ke berbagai tempat di Nusantara, bahkan dunia.
Tulisan tentang peristiwa, manusia, tempat, tradisi, dan sebagainya diperlukan sebagai konten. Anda juga dapat menjadi seorang penulis lepas spesialis catatan perjalanan. Misalnya, menjadi pengisi di majalah-majalah perjalanan miliki maskapai penerbangan. Tentu hal ini memerlukan kesiapan Anda bertualang ke mana pun.
Indonesia dalam sejarah penulisan pernah memiliki travel writer yang andal, yaitu Adinegoro dan HOK Tanzil. Adinegoro, tokoh wartawan Indonesia, melakukan lawatan jurnalistik ke beberapa negara Eropa. Ia kemudian menuliskan untuk beberapa media kala itu. Catatan perjalanan Adinegoro lalu dibukukan oleh penerbit Balai Pustaka.
Jejak tulisan perjalanan HOK Tanzil masih dapat kita baca saat ini, terutama dari buku terbitan Kompas-Gramedia.Â
Berdasarkan data Majalah National Geograhic Traveler edisi Indonesia, HOK Tanzil sudah menginjakkan kaki di 238 negara dan melintasi perbatasan sebanyak 741 kali. Data itu diperoleh dari 15 buku paspor yang ia miliki.Â
Untuk masa sekarang selain Agustinus Wibowo yang memang hobinya bertualang, ada juga Trinity. Perempuan ini mengklaim dirinya sebagai travel blogger Indonesia pertama lewat blog naked-traveler.com. Ia membukukan catatan perjalanannya pada tahun 2007 melalui seri The Naked Traveler. Buku ini terbit berjilid-jilid hingga kemudian di akhiri dengan buku The Naked Traveller 8.
Kata the naked plesetan dari kata 'nekad' dalam bahasa Indonesia. Namun, secara maknawi, tulisan perjalanan dari Trinity memang "telanjang" apa adanya dan gamblang, tanpa harus dibungkus dengan cerita  yang bagus-bagus belaka. Buku The Naked Traveller patut menjadi pegangan para travel writer profesional.
Jadi, yang namanya travel writer itu kagak ada matinye. Emang bisa seabadi itu?Â
Selama masih ada tempat di bumi yang dapat dikunjungi maka selama itu sebuah perjalanan dapat dituliskan. Profesi ini "seksi" bagi para petualang yang ingin mendapatkan sumber pendapatan dari menulis.
Jika menjadi profesi, tentu harus dituliskan secara profesional dengan berbagai sudut pandang menarik. Bumbunya, di antaranya ketegangan, kekonyolan (humor), keberanian, kenyataan, dan kebajikan-kebajikan.
***