Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Antara Menulis dan Kesehatan Mental

4 Januari 2024   08:53 Diperbarui: 5 Januari 2024   06:04 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marcus Aurelius oleh Keith Binns/Getty Images

Satu lagi kelompok pembanding yang hanya menulis berkaitan dengan khayalan atau sesuatu yang tidak relevan dengan kehidupan mereka. Kelompok pembanding ini diperlukan untuk melihat apakah menulis apa saja juga berpengaruh terhadap kesehatan.

Pennebaker dan Sandy menemukan bahwa menulis sebagai sarana pelepasan emosi negatif dapat memulihkan keadaan seseorang terkait kesehatan mental dan fisiknya. Temuan yang diungkap dari eksperimen menulis ini bahwa dalam waktu 2,5 bulan sebelum dan 5,5 bulan setelah eksperimen, menunjukkan penurunan kunjungan ke klinik kesehatan pada orang-orang yang menuliskan pengalaman mereka dengan pikiran dan perasaan terdalam hingga 50% dari rata-rata kunjungan tiap bulan.

Temuan berbeda diperoleh pada kelompok mahasiswa yang tidak menuliskan pikiran dan perasaannya secara mendalam atau
hanya berupa fakta. Demikian pula kelompok mahasiswa yang hanya menuliskan topik khayalan. Tetap ada kunjungan ke klinik kesehatan rata-rata 1,5 kali setiap bulan.

Simpulannya menulis dengan pikiran dan perasaan terdalam tentang sebuah trauma yang dialami akan menghasilkan suasana hati
yang lebih baik, pandangan yang lebih positif, dan kesehatan fisik yang lebih baik. Menulis artinya dapat berfungsi sebagai pemulihan, baik kesehatan mental maupun kesehatan fisik, bagi mereka yang mengalami gangguan. Fungsi kekebalan tubuh juga akan meningkat.

Namun, Pennebaker menegaskan bahwa jika ingin menjadikan tulisan sebagai terapi, tulisan tersebut setelah selesai harus disimpan rapat-rapat atau dimusnahkan. Jika dibagikan kepada orang lain seperti ke media sosial, malah dapat berakibat lain. 

Mari Menulis tentang dan untuk Kesehatan Mental

Artikel atau buku-buku tentang motivasi, termasuk tema self-help, telah banyak dipublikasikan. Ada yang mencibir tulisan-tulisan itu dibuat oleh mereka yang sebenarnya tidak pernah mengalami kegetiran di dalam hidupnya. 

Ngomong dan nulis sih gampang .... Faktanya lu kecebur di empang.

Walaupun begitu, ada banyak tulisan memang disusun berdasarkan pengalaman pribadi penulisnya sehingga lebih mengena dan membumi seperti Piring dengan Filosofi Teras-nya. 

Mereka yang literat lebih memercayai riset dan peran penulisnya dalam konteks yang sedang dibahas. Bukan sekadar mengutip di sana sini.

Maka dari itu, jika Anda hendak masuk ke rimba tulisan self-help dengan topik kesehatan mental, pastikan Anda memiliki amunisi yang cukup untuk "berperang" dalam gagasan, terutama pengalaman. Tawarkan gagasan yang segar meskipun bukan gagasan baru. Gagasan yang dapat diterapkan (membumi) meskipun Anda membahas soal Ellon Musk yang menyediakan jasa wisata ke luar angkasa. 

Jika Anda hendak menjadikan tulisan sebagai terapi kesehatan mental, tuliskan dari pikiran dan perasaan terdalam---tulisan ekspresif. Di sini Anda tidak perlu memperhatikan tata tulis dan tata bahasa, apalagi teknik menulis yang baik. Tulis saja untuk Anda dan hanya untuk Anda. Tidak perlu dipublikasikan karena akan menjadi bumerang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun