Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Antara Menulis dan Kesehatan Mental

4 Januari 2024   08:53 Diperbarui: 5 Januari 2024   06:04 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marcus Aurelius oleh Keith Binns/Getty Images

Ia menjadi gagasan yang dituliskan sebagai topik psikologi populer, filsafat, dan kesehatan. Sebagai penulis, Anda dapat memilih topik ini dengan sudut pandang yang lain, misalnya sudut pandang agama atau sebagai karya fiksi.

Awal tahun 2023, saya sempat berkunjung ke Kuala Lumpur, Malaysia. Saya bersua teman dari sebuah penerbit besar di sana. Sang teman meminta saya untuk dapat menghubungkannya dengan penulis buku di Indonesia. Tema yang dicari apa lagi kalau bukan kesehatan mental, tentu dengan konsep pemulihannya. Topik ini juga tengah menjadi tren di Malaysia.

Terapi Menulis sebagai Gagasan 

Artikel saya ini mengandung dua makna. Pertama seperti yang sudah saya bahas bahwa kesehatan mental atau pemulihan mental dapat dijadikan topik penulisan yang diperlukan banyak orang. Anda dapat "mendompleng" sukses Filosofi Teras dengan tulisan bernas lainnya.

Kalau kita lihat, kesuksesan Henry Manampiring juga dilatari bahwa ia melakukan riset dan menjadikan dirinya sendiri sebagai "kelinci percobaan". Hal ini yang jarang dilakukan oleh seorang penulis di Indonesia. Di sisi lain, Piring adalah orang iklan (praktisi periklanan) dan menguasai strategi komunikasi serta banyak bergelut di bidang riset perilaku konsumen. Latar pendidikan S-1-nya tidak nyambung sama sekali, Ekonomi Akuntansi.

Piring mengangkat topik yang tepat pada saat yang tepat. Tepat sebelum Indonesia dan dunia diguncang pandemi Covid-19. Maka dari itu, pas terjadi dan pasca-Covid-19, buku ini makin laku dan terus melaju.

Lalu, yang kedua ternyata memang ada hubungan antara menulis dan kesehatan mental. Artinya, menulis dapat berpengaruh sebagai terapi mental. Saya ungkapkan penelitian Pennebaker dan Sandy berikut ini yang termuat di dalam buku Opening Up by Writing it Down: How Expressive Writing Improves Health and Eases Emotional Pain karya Pennebaker dan Smyth. Saya juga menuliskannya di buku Mengubah Tangisan Menjadi Tulisan.

Sebuah eksperimen dilakukan oleh Dr. James W. Pennebaker, seorang psikolog, dibantu mahasiswanya di kelas pascasarjana, Sandy Beal. Mereka menguji sekelompok mahasiswa (46 orang) untuk menuliskan pengalaman traumatis. Para mahasiswa sukarelawan itu diimingi imbalan angka kredit. Mereka terlebih dulu dievaluasi kesehatannya berdasarkan kekerapan kunjungan ke klinik kesehatan.

Dalam sebuah taklimat, para mahasiswa itu diberi tahu akan diminta menuliskan sesuatu yang sangat pribadi. Jika mereka berkeberatan, dipersilakan untuk mundur setiap saat jika tidak ingin menuliskannya. Hanya dua orang yang kemudian diketahui tidak hadir dalam pertemuan selanjutnya.

Para mahasiswa diminta menulis selama 15 menit setiap hari dalam rentang waktu empat hari berturut-turut. Mereka menulis secara anonim (tanpa nama), tetapi memberi kode pada kertas kuesioner dan esai yang mereka buat. Bahkan, esai yang mereka buat boleh disimpan, tidak diserahkan kembali. Jadi, hasil penulisan itu bersifat sangat tertutup dan sangat rahasia.

Untuk menghindari bias eksperimen, para mahasiswa dibagi ke dalam empat kelompok. Tiga kelompok menulis terkait dengan pengalaman traumatis dengan kedalaman yang berbeda. 

Kelompok pertama hanya diminta menulis emosi yang mereka rasakan tanpa harus mengisahkan latar belakang trauma. Kelompok kedua hanya mengungkap fakta-fakta seputar trauma tanpa disertai emosi atau perasaan mereka. Kelompok ketiga menuliskan pengalaman traumatisnya berikut pikiran dan perasaannya saat terjadi peristiwa dan setelah terjadi peristiwa tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun