Ilmu penerbitan sangat terkait dengan industri penerbitan buku. Ia merupakan cabang dari ilmu komunikasi. Walaupun demikian, di Unpad program studi ini dimasukkan ke Fakultas Sastra, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan nama Program Studi Editing. Ilmu kebahasaan memang diajarkan secara lengkap dan praktis mengingat ini adalah pendidikan vokasi.
Jika menyelisik mata kuliah yang diajarkan di Program Studi Editing Unpad pada masa lalu, terlihatlah multidisplin ilmu yang dibenamkan, yaitu ilmu bahasa, ilmu komunikasi (perpustakaan dan jurnalistik), ilmu manajemen, dan ilmu grafika. Saya dapat menyebutkan beberapa mata kuliah yang boleh disebut "unik", yaitu
- Pengantar Penerbitan;
- Pengetahuan Dasar Grafika;
- Komposisi;
- Kemahiran Berbahasa;
- Integrated Practise;
- Pengantar Perpustakaan;
- Praktik Penyuntingan;
- Proses Komunikasi;
- Penjurus;
- Bibliografi;
- Peristilahan;
- Rancang Buku/Perwajahan;
- Distribusi Buku; dan
- Bahasa Surat Kabar.
Total SKS pada masa saya kuliah tahun 1991 itu sebanyak 114 SKS. Tahun 1997 Unpad membuka program ekstensi S-1 Sastra Indonesia untuk menampung lulusan Prodi D-3 Editing melanjutkan ke jenjang lebih tinggi.Â
Saya melanjutkan kuliah di ekstensi yang tersisa 42 SKS dengan beberapa mata kuliah unik juga, yaitu Praktik Penyuntingan, Wacana, Penerjemahan, Kajian Sastra, Pengelolaan Penerbitan, Dokumentasi dan Kearsipan, Apresiasi Sastra, Filsafat Seni dan Bahasa, dan Jurnalistik.
Buku atau Media Massa
Latar belakang dibukanya program studi penerbitan adalah untuk menyiapkan tenaga terdidik di bidang penerbitan yaitu penulis dan editor atau bahkan seorang desainer.Â
Jika melihat beberapa mata kuliah yang saya sampaikan, secara dominan yang diajarkan perihal penerbitan buku dan sedikit menyajikan perihal penerbitan media massa (jurnalistik).Â
Begitu pula yang terjadi pada mahasiswa Editing Unpad masa itu ketika berpraktik kerja dan bekerja. Mereka terbagi ke penerbit buku dan penerbit media massa. Namun, secara dominan ada di penerbit buku.
Sebagai informasi Prodi Editing Unpad telah ditutup pada tahun 2010. Adapun Prodi Penerbitan di PNJ telah berubah menjadi Prodi Penerbitan (Jurnalistik). Jadi, satu-satunya kampus yang mengajarkan ilmu penerbitan buku di Indonesia hanya tinggal Polimedia. Di Polimedia saat ini saya mengampu mata kuliah Dasar-Dasar Penulisan dan Pengantar Ilmu Penerbitan.
Keadaan ini tentu memprihatinkan jika mengingat sejarah panjang industri penerbitan di Indonesia yang telah ada sejak zaman kolonial Belanda. Lalu, tradisi perbukuan juga telah dimulai sejak awal tahun 1900-an.Â
Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) berdiri tahun 1950 diawali dengan 13 penerbit. Ilmu penerbitan pada saat itu masih dikuasai oleh segelintir orang. Sebut saja seperti Sutan Takdir Alisjahbana yang mengalami penggemblengan langsung dari tokoh penerbitan Belanda kala ia menjadi redaktur di Balai Pustaka. STA juga menjadi salah seorang perintis berdirinya Ikapi. Dari STA ilmu penerbitan juga diturunkan ke H.B. Jassin yang memang direkrut STA.
Sebenarnya antara penerbitan buku dan penerbitan media massa (media berkala) terdapat hubungan yang sangat erat. Hanya penerbitan media massa terbantu oleh perkembangan ilmu jurnalistik di ranah ilmu komunikasi. Adapun ilmu penerbitan buku tidak sepopuler ilmu jurnalistik. Itu mengapa sedikit sekali ahli atau pakar penerbitan buku di Indonesia.