Bersamaan dengan itu, regulasi turunan dalam bentuk peraturan menteri juga sedang digodok oleh tim Pusat Perbukuan yang terdiri atas internal Kemendikbud dan tim eksternal dari pakar dan praktisi di bidang perbukuan.Â
Sepanjang 2019, tim telah menghasilkan dua draf Permendikbud yaitu tentang Perjenjangan Buku dan tentang Standar dan Kaidah Perbukuan. Satu draf lagi yang masih dalam proses penyusunan adalah Peta Jalan Perbukuan Indonesia 2020-2024.
Perubahan organisasi tersebut ternyata tak sampai setahun. Menjelang tutup tahun tepatnya tanggal 27 Desember 2019, Presiden Jokowi kembali mengesahkan perubahan organisasi di Kemendikbud. Salah satu yang kena imbas adalah Pusat Perbukuan.Â
Lembaga perbukuan ini kembali berada di bawah naungan Balitbang Kemendikbud dengan nomenklatur baru: Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan. Hal yang mengejutkan bahwa Pusat Perbukuan kembali disatukan dengan Pusat Kurikulum menjadi Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk).
Tentu ada pertimbangan kebijakan pemerintah ini. Berdasarkan proses bisnisnya, tugas dan fungsi Puskurbuk lebih berat pada perbukuan, yaituÂ
- pengembangan dan penyusunan buku pendidikan;
- penilaian dan pengawasan buku Pendidikan;
- pengawasan buku umum;
- pembinan dan pemberdayaan pelaku perbukuan;
- pengelolaan dan pengembangan sistem informasi perbukuan; dan
- sertifikasi buku.
Buku Indonesia di Kancah Internasional
Tahun 2019 dengan disponsori oleh Bekraf dan Kemendikbud, penerbit Indonesia dapat berpameran di event-event internasional. Salah satu yang terbesar ketika Indonesia menjadi Market Focus di London Book Fair 2019.Â
Pelaksana kegiatan ini adalah Komite Buku Nasional--sebuah organisasi perbukuan nonformal yang berada di bawah naungan Sekjen Kemendikbud.Â
Indonesia juga mengikuti beberapa pameran buku di tingkat Asia dan ASEAN serta negara Eropa seperti Bologna International Children's Book Fair.Â
Kegiatan ini sedikit banyak memperkenalkan Indonesia dari sisi perbukuan dan juga digunakan sebagai media diplomasi budaya. Buku-buku Indonesia mulai banyak yang diminati penerbit-penerbit mancanegara.
Penulis Indonesia juga mulai unjuk gigi di kancah perbukuan dunia. Sebut saja setelah Andrea Hirata, ada Eka Kurniawan yang novelnya telah diterjemahkan ke beberapa bahasa.
Pasca ditiadakannya Bekraf yang dilebur ke Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, tampaknya kegiatan perbukuan di luar negeri juga akan terpengaruh pada tahun-tahun ke depan. Soalnya, tentu bakal ada prioritas pembiayaan.Â