Kata pengantar diburu karena dianggap dapat menaikkan prestise atau nilai jual sebuah buku. Salah satu tokoh yang dulu kerap menuliskan kata pengantar dan dianggap sangat bernas adalah Jalaluddin Rakhmat, Amien Rais, Nurcholish Madjid, dan Gus Dur.Â
Sewaktu menjadi direktur Penerbit MQS (MQ Corp), saya kerap dibanjiri permintaan kata pengantar Aa Gym untuk buku. Saya dan salah satu editor memenuhi permintaan tersebut "dengan menjadi Aa Gym"---tersebab tidak mungkin memenuhi semua permintaan itu langsung dari Aa Gym.
Tentu berbeda memberi kata pengantar dengan memberi testimoni atau endorsement. Kata pengantar perlu pendalaman dalam penulisannya sehingga terkadang lebih panjang dari prakata. Idealnya kata pengantar membantu memantik kegairahan pembaca membaca buku secara tuntas. Memang ada sih kata pengantar yang dibuat sekadar basa-basi.
***
Semoga tulisan ini menginsafkan pembaca bahwa berbeda antara prakata dan kata pengantar. Jika masih ada yang keliru, tentu saja dimaafkan karena memang tidak tahu. Sebagian besar dari kita memang tidak tahu. Namun, para trainer penulisan buku, guru penulis, dosen penulis, dan peneliti penulis semestinya tahu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H