Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Prakata Vs Kata Pengantar

17 Juli 2019   19:09 Diperbarui: 29 Juni 2021   22:54 7643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengetahui Prakata Vs Kata Pengantar (Sumber: Bambang Trim)

Hal ini mungkin soal "remeh" saja di dalam dunia penulisan, khususnya penulisan buku. Ada banyak kegiatan ketika saya berkesempatan memberi tahu bahwa berbeda antara prakata (preface) dan kata pengantar (foreword). Perbedaannya dari siapa yang menuliskannya.

Prakata ditulis oleh penulis sendiri sebagai halaman pembuka di dalam sebuah karya tulis. Adapun kata pengantar ditulis oleh orang lain yang bukan penulis, boleh pejabat, pakar, editor, atau bahkan orang yang mewakili penerbit. Istilah kata pengantar sendiri merujuk pada ada yang mengantarkannya. 

Siapa yang mengantarkan kita? Tentu saja orang lain.

Kekeliruan jamak terjadi ketika kata pengantar di dalam buku justru ditulis oleh si penulis buku itu sendiri. Demikian pula di dalam skripsi, tesis, dan disertasi. Buku-buku gaya penerbitan atau gaya selingkung (house style) seperti APA, MLA, dan CMS (Chicago Manual of Style) jelas membedakan pengertian antara prakata dan kata pengantar. 

Baca juga : Kata Pengantar Buku Februari Bermakna

Demikian pula yang terdapat pada buku The Australian Editing Handbook karya Elizabeth Flann dan Beryl Hill (1994: 72). Keduanya menuliskan begini.

A forewordis written by someone other than the author, often an authority in the field who commends the book to the reader or writers in support of its aims ....

Tentang prakata mereka menuliskan berikut ini.

The preface is written by the author, and may explain why or how the book came to be written or acknowledge the asistance of others in its preparation ....

Di dalam pedoman penulisan buku ilmiah seperti yang dikeluarkan oleh LIPI Press dan Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual Dikti (Pedoman Publikasi Ilmiah 2017) hal ini juga telah ditegaskan bahwa berbeda antara kata pengantar dan prakata. Namun, tidak banyak yang tahu perihal pedoman ini sehingga kekeliruan massal tetap terjadi di kalangan akademisi hingga kini.

Tentang Penulisan Prakata

Pada tanggal 16 Juli 2019, saya berkesempatan juga berbagi soal ini kepada para dosen di Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, FBS, Universitas Negeri Semarang. Saya menjadi narasumber dalam Lokakarya Penulisan Buku Ajar. 

Ada banyak hal tentang buku akademis (academic book) dan buku sains (scientific/scholarly book) yang saya ungkapkan, termasuk tentang anatomi buku. Persoalan prakata versus kata pengantar saya bahas di dalam anatomi buku.

Bahkan, para dosen itu kemudian diberi praktik menulis prakata. Dalam penilaian buku ajar/buku teks yang dilakukan Kemenristek Dikti, memang ada penilaian prakata dengan poin maksimal 5. Di dalam Panduan Publikasi Ilmiah 2017, Dikti mensyaratkan prakata harus memuat hal berikut:

  1. siapa pembaca sasaran buku;
  2. gambaran ringkas isi buku (penyebutan kuantitas bab dan judul bab);
  3. keunggulan buku (dibandingkan dengan buku sejenis yang telah terbit); dan
  4. pesan untuk pembaca.

Baca juga : Kata Pengantar Buku Blogger Milenial

Saya menambahkan di dalam prakata harus ada termuat tujuan penulisan buku (mengapa dan bagaimana). Selain itu, penulis juga dapat mengungkapkan apresiasi dan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulisan. Ucapan terima kasih boleh ditambahkan di prakata apabila penulis tidak menyediakan halaman khusus yang disebut acknowledgement atau sanwacana.

Hal yang harus dihindarkan di dalam penulisan prakata adalah penggunaan kalimat klise: Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME .... dan menggunakan kalimat paradoks dengan maksud merendah di akhir prakata: Penulis menyadari bahwa buku ini masih banyak kekurangan ....

Lha menyadari banyak kekurangan kok malah diterbitkan?

Prakata biasanya ditulis ringkas maksimal dua halaman atau dalam durasi 300-600 kata. Di akhir prakata biasanya terdapat nama kota dan tanggal saat penulis menulis prakata dan juga nama penulis.

Tentang Penulisan Kata Pengantar

Bagaimana dengan kata pengantar? Kata pengantar sering juga diistilahkan dengan kata sambutan. Biasanya kata pengantar berisi apresiasi dari si penulis terhadap pengarang/penulis buku. Karena itu, penulis kata pengantar adalah orang-orang terhormat atau dihormati oleh penulis. Sebaliknya, permintaan memberi kata pengantar adalah sebuah kehormatan.

Kata pengantar tidak boleh diedit tanpa seizin penulisnya, kecuali pengeditan yang bersifat mekanis (salah tik, salah ejaan, dan tata kalimat). Jika kata pengantar dianggap terlalu panjang, editor harus meminta izin penulisnya untuk memotong bagian yang dianggap tidak penting. 

Ada kalanya yang membuatkan kata pengantar itu editor penerbit karena yang dimohon menuliskannya merasa tidak punya waktu atau terbebani, apalagi tokoh supersibuk dan pejabat teras. Draf kata pengantar yang dibuat editor itu nantinya diserahkan untuk mendapat persetujuan.

Baca juga : Menulis Kata Pengantar untuk Buku Guru Penulis

Kata pengantar diburu karena dianggap dapat menaikkan prestise atau nilai jual sebuah buku. Salah satu tokoh yang dulu kerap menuliskan kata pengantar dan dianggap sangat bernas adalah Jalaluddin Rakhmat, Amien Rais, Nurcholish Madjid, dan Gus Dur. 

Sewaktu menjadi direktur Penerbit MQS (MQ Corp), saya kerap dibanjiri permintaan kata pengantar Aa Gym untuk buku. Saya dan salah satu editor memenuhi permintaan tersebut "dengan menjadi Aa Gym"---tersebab tidak mungkin memenuhi semua permintaan itu langsung dari Aa Gym.

Tentu berbeda memberi kata pengantar dengan memberi testimoni atau endorsement. Kata pengantar perlu pendalaman dalam penulisannya sehingga terkadang lebih panjang dari prakata. Idealnya kata pengantar membantu memantik kegairahan pembaca membaca buku secara tuntas. Memang ada sih kata pengantar yang dibuat sekadar basa-basi.

***

Semoga tulisan ini menginsafkan pembaca bahwa berbeda antara prakata dan kata pengantar. Jika masih ada yang keliru, tentu saja dimaafkan karena memang tidak tahu. Sebagian besar dari kita memang tidak tahu. Namun, para trainer penulisan buku, guru penulis, dosen penulis, dan peneliti penulis semestinya tahu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun