Tulisan ini sudah lebih dari 1.000 kata. Karena itu, saya tuntaskan saja sebagai sebuah pelecut pemikiran tentang pentingnya membukukan kisah hidup seorang sosok atau tokoh. Masih begitu banyak tokoh inspiratif di sekitar kita yang belum dibukukan kisah hidup dan kiprahnya.Â
Mungkin jika dikaitkan dengan kepentingan politik, buku faksi ini memang menjadi salah satu alat pencitraan dan peningkatan keterkenalan sosok. Begitu juga dengan kepentingan-kepentingan lain yang kadang tidak ada hubungannya dengan inspirasi contohnya perseteruan antartokoh melalui buku kisah hidup. Soal ini terjadi juga di Indonesia.
Lalu, jika dibahas lebih lanjut soal buku faksi, tulisan ini akan panjang sekali. Saya belum sarapan sejak pagi dan hanya baru menyeruput secangkir kopi. Ngomong-ngomong (atau nulis-nulis) saya pernah dengar ada seorang pakar kopi di Indonesia dan telah diakui reputasinya di dunia internasional, tetapi beliau malah belum membukukan kisahnya atau tepat belum menulis buku. Nah loh!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H