Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Menangkap Sosok dalam Tulisan

2 Oktober 2016   07:48 Diperbarui: 2 Oktober 2016   15:58 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: topleftpixel.com

Soal keluarbiasaan itu kadang menafikan bahwa sosok yang ditulis adalah harus orang yang terkenal. Jadi, orang-orang biasa pun yang membuat karya atau pekerjaan luar biasa tetap layak untuk dituliskan, bahkan dibukukan. Sosok berkebutuhan khusus (penyandang disabilitas) adalah contohnya ketika mereka mampu berdamai dengan kekurangannya, lalu menghasilkan karya atau pekerjaan luar biasa.

Sosok lain sebagai manusia dengan karya luar biasa adalah para "pahlawan di jalan sunyi". Pahlawan-pahlawan lokal itu biasanya mengerahkan tenaga, pikiran, bahkan hartanya untuk kepentingan masyarakat, tetapi mereka tidak memedulikan ekspose media. Para pahlawan di jalan sunyi ini muncul dari beragam profesi, bahkan beragam lapisan masyarakat. Para wartawan yang memburu kisah sosok atau feature sangatlah senang jika menemukan sosok pahlawan di jalan sunyi ini.

Menjadi Penulis Buku Faksi
Faktanya tidak banyak para empunya kisah alias sang tokoh yang mampu menuliskan kisah hidupnya sendiri. Alhasil, mereka memerlukan bantuan orang lain yaitu para penulis buku faksi, baik dalam posisi sebagai penulis bayangan (ghost writer) ataupun penulis pendamping (co-writer). Lalu, bagaimana menemukan para penulis buku faksi atau menjadi penulis itu sendiri?

Seperti kata William Zinsser, penulis kawakan dari Amerika, bahwa penulis pada umumnya adalah makhluk soliter. Ia senang bekerja sendiri dan tidak menginginkan banyak publikasi tentang apa yang dikerjakannya. Karena itu, jejak para penulis buku faksi pun kadang sulit ditelusuri, termasuk rahasia bagaimana mereka menulis sebuah karya.

Pakar faksi atau spesialis autobiografi-biografi yang pernah ada di Indonesia adalah Ramadhan K.H. Banyak kisah tokoh dihasilkan dari buah pikirnya. Untuk masa kini, kita mengenal Alberthiene Endah yang juga banyak menuliskan autobiografi-biografi tokoh terkenal, mulai artis, pengusaha, hingga politikus. Ada juga nama Setiawan G. Sasongko yang juga berprofesi sebagai kartunis. 

Beberapa yang lain bertebaran di Indonesia dan umumnya berprofesi sebagai wartawan. Ketika saya mengetahui beberapa orang penulis melakoni diri sebagai penulis buku faksi, saya langsung mencari buku-buku yang ditulis oleh mereka. Lalu, saya mempelajari bagaimana mereka menuliskan kisah para tokoh itu. Itulah awal saya menekuni bidang penulisan buku faksi.

Saya sendiri melakoni diri sebagai penulis faksi sejak tahun 2000. Memoar pertama yang saya buat adalah untuk dr. Hidayat, dokter militer yang pernah menjadi Direktur RSCM. Kenangan tidak terlupa ketika buku memoarnya selesai, beliau mengembuskan nafas terakhir karena operasi jantungnya gagal. 

Autobiografi selanjutnya yang saya buat adalah untuk Aa Gym dengan judul Aa Gym Apa Adanya: Sebuah Qolbugrafi. Terakhir sebuah biografi yang saya kerjakan adalah untuk seorang pengusaha Jepang bernama Yasuo Furukawa dan juga seorang pengusaha perhotelan, Bapak H.M. Rusli di Samarinda. Penulisan faksi memang kemudian menjadi warna dalam aktivitas penulisan saya sebagai writerpreneur.

Persiapan perdana yang penting sebagai penulis faksi, khususnya penulisan sosok, yang dapat saya bagi, yaitu

  • Perlunya pertemuan awal tatap muka langsung dengan tokoh atau narasumber yang hendak dituliskan dalam durasi 1-2 jam atau lebih;
  • Perlunya mengalibrasi (dalam istilah saya untuk menyesuaikan diri kita dengan diri tokoh) terkait karakter, keinginan, kebiasaan, kesenangan, ketidaksenangan, gaya bicara, dan hal penting lainnya dari tokoh sebagai perkenalan awal;
  • Perlunya bahan dasar yang sebaiknya ada, yaitu daftar riwayat hidup tokoh, tulisan di media tentang sang tokoh, dan foto-foto masa lalu hingga masa kini;
  • Perlunya membuat kronologi kisah dan tahun-tahun penting (tonggak sejarah) dalam hidup sang tokoh.

Persiapan perdana itu menjadi bahan untuk melakukan prewriting (pramenulis) yaitu mengembangkan gagasan penyajian buku, termasuk memperkirakan alokasi waktu penggarapan buku. Jelas tingkat kesulitan penulisan buku faksi ini akan berbeda-beda bergantung pada seberapa banyak orang lain (narasumber pendamping) yang harus diwawancarai, seberapa banyak tempat yang harus dikunjungi, dan seberapa banyak data primer dan sekunder harus diteliti untuk mengayakan kisah.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun