Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Candaku dan Canduku di Dunia Buku

30 September 2016   21:54 Diperbarui: 30 September 2016   22:18 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal karier sebagai penulis buku (Foto: Dok. pribadi).
Awal karier sebagai penulis buku (Foto: Dok. pribadi).
Memasuki milenium baru yaitu tahun 2000 itulah awal saya mulai berani berbagi dalam dunia penulisan dan penerbitan setelah saya menulis beberapa buku. Pada tahun itu juga saya menerbitkan buku berjudul Menggagas Buku melalui penerbitan milik sendiri bernama Bunaya Kreasi Multidimensi. Buku itu ternyata menginspirasi banyak orang, termasuk Kang Abik yang mengenali saya dari buku itu.

Saat itulah saya mendirikan Pusat Informasi dan Kajian Perbukuan (Pikbuk) yang diniatkan menjadi sebuah lembaga perbukuan independen. Bersama beberapa orang sukarelawan, kami menyelenggarakan pelatihan penerbitan pertama di sekretariat Ikapi Jabar dengan menghadirkan Ibu Sofia dan Mas Putut Widjanarko sebagai pembicara, termasuk saya yang baru belajar berbagi.

Ada satu nama yang menjadi peserta. Mungkin Anda ingat Jonriah Ukur (Jonru)? Ya, itu cerita lama sekali jauh sebelum Jonru terkenal seperti saat ini. Dunia buku yang khas kadang memang sempit. Orangnya itu-itu juga yang setelah masuk lingkaran penulisan-penerbitan, anehnya tidak mampu lepas dari situ. Namun, yang pasti terjadi akan berganti setiap generasi. Saya menjadi kloter selanjutnya yang kecemplung di dunia buku setelah ketiga dosen saya tadi.

Seiring waktu berjalan, entah berapa lembaga saya dirikan terkait dengan penulisan-penerbitan. Saya pun tidak ingat lagi entah sudah berapa kali saya berbagi di seluruh Nusantara. Mungkin sudah ratusan kelas dan ribuan audiensi sejak tahun 2000. Saya benar-benar kecanduan untuk berbagi tentang dunia penulisan-penerbitan sampai-sampai saya minta privilege untuk soal ini saat masih aktif bekerja. Satu hal yang berkesan yaitu pada tahun 2011 saya diundang menjadi pemakalah dalam Seminar Editor Malaysia yang diselenggarakan Persatuan Editor Malaysia. 

Tahun 2012, saya memutuskan menjadi writerpreneur murni dengan menggantungkan hidup saya dari pekerjaan menulis dan berbagi tentang menulis di mana pun. Saya tidak pernah kapok meskipun beberapa lembaga yang saya dirikan akhirnya lenyap bersama waktu. 

Saat menjadi pemakalah di Seminar Editor Malaysia 2011 (Foto: Dok. Pribadi)
Saat menjadi pemakalah di Seminar Editor Malaysia 2011 (Foto: Dok. Pribadi)
Percikan api semangat saya temukan pada kutipan kata-kata Dan Poynter yang dijuluki god father ribuan buku di Amerika. Ia bilang, “Writing is not a job; it’s a business!” Poynter termasuk pembicara kelas dunia dalam soal menulis buku, terutama terkait self-publishing yang membuka mata saya hingga saya memunculkan sebuah jargon, "Tidak ada satu pun bidang di dunia ini yang dapat lepas dari tulis-menulis."

Akhirnya, tahun 2016 ini saya mendirikan Institut Penulis Indonesia (Inspena). Saya kira ini menjadi lembaga terakhir yang saya dirikan di bidang pendidikan dan pelatihan penulisan-penerbitan. Saya memang sedang berjuang menjadikan penulisan dan penyuntingan sebagai nomenklatur pendidikan vokasi yang diakui di Indonesia. Ujungnya saya memimpikan adanya sertifikasi penulis dan sertifikasi editor di Indonesia.

***

Dalam suatu acara perbukuan, Bondan Winarno, mengkritik judul acara bertajuk penerbitan buku serius. Menurutnya, menulis buku itu saja sudah serius, lalu bagaimana boleh ada dikotomi buku serius dan buku tidak serius? Hadirin tersenyum dan ada yang tertawa. Itu canda intelektualnya Pak Bondan soal keseriusan.

Nah, meskipun jalur hidup saya berbagi tentang penulisan dan penerbitan ini seperti canda orang yang menekuni sebuah profesi karena tidak sengaja, tetaplah saya mengenang bagaimana membangun keseriusan tingkat tinggi dalam bidang ini. Hanya sekira enam orang dari 55 orang teman seangkatan saya di Prodi D-3 Editing Unpad yang kini masih berkiprah di dunia penulisan dan penerbitan. Sisanya bertebaran dalam bidang pekerjaan lain. Tentulah tidak mengherankan.

Namun, salah seorang teman yang baru tadi pagi saya temui dan kini bekerja sebagai manajer perusahaan ekspor-impor internasional berkata, "Beng, meski aku kerja di luar penerbitan, tapi ilmu editing ternyata berguna. Aku pake untuk buat laporan dan presentasi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun