Setelah diketik, naskah perumusan naskah proklamasi, lalu ditandatangani Pak Soekarno dan Bung Hatta di atas sebuah piano dekat tangga. Sampai saat ini pianonya masih ada.
Setelah menyambangi ruangan-ruangan alur perumusan naskah Proklamasi, kami diajak oleh Mbak Iin untuk berkeliling museum. Di lantai 2, ada kamar Laksmana Maeda. Juga ada diorama saat Hiroshima dan Nagasaki dibom. Dipamerkan juga baju dan atribut tentara. Salah satukan tentara PETA.
Kami pun sempat masuk ke bioskop mini menonton film alur perumusan naskah proklamasi. Hanya pengunjung tidak diperbolehkan mengambil foto dan video. Jadi catat di kertas atau ingat di pikiran saja. Jangan mantan terindah yang terus diingat hahaha.
Terakhir, kami ke belakang museum. Di Sana ada 4 patung dada dari 4 orang yang berperan dalam perumusan naskah proklamasi berjejer patung dada Pak Soekarno, Bung Hatta, dan Pak Achmad Soebardjo. Lalu di samping kanan agak di belakang, Â ada patung dada Sayuti Melik yang nama aslinya Muhamad Ibnu Sayuti.
Dan ternyata di belakang museum ada bunker. Saya dan Mbak Ajeng sempat turun ke Bawah. Ukuranya tidak terlalu luas. Tidak gelap dan pengap karena sudah ada ventilasi udara. Hanya saya tidak ingin berlama di sana. Merinding. Kata Om Jay, jangan lama-lama , Mas. nanti nyaman dan ga mau keluar hahaha.Â
Selesai eksplor Museum Perumusan Naskah Proklamasi, kami lanjut berjalan kaki menuju Tugu Proklamasi. Masih ditemani Mbak Inces yang sangat memberikan informasi-informasi seputar tempat yang saya dan teman-teman kunjungi.
Taman Suropati ini diambil dari nama pahlawan Untung Suropati. Saya sempat berpikir kok namanya bukan Taman Diponegoro saja ya. Pertama letaknya di jalan Diponegoro. Kedua ada patung Diponegoro juga ada.
Yang pasti Taman Suropati yang dulunya bernama Burgemeester ini sangat hijau dan sejuk. Cocok untuk olahraga, atau aktivitas lainnya. Termasuk piknik keluarga. Fasilitas juga lengkap. Ada musala Babah Alun juga. Bahkan ada fasilitas wifi gratis.Â