***
Seminggu setelah peristiwa itu, Ambar lebih banyak mengurung diri di kamarnya. Bahkan saat makan malam yang biasanya pasti bersama-sama, sudah enammalam ini ia tak  bergabung. Menelpon atau kirim pesan WA pun, tak pernah ia lakukan lagi. Ini tak seperti biasanya. Ini sangat aneh. Ada apa dengannya? Apa dia dimarahi oleh kakaknya, gara-gara menyukaiku?
"Tante Ambar ke mana Bu, kok nggak pernah kelihatan?" tanyaku di suatu sore.
"Dia sibuk sekali dengan pekerjaannya di kantor. Karena letih, begitu pulang ia langsung istirahat di kamarnya." Jawab Ibu Andreas.
"Letih tubuhnya, atau letih hatinya?" gumamku.
***
Siang ini, ketika aku sedang bersiap-siap untuk pergi ke kolam renang, tiba-tiba masuk panggilan telepon dari Matius. Ia menceritakan perihal pembaptisan Rasti bersama beberapa orang lainnya yang berlangsung sangat khidmat dan lancar.
Baginya, momen itu sangat membahagiakan hatinya. Dan kebahagiaan Matius itu kian paripurna karena Emaknya Rasti mau hadir juga untuk menyaksikan pembaptisan anak gadisnya di gereja.
"Kelihatannya, calon ibu mertuaku itu terkesan banget akan ibadah Kristen dan upacara pembaptisan kemarin itu. Aku mulai berdoa serius, semoga hati beliau mulai terbuka untuk Kristus. Dan pada waktunya siap juga menjadi pengikut-Nya."
"Bagus itu! Teruskan doamu sampai Tuhan Yesus menjawabnya. Aku pun siap membawa namanya dalam doa-doa pribadiku. Tapi kita gak cukup cuma berdoa saja. Kamu perlu mendorong ibumu sendiri, agar makin mengakrabkan diri dengan emaknya Rasti. Calon besan kan kudu begitu?"
"Rencananya memang begitu! Bahkan akan melibatkan juga para emak-emak dari organisasi wanita gereja." Jelas Matius bersemangat.