"Berpikir dengan perspektif yang baru. Di luar yang biasa dipikirkan orang pada umumnya. Berani berbeda dalam berpikir dan bersikap. Atau berani tampil beda."
***
Malam ini, Cintya mengadakan dinner party terbatas di sebuah resto yang terletak di dekat rumahnya. Ayah, ibu dan kedua adiknya hadir sebagai keluarga pengundang. Sedang yang diundang adalah teman gereja, teman kampus dan tetangga, masing-masing 5 orang. Lalu mengundang juga Bapak dan Ibu Pendetanya. Ditambah Andy, Bagus dan Peter ( 3 cowok yang pernah naksir Cintya). Dan tentu saja Puguh Arifianto.
"Pak Pendeta dan Ibu yang saya hormati! Ayah dan Bunda yang saya cintai! Dan semua teman-teman yang saya banggakan! Pertama-tama saya mengucapkan banyak terima kasih atas kehadiran Panjenengan semua memenuhi undangan kami." Cintya membuka sambutannya.
"Acara saya malam ini adalah syukuran sederhana atas telah terbitnya Buku Kumpulan Cerpen  saya. Dalam dua setengah tahun ini, saya memang suka menulis di Kompasiana. Sampai hari ini jumlahnya mencapai hampir 200 judul artikel. Terdiri dari beragam kategori tulisan. Ada ulasan politik, sosbud dan tulisan motivasi. Ada karya fiksi berupa puisi dan cerpen. Ada juga artikel tentang sepakbola. Namun yang paling banyak adalah yang berbentuk cerpen. Dari situ, saya pilih 15 judul cerpen untuk saya terbitkan dalam sebuah buku."
Cintya membeberkan juga alasan kenapa dirinya lebih senang menulis cerpen. Menurutnya, dalam cerpen ia mendapat banyak kebebasan. Bebas menyuarakan opini dan pesan-pesannya. Bebas mengklarifikasi, mengedukasi, menegur dan mengkritisi. Bebas menggunakan gaya bahasa apa pun. Tanpa terkungkung oleh rambu-rambu atau kaidah-kaidah kebahasaan tertentu. Namun disampaikannya lewat kemasan cerita yang menghibur. Sehingga jauh dari kesan menggurui atau mengkhotbahi.
"Bapak, Ibu dan Saudara-Saudariku yang terkasih!" lanjut Cintya, "Buku Kumcer saya ini, bukan berisi cerpen-cerpen biasa. Atau yang cuma bicara tentang urusan manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Bukan hanya itu! Melainkan bicara juga tentang urusan manusia dengan Tuhannya. Tentang urusan pribadi para tokohnya dengan Yesus Kristus."
"Kenapa saya harus mengkaitkannya dengan Yesus Kristus? Karena Yesus adalah tokoh yang paling kontroversial di jagad raya ini. Dialah satu-satunya pribadi yang paling banyak diperdebatkan, disalahfahami dan dihujat oleh banyak orang. Namun Dialah juga yang paling banyak dikagumi, ditaati, dipuja dan dicinta oleh banyak orang. Bahkan jumlah pengikut-Nya dan penyembah-Nya, saat ini adalah yang paling besar di muka bumi ini. This fact correct, dan tak terbantahkan! "
"Dalam buku "Christ The Controversialist", John Stott, pendeta, rektor dan penulis hebat Inggris itu menggambarkan kontroversialitas Kristus dengan sangat baik. Berangkat dari semua itu, saya pun terpanggil untuk menjelasan pribadi Kristus yang incomparable itu kepada para pembaca cerpen saya. Tentu saja rujukan utamanya adalah Kitab Suci."
"Namun karena formatnya cerpen, maka deskripsinya kurang sistematis. Tapi cerpen yang satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Sebab itu, buku ini semestinya menjadi bacaan wajib yang menyenangkan," pungkas Cintya sambil tersenyum.
Lalu sebelum mengajak semua hadirin menikmati menu masakan yang terhidang, gadis cantik itu memohon kepada Pendeta Gembala Sidangnya untuk mendoakannya. Terutama doa buat Buku Kumpulan Cerpennya. Agar nantinya bisa menghibur dan menjadi berkat bagi setiap pembacanya.