"Sebenernya, apa sih yang bisa diharapin dari si Puguh itu?"
"Tya itu cuma berlagak sok solider dan sok egaliter saja."
Beruntungnya, selain celotehan saskartis seperti itu, ada juga komentar yang membela Cintya. Yaitu dari teman-teman yang memahami dirinya.
"Dia mau terima Puguh, karena cowok itu sudah memenuhi tiga syarat yang ditetapkannya. Yaitu, seiman, cerdas dan baik kepribadiannya."
"Kupikir, keputusan Cintya wajar-wajar saja kok. Ngapain harus dipersoalkan?"
"Sekarang ini Puguh memang belum apa-apa. Hidupnya masih sederhana. Tapi dia punya potensi besar untuk menjadi orang yang sukses."
"Itulah bijaknya Cintya. Ia lebih melihat kemana seseorang itu menuju. Bukan dari mana ia berasal. Artinya, ia lebih mengarahkan pandangannya ke depan. Bukan menoleh ke belakang melulu."
"Bagus itu! Sebab kalau suka noleh kebelakang, lama-lama bisa terkena tortikolis...."
"Aku yakin, sebelum nerima cintanya Puguh, pasti Tya sudah lebih dulu dapet acc dari ortunya. Artinya, bokap dan nyokapnya sudah merestuinya."
"Menurut ane, dia itu tipe gadis yang cara berpikirnya out of the box."
"Wow...! Gua sudah sering dengar istilah itu, Teh. Tapi apa sih artinya?"