Mohon tunggu...
Bambang Suwarno
Bambang Suwarno Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Pendeta Gereja Baptis Indonesia - Palangkaraya Alamat Rumah: Jl. Raden Saleh III /02, Palangkaraya No. HP = 081349180040

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Biarkan Pungguk Merindu!

24 Maret 2021   10:30 Diperbarui: 24 Maret 2021   10:48 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Seorang teman adalah seseorang yang mengenal kamu apa adanya, 

mengerti di mana kamu berada, menerima apa yang kamu pilih, 

dan masih, dengan lembut membiarkanmu terus berkembang." 

(William Shakespeare)

Puguh Arifianto punya banyak teman. Namun hampir semuanya, kualifikasinya tidak seperti yang dikatakan Shakespeare di atas. Malah beberapa di antaranya, kerap nampak lebih menakutkan ketimbang monster. Lebih kerap menghina daripada membina. Lebih sering memukul ketimbang merangkul. Puguh sudah kerap kali menjadi sasaran tembak cibiran, bully-an dan sinisme dari teman-temannya sendiri.

Seperti pengalaman pahitnya tiga tahun yang lalu. Ketika itu mereka bertanya tentang cita-cita Puguh. Lalu ia pun menjelaskan, bahwa cita-citanya sebenarnya hanya sederhana saja. Yaitu, hanya kepingin menjadi seorang arsitek. Dan pengin punya istri yang cantik. Sudah itu saja!

"Itu mah kagak sederhana!"

"Itu sudah kelewatan dan muluk-muluk, Bro!"

"Ente lagi mimpi ya?"

"Ngaca dululah! Ngukur diri dululah!"

"Modal loe itu berapa sih?"

"Gimana teman-teman, kalau mulai sekarang kita tidak lagi memanggilnya Puguh?"

"Maksud eloe?"

"Kita panggil saja Pungguk! Si Pungguk yang merindukan bulan....."

"Teman-teman, kalau kalian mau panggil aku Pungguk, silahkan saja!" jawab Puguh, "Tapi, biarkanlah si Pungguk itu merindu mimpinya sendiri!"

Sejak saat itu, Puguh tidak mau lagi menanggapi berbagai komentar miring teman-temannya. Apalagi yang sudah mengarah ke persekusi verbal terhadapnya. Tak ada gunanya meng-counter-nya. Ia akan menjawabnya dengan pencapaian-pencapaiannya saja.

Hebatnya, setelah melewati proses yang panjang, berliku dan terjal, mimpinya itu akan segera menjadi realitas. Beberapa bulan lagi, Puguh sudah akan diwisuda menjadi seorang sarjana arsitektur. Artinya, pintu besar menuju masa depan cerahnya sudah terbuka baginya.

Tentang mimpinya untuk memiliki istri yang cantik, sebenarnya Puguh pun sudah punya kandidatnya. Hatinya sudah terpaut banget pada seorang gadis. Namanya Cintya Palupi. Sayangnya, dia belum berani mengungkapkan rasa cintanya. Kenapa? Ia masih menunggu momentum terbaiknya.

Cintya Palupi sendiri sudah menetapkan kriteria utama yang cukup tinggi untuk calon suaminya. Yang pertama, haruslah seorang yang seiman. Meski gadis itu sangat toleran dan menghargai siapa pun yang beda agama.  Bahkan sahabat-sahabat terbaiknya pun, berasal dari berbagai latar belakang keyakinan. Tapi untuk posisi kekasih, apalagi suami, haruslah yang seiman. Itu harga mati yang tak bisa ditawar-tawar lagi.

Syarat penting kedua, haruslah seorang lelaki yang smart. Minimal pribadi yang mau terus menerus belajar untuk meng-upgrade dirinya. Sedang syarat penting ketiga, haruslah seorang lelaki yang berkepribadian baik. Berpikir baik dan berniat baik. Bertutur-kata baik dan berperilaku baik. Lelaki seperti itu, pasti tidak egois. Tidak culas atau pun sombong. Itulah karakter suami idaman Cintya.

Rasanya ketiga kriteria itu sudah bisa Puguh penuhi. Ia seiman dengan Cintya. Ia pun adalah  mahasiswa yang berprestasi. Artinya dirinya adalah cowok yang terpelajar. Kalau soal karakter, Puguh bukan pemuda berandalan. Jauh dari kesan preman dan kriminal. Melainkan seorang cowok yang santun dan low profile. Memang penampilannya bersahaja. Namun tetap saja, ia masih punya daya tarik dan konfidensi diri.

Bahkan dibanding dengan pemuda lain yang naksir Cintya, Puguhlah yang paling sering ngobrol dan berduaan dengan gadis cantik nan cerdas itu. Itu karena posisinya yang adalah salah satu sopir keluarga dari Drs. Agung  Zhakarias (ayahnya Cintya). Otomatis, dialah yang kerap disuruh mengantar Cintya untuk berbagai keperluan.

***

"Tentang ambisimu itu, kamu harus pikir masak-masak lebih dulu, Guh!" nasihat Dyah (kakak perempuan Puguh), sebulan yang lalu.

"Thanks Mbak! Yang jelas sudah aku pikirkan dan pertimbangkan masak-masak. Bahkan sudah kudoakan juga."

"Tapi bagaimana pun juga kamu itu seorang bawahan. Dan babenya Cintya adalah bosmu sendiri. Artinya semua anggota keluarganya, pasti menganggapmu sama seperti pembantunya yang lain..."

"Tapi keluarga Pak Agung itu, tidak seperti yang Sampean duga. Mereka adalah keluarga yang sangat baik. Sangat menghargai semua orang, termasuk terhadap para pembantu dan bawahannya. Aku sendiri pun kerap diajak makan bersama. Kalau mereka ingin menyuruhku, kalimat yang dipakainya bukan kalimat perintah. Tapi kalimat permintaan tolong. Bukankah itu bukti, bahwa mereka rendah hati dan santun banget?" sanggah Puguh.

"Ya, tapi khusus untuk urusan cari menantu, mereka pasti akan milih yang terbaik bagi anak-anaknya. Mereka pasti masih pertimbangkan soal bibit, bobot lan bebet. Minimal akan pilih yang selevel status sosialnya."

Puguh sadar sesadar-sadarnya, bahwa ambisi cintanya itu pasti bakal memunculkan polemik. Akan timbulkan resistensi dari pihak keluarga besar Pak Agung Zhakarias. Pun dari teman-teman Cintya Palupi sendiri. Mereka pasti tak rela, jika gadis cantik dan cerdas itu sampai jatuh ke dalam pelukan seorang sopir saja.

"Tapi aku kan bukan hanya seorang sopir?" teriaknya dalam hati. "Aku kan seorang calon sarjana? Alias seorang yang terpelajar juga. Artinya, aku pun punya masa depan. Apa pun kata orang, aku akan maju terus! Never give up!"

***

Selain itu, Puguh punya advantage lain yang tak dipunyai oleh para pesaingnya. Yaitu dirinya adalah teman diskusi yang baik bagi Cintya. Mereka sering banget ngobrol serius tentang teologi primer Kristen. Khususnya Kristologi. Kalau sudah ngobrol ke topik itu, mereka bisa melakukannya berjam-jam lamanya.

Hal itu bermula dari sebuah pertanyaan yang diajukan oleh Cintya kepadanya, sekitar dua tahun yang lalu: "Kenapa silsilah Yesus dalam Injil Matius berbeda banget dengan yang tertulis di Injil Lukas? Lalu yang bener itu yang mana?"

"Pernahkah kamu tanyakan itu pada Pak Gembala atau Pendeta Bidang Kepemudaan di gerejamu?" tanya balik Puguh.

"Belum pernah. Habis aku segan pada beliau-beliau itu...."

"Ngapain harus segan? Para pendeta itu adalah guru spiritual jemaat. Tanya mereka dong! Malu bertanya bisa sesat di jalan loh...."

"Nggih, Mas! Suatu saat kulo pancen bade nyuwun pirso Pak Pendeta. Tapi sebelum itu, sekarang ini kamu yang kutanyai. Kamu kan aktifis pemuda di gerejamu? Kalau jawabanmu gak memuaskan, aku baru akan tanya pada beliau...."

"Sekarang ini kita kan di atas mobil? Jelas aku gak bisa menjawabnya. Soalnya aku sendiri belum pernah perhatiin soal perbedaan silsilah itu...ha..ha..ha! Tapi gini saja, di rumah, kita masing-masing adakan penyelidikan biblikal pribadi. Dan hasilnya akan kita bahas lagi minggu depan. Oke?"

Kesepakatan pun dicapai. Dan beberapa hari berikutnya mereka memang adakan studi pribadi serius untuk mencari jawaban bagi pertanyaan tersebut. Hasilnya, keduanya menemukan  jawabannya.

Kedua silsilah itu berbeda, karena kedua penulis Injil itu memang memakai garis keturunan yang berbeda. Matius memakai garis keturunan Yusuf. Sedang Lukas memakai garis keturunan dari Maria. Maka amatlah wajar, kalau nama ayah, kakek dan moyangnya Yusuf, berbeda dengan nama ayah, kakek dan moyangnya Maria.

Justru menjadi sangat aneh kalau nama-nama dari kedua garis keturunan itu sama persis. Kalau pun ada satu atau dua nama yang sama (orang Yahudi banyak yang sama namanya), tetapi pasti berbeda orangnya. Sebab itu, baik silsilah dalam Injil Matius, maupun dalam Injil Lukas, keduanya sama-sama benar.

Lalu mengapa nama Maria tidak disebut dalam silsilah di Injil Lukas? Karena dalam kultur dan tradisi Yahudi yang patrilinear, nama wanita memang tidak dicamtumkan dalam silsilah. Makanya yang ditulis adalah nama Yusuf, suaminya.

Namun kenapa Yusuf disebut sebagai anak Eli, padahal Yusuf adalah menantunya? Dalam budaya Yahudi juga, mertua bisa memanggil menantunya dengan sebutan:  anakku. Contoh lainnya, ialah ketika Saul memanggil Daud (menantunya) dengan sebutan anakku (1 Samuel 24:17). Demikian juga Naomi yang memanggil Orpa dan Rut (kedua menantunya) dengan sebutan anak-anakku (Rut 1:11-12).

Selanjutnya, selama dua tahun ini, Puguh dan Cintya gemar sekali berdiskusi tentang Ke-Tritunggal-an Allah, dan Ke-Tuhan-an Yesus Kristus. Hasilnya positif banget. Mereka bukan saja semakin paham, tapi menjadi semakin hormat, takjub dan cinta kepada Tuhan Allahnya. Efek positifnya lagi, hubungan pribadi keduanya menjadi kian dekat.

Pertanyaannya, apakah Cintya juga tertarik kepada Puguh? Atau cuma bersikap baik saja kepadanya? Puguh pun masih bingung!

***

Ternyata sejak lama Cintya mengagumi para tokoh pergerakan mahasiswa ketika masa mudanya.  Mulai dari Mohammad Hatta, Soekarno dan Soetomo. Lalu Chairul Saleh dan Soekarni. Sampai Cosmas Batubara, Sofyan Wanandi dan Yusuf  Wanandi. Juga Akbar Tanjung.

Bahkan ia mengidolakan pula Soe Hok Gie, Arif Budiman, Adnan Buyung Nasution dan Asmara Nababan. Sering pula ia menyebut-nyebut yang lebih muda, seperti Adian Napitupulu, Budiman Sudjatmiko serta yang lainnya. Hal itu baru diketahui oleh Puguh baru-baru ini saja.

Bagi Cintya, tokoh-tokoh mahasiswa yang hebat tersebut patut dicontoh. Ketika menjadi mahasiswa, mereka bukan saja sibuk mencari ilmu. Tapi punya kepedulian yang besar terhadap kondisi bangsanya.

"Kalau terhadap gerakan mahasiswa yang belakangan ini marak berdemo, apa pendapatmu?" tanya Puguh, seminggu yang lalu.

"Kalau yang bener-bener murni perjuangannya, aku salut. Mereka itu tahu apa yang dituntutnya. Mengerti bagaimana cara menuntutnya. Dan siapa yang harus dituntutnya. Bahkan siap juga untuk berdialog dan merekomendasikan solusinya."

"Untuk yang hanya ikut-ikutan saja," lanjut Puguh. "Untuk para pendemo bayaran, para penumpang gelap  dan para perusuh yang anarkis?"

"Aku jijik terhadap mereka! Apalagi terhadap aktor intelektual yang menggerakkannya. Aku sangat mengutuknya."

Berangkat dari sikap kristis Cintya tersebut, tiba-tiba lahirlah sebuah ide di kepala Puguh. Ia tiba-tiba ingin ikut demo mahasiswa yang kabarnya akan diadakan minggu depan. Padahal selama jadi mahasiswa, tak pernah sekali pun ia ikut demo. Tapi untuk demo pekan depan itu, ia merasa harus ikut. Itu momentum emasnya.

Sayangnya, tujuan utamanya  semata-mata untuk menarik simpati dan kebanggaan Cintya saja. Artinya, justru dialah salah seorang penumpang gelap yang susupkan kepentingan pribadinya pada aksi unjuk rasa tersebut.

Puguh akan berusaha untuk berada di barisan yang terdepan.  Bahkan berusaha untuk bisa menjadi salah seorang oratornya.  Dengan begitu, ia berharap bisa menarik minat wartawan teve untuk meliput aksinya. Ia juga akan meminta tolong temannya agar merekamnya dalam video.

Lalu hasil dari rekaman video itu, rencananya akan dipersembahkan kepada Cintya sebagai 'kado terindah' pada Acara Ultahnya. Pikirnya, pasti gadis itu akan bangga pada dirinya. Seperti kebanggaannya terhadap para tokoh nasional pergerakan mahasiswa.

Kalau sudah bangga, maka upaya untuk menaklukkan hati Cintya, relatif pasti akan lebih mudah.

"Yes, yes, yes....!" pekiknya dalam diam.

Namun, untung tak dapat diraih, dan malang tak dapat ditolak. Entah apa penyebabnya, ternyata rencana demo besar mahasiswa itu urung terlaksana. Malah bersamaan dengan itu, Puguh pun jatuh sakit akibat flu berat yang menimpanya. Akibatnya, rencana penganugerahan 'kado terindah'-nya buat Cintya Palupi gagal total.

***

Sebulan berikutnya, sampailah Puguh pada bulan yang sangat bersejarah baginya. Bulan kemenangan dan bulan pembuktian baginya. Bulan di mana ia bersama sekian ratus mahasiswa lain diwisuda sebagai seorang sarjana di Perguruan Tingginya. Sungguh, saat yang sangat membahagiakannya.

Puguh bukan saja bangga karena gelar sarjananya. Tapi pada acara wisudanya itu, Cintya Palupi ternyata mau hadir juga. Tak pelak lagi, kehadirannya langsung menjadi salah satu pusat perhatian pada acara tersebut.

"Selamat ya Mas Puguh!," ucap Cintya sambil men-cipika cipiki-nya, "Aku percaya, bahwa sukses-sukses yang lainnya akan menyusulnya."

Tentu saja pemuda itu gemetaran. Karena itulah kali pertama, ia diperlakukan secara sangat istimewa oleh putri bosnya itu. Kalau ditanya, siapa orang yang paling berbahagia saat ini? Puguh pasti akan menjawab: "Akulah orangnya!"

Akan tetapi apakah itu berarti Cintya sudah mulai mencintai dirinya? Puguh sama sekali belum tahu. Yang pasti, perlakuan spesial Cintya Palupi terhadapnya itu, adalah benar-benar sebuah kado yang paling indah baginya.

==000==

Bambang Suwarno-Palangkaraya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun