Pertanyaannya, apakah Cintya juga tertarik kepada Puguh? Atau cuma bersikap baik saja kepadanya? Puguh pun masih bingung!
***
Ternyata sejak lama Cintya mengagumi para tokoh pergerakan mahasiswa ketika masa mudanya.  Mulai dari Mohammad Hatta, Soekarno dan Soetomo. Lalu Chairul Saleh dan Soekarni. Sampai Cosmas Batubara, Sofyan Wanandi dan Yusuf  Wanandi. Juga Akbar Tanjung.
Bahkan ia mengidolakan pula Soe Hok Gie, Arif Budiman, Adnan Buyung Nasution dan Asmara Nababan. Sering pula ia menyebut-nyebut yang lebih muda, seperti Adian Napitupulu, Budiman Sudjatmiko serta yang lainnya. Hal itu baru diketahui oleh Puguh baru-baru ini saja.
Bagi Cintya, tokoh-tokoh mahasiswa yang hebat tersebut patut dicontoh. Ketika menjadi mahasiswa, mereka bukan saja sibuk mencari ilmu. Tapi punya kepedulian yang besar terhadap kondisi bangsanya.
"Kalau terhadap gerakan mahasiswa yang belakangan ini marak berdemo, apa pendapatmu?" tanya Puguh, seminggu yang lalu.
"Kalau yang bener-bener murni perjuangannya, aku salut. Mereka itu tahu apa yang dituntutnya. Mengerti bagaimana cara menuntutnya. Dan siapa yang harus dituntutnya. Bahkan siap juga untuk berdialog dan merekomendasikan solusinya."
"Untuk yang hanya ikut-ikutan saja," lanjut Puguh. "Untuk para pendemo bayaran, para penumpang gelap  dan para perusuh yang anarkis?"
"Aku jijik terhadap mereka! Apalagi terhadap aktor intelektual yang menggerakkannya. Aku sangat mengutuknya."
Berangkat dari sikap kristis Cintya tersebut, tiba-tiba lahirlah sebuah ide di kepala Puguh. Ia tiba-tiba ingin ikut demo mahasiswa yang kabarnya akan diadakan minggu depan. Padahal selama jadi mahasiswa, tak pernah sekali pun ia ikut demo. Tapi untuk demo pekan depan itu, ia merasa harus ikut. Itu momentum emasnya.
Sayangnya, tujuan utamanya  semata-mata untuk menarik simpati dan kebanggaan Cintya saja. Artinya, justru dialah salah seorang penumpang gelap yang susupkan kepentingan pribadinya pada aksi unjuk rasa tersebut.