***
Suatu malam, Tante Ana berkunjung ke rumah saya. Beliau bertanya kepada saya. perihal hubungan persobatan saya dengan Pandu. Melihat awetnya pertemanan kami. Dan ditambah dengan banyaknya kebaikan Pandu terhadap saya dan keluarga, tante saya berkesimpulan -- bahwa lelaki itu sesungguhnya mencintai saya.
"Saya pernah bertanya padanya, Tante. Kenapa dia kok baik banget pada saya? Jawabnya: Ia  berbuat baik, karena ia sudah banyak sekali menerima kebaikan dari orang lain...."
"Selain itu, memang Pandu pernah ngomong tentang semboyan hidupnya. Baginya, hidup harus jadi berkat. Hidup harus bermaslahat bagi sesama. Jadi ia terus belajar untuk menjadi garam dan terang bagi dunia"
"Berarti ia itu pengikut Kristus yang taat. Bagus itu!"
Meski begitu, Tante Ana masih merasa, bahwa sampai sekarang Pandu masih tetap mencintai saya. Hanya takdir saja yang tidak berpihak padanya.
"Jangan-jangan, ia lagi menunggu jandamu....?" Goda tante sambil merangkul saya.
***
Sore ini, suami saya mengajak kedua juniornya nonton sepakbola di stadion kota. Sedang saya memilih tinggal di rumah saja sendirian. Karena saya ingin membaca majalah wanita yang baru  saya beli tadi siang. Tapi ketika saya baru saja membaca judul-judul artikel di daftar isinya, tiba-tiba ponsel saya berdering. Ternyata panggilan telepon dari Pandu.
Saya terkejut bukan main, ketika Pandu menjelaskan rencananya untuk mem-bezoek Kanjeng Ratu Dyah Gitarja alias Fanni Aminadia. Ia prihatin dan berempati terhadap kondisinya yang kini depresi berat di rutan.
"Aku kasihan sekali padanya! Semua orang menghina, mencela dan mem-bully-nya. Bahkan sesama penghuni lapas pun ikut memperundungnya. "