"Kalau gitu, ya merekanya saja yang ke-geer-an!"
Bukan hanya Dina yang melaporkan perihal Pandu kepada saya. Rina, Asie, Neno dan Julie pun mengatakan hal yang senada. Mereka yang tadinya mengagumi dan berharap banyak pada Pandu Dewanto, jadi berbalik membencinya. Bahkan Pandu dicap sebagai cowok yang tak jelas.
Tetapi di samping itu, ada beberapa teman lain yang memberikan penilaian yang berbeda.
"Menurut gue," kata Sisi, "Pandu itu sangat care terhadap penderitaan orang lain. Pas sepupu gue  dirawat di rumah sakit karena kecelakaan, dialah satu-satunya orang yang meringankan bebannya. Tidak tanggung-tanggung. Dia beri bantuan sampai 5 juta rupiah."
"Memang, kadang tampak acuh dan aneh banget. Tapi yang kutahu, hati Pandu itu bersih dari rasa culas. Gak pernah rugiin siapa pun. Gak pernah ngremehin siapa pun. Gak pernah nge-bully orang lain. Dan lagi, ia pantang menghakimi orang." Komentar Widuri.
Saya bisa memahami semua pendapat mereka tentang Pandu Dewanto. Tapi feeling saya, mereka semuanya sejatinya mengagumi lelaki itu. Kalau mau jujur, mereka pasti ingin juga menjadi pacar atau bahkan istrinya.
Saya sendiri bagaimana? Harus saya akui, bahwa mulai di SMA, sesungguhnya saya sudah tertarik padanya. Tapi sebagai wanita Timur, tak mungkin saya menyatakannya terlebih dahulu. Yang jelas, saya selalu nyaman dan bangga manakala berduaan dengannya. Boleh jadi, sayalah gadis yang paling banyak dikunjungi dan ditraktir Pandu. Hingga saya pun, waktu itu pernah menduga, kalau Pandu memang mencintai saya. Tapi ternyata dugaan saya akhirnya meleset juga. Kenapa?
Karena seperti kepada yang lain, kepada saya pun, dia tak pernah menyatakan ketertarikannya. Pandu memang dekat dengan saya. Tapi sepertinya tanpa perasaan apa-apa. Sebab itu, saya hanya menganggapnya sebagai teman yang istimewa saja.
Sampai saya sudah menikah pun, dia tetap sahabat baik saya. Juga sahabat baik suami saya. Bahkan Pandu sangat akrab dengan dua orang putera saya yang masih kecil-kecil itu. Maka tak berlebihan, jika saya menyebutnya sebagai "malaikat penolong".
Ya, dia penolong saya dan keluarga saya! Kado pernikahan saya yang paling mahal dan paling berkesan, itu adalah kado darinya. Pandu memberi kami sebuah paket liburan sekaligus bulan madu selama sepekan penuh di pulau dewata, Bali.
Atas rekomendasi dan perjuangannya pula, saya bisa bekerja di sebuah perusahaan nasional sampai sekarang ini. Dan baru saja dua tahun yang lalu, Pandu menolong  suami saya juga. Setelah kena PHK dan sempat mengganggur setahun, suami saya mendapat pekerjaan lagi. Dan itu pun, berkat jasa dan budi baik dari Pandu Dewanto.