Salah satu yang amat terpuji dari Andreas Wiguna adalah ketulusan hatinya. Biasanya, ketika melihat orang lain bergembira, hatinya selalu ikut melonjak bersukacita. Sebaliknya, saat melihat orang lain menangis, batinnya pasti ikut hanyut dalam kepedihan. Tapi khusus terhadap musibah yang sedang menerjang papa dan mamanya Sinta Ayunda, sikap Andre menjadi berbeda.
Ir. Sukoarto dan istrinya memang baru saja terjaring OTT KPK. Pasutri pengusaha itu baru saja ditetapkan sebagai tersangka pemberian gratifikasi terhadap seorang anggota dewan. Sekarang ini, mereka harus mengenakan rompi oranye dan meringkuk di Rutan KPK. Tentu Sinta dan kakak adiknya, bahkan seluruh keluarga dekat lainnya, sangat terpukul. Mereka tenggelam dalam kepedihan dan rasa malu yang amat sangat. Tapi Andre tidak sedih, malah bersyukur atas peristiwa itu.
"Kenapa ente kok malah bersyukur?" tanya Niko.
"Iya dong! Kalau kagak ketangkap, mereka pasti akan makin merajalela. Itu akan lebih merugikan negara dan rakyat. Dengan ketangkap begitu, mereka biar cepat sadar akan kejahatannya. Semoga saja di penjara nanti, mereka bener-bener bisa bertobat. Tidak munafik dan sombong lagi!"
"Apa ada alasan lain dari rasa bersyukur ente itu?"
"Ane bersyukur, karena Sang Mahaadil telah memberikan pelajaran yang sangat berharga pada mereka."
"Atau bersyukurnya ente karena gagalnya pernikahan Sinta?" ledek Niko.
"Sinta gagal nikah.....? Kata siapa......?" kejar Andre penasaran.
"Hanya dugaan ana saja. Dengan musibah itu, bisa saja kan rencana nikahnya anaknya jadi  gagal?"
"Sebelum ini, Sinta memang telah serius berdoa pada Tuhan, agar nikahnya gagal. Tapi apakah bener-bener telah gagal, itu yang ane belum tahu..."
"Kalau bener gagal, apa ente siap balikan sama dia?" desak Niko agak menggoda.