"Jadi eloe juga ikut mencurigai telah terjadi perselingkuhan antara Donny dengan Tante?" sergahku emosional. "Ingat Tanty, Kak Donny itu pria baik dan setia. Apalagi Tante Asti. Beliau itu selain cantik parasnya, juga sangat mulia hatinya. Beliau itu malaikatku! Beliaulah yang diutus Tuhan untuk jadi penolong hidupku. Jadi tak mungkinlah jika mereka sampai lakukan kejahatan cinta yang serendah itu...."
"Nanti dulu Sobat! Bukan begitu maksudku....." sahut Tanty meredamku. Tapi aku sudah tak menggubrisnya. Aku sudah keburu pergi meninggalkan rumahnya. Aku sungguh tak terima dengan penghinaannya atas kedua orangyang sangat kucintai itu.
***
Siang ini, kembali aku merasakan kemurahan hati yang tulus dari Tante Asti. Baru saja aku diajak ke sebuah dealer motor terdekat. Beliau memintaku memilih sendiri sebuah sepeda motor yang paling cocok untukku. Beliau membelikan motor baru untukku. Karena dua bulan lagi aku akan menjadi karyawati di sebuah perusahaan nasional di kotaku. Motor itu dimaksudkannya sebagai alat transportasiku untuk ngantor setiap hari.
Setelah dari dealer motor, aku diajaknya makan siang. Aku yang dimintanya memilih sendiri resto untuk makan siang itu. Sepertinya kian hari aku kian merasa, bahwa aku semakin dimanjakannya. Karena beliau sendiri belum punya anak, jadi pasti tidak ada seorang pun yang menaruh iri hati. Itu sebabnya, kunikmati saja berkat-berkat Tuhan lewat segala kebaikan Tante selama ini. Itu sebabnya, aku sangat meradang jika beliau diisukan yang macam-macam.
"Manis!" kata Tante padaku, setelah kami uasai makan siang. Ia selalu memanggilku dengan sebutan Manis, meski itu bukan namaku.
"Ya, Tante.....ada apa Tante?"
"Bagaimana hubunganmu dengan Donny? Apa kalian baik-baik saja?"
"Puji Tuhan, baik-baik saja, Tante!" jawabku datar saja. Tapi setelah menjawabnya, tiba-tiba ada sesuatu yang khusus mengalir dan berdesir di hatiku.
"Sebelumnya jangan marah ya, sayang. Aku merasa sebenernya Donny itu tidak cocok untukmu...."
"Nggak cocok bagaimana Tante?" sahutku dalam keterkejutan yang mencekeram. Inilah pertama kalinya aku meresponsnya dengan nada suara yang agak tinggi.