Mohon tunggu...
Bambang Suwarno
Bambang Suwarno Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Pendeta Gereja Baptis Indonesia - Palangkaraya Alamat Rumah: Jl. Raden Saleh III /02, Palangkaraya No. HP = 081349180040

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kriminalisasi Sastrawan

6 September 2019   07:55 Diperbarui: 6 September 2019   08:19 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari ini, sekelompok kecil warga kota Abuabu terperosok dalam kubangan prasangka. Celakanya, prasangkanya amat buruk dan buru-buru. Akibatnya, mereka meradang dan murka. Mereka merasa sangat tidak terima. Bahkan mereka bermaksud akan menggeruduk Markas Polisi Resort (Mapolres) Abuabu. Karena menduga bahwa polisi telah melakukan kriminalisasi terhadap seorang sastrawan idola mereka.

"Beberapa waktu yang lalu, kita pernah dengar ada kriminalisasi ulama. Sekarang di kota kita sendiri, telah terjadi kriminalisasi sastrawan. Ini tak boleh dibiarkan! Ini harus segera dihentikan!"  seru Zuleha kepada emak-emak muda dalam rapat internal geng mereka.

Zuleha adalah seorang janda muda yang elok rupawan. Meski masih muda tapi dia punya wibawa besar di kalangan komunitas emak-emak tertentu di kotanya. Dia adalah pemilik 3 grup senam wanita yang cukup ternama di kotanya. Mayoritas anggotanya adalah emak-emak milenial. Yang jumlahnya sudah mencapai sekitar 3 ratusan orang pendamba kebugaran raga.

"Maaf Kak Zu, informasi soal kriminalisasi sastrawan itu, sebenernya Kakak dapatkan dari siapa?" tanya Miranda.

"Dari Rocky, sopir taksi online langganannya Bang Ajiedharma. Dia memberitahu saya, bahwa Bang Ajie dalam seminggu yang lalu sudah tiga kali diantarnya ke Polres."  Yang dimaksud Ajiedharma, adalah seorang penyair, cerpenis dan novelis yang namanya tengah melambung di kota ini. Dialah sastrawan yang diisukan sedang dikriminalisasi oleh aparat.

"Dalam rangka apa dia ke sana?"

"Dugaan Rocky, beliau sedang menjalani pemeriksaan polisi. Yang kemudian bisa saja akan meningkat ke penahanan...."

"Maksudnya, apa Bang Ajie disangka telah melakukan suatu tindak pidana tertentu?"

"Saya tak tahu persis! Tapi seandainya Bang Ajie disangka lakukan pelanggaran hukum, itu pasti salah besar!" jawab Zuleha dengan nada suara meninggi serta mata melebar, " itu pasti fitnah! Dia itu kan orang baik. Hidupnya tak pernah neko-neko. 

Setiap harinya, kerjaannya cuma olahraga jalan kaki, membaca, menulis sambil nungguin kafe-nya. Kalau pun tampil di ruang publik, pasti hanya sebagai narasumber tentang dunia kepenulisan saja. Atau paling-paling ya cuma ke pagelaran seni. 

Dan harus kalian ingat, bahwa Bang Ajie itu bukan pimpinan ormas atau pengurus LSM. Bukan anggota parpol mana pun. Pokoknya beliau itu non partisan dan independen. Yang sama sekali tidak terkait dengan kepentingan politik mana pun. Jadi kalau sampai diperiksa aparat, pasti itu tindakan kriminalisasi!"

"Mungkin saja, ke Polres itu karena ada urusan yang lain Mbak..."

"Saya tak tahu persis. Tapi mengapa, dalam seminggu kok harus sampai tiga kali? Ada apa dengan itu semuanya? Dan yang paling mencurigakan, setelah itu dan sudah seminggu ini, Bang Ajie pergi entah ke mana... saya sudah coba menelponnya, tapi hapenya gak aktif."

"Oh, pantas saja rumah dan kafenya tutup terus seminggu ini. Jangan-jangan si penulis ganteng itu kini memang sedang meringkuk di rutan polisi..?" terka Siti.

"Itu yang harus dikonfirmasi dan sekaligus diklarifikasi! Dan jika ada pelanggaran HAM, kita harus bertindak!" imbuh Zuleha emosional.

"Sebelumnya sori ya Zus Zul! Kok kelihatannya Panjenengan concern banget sama si penulis ganteng itu. Apa jangan-jangan Zus sedang jatuh cinta padanya....?" ledek Aisah yang langsung disambut dengan ledakan tawa, sorak maupun suitan dari para emak yang hadir.

"Lho, saya memang sejak dulu sudah jatuh cinta pada karya-karya sastra beliau..." jelas Zuleha tegas sambil mengembangkan senyum manisnya.

"Kalau gitu, saya usul boleh kagak, Jeng?"

"Silahkan saja Mbakyu! Mau usul apa?"

"Saya usul agar Jeng Zul bukan saja mengagumi karya-karya beliau. Tapi juga mencintai beliau seutuhnya. Sebab dalam pandangan saya, kalau Jeng Zul dan Mas Ajie bisa sampai berjodoh, pasti akan menjadi pasangan yang sangat ideal......setuju...?"

Usulan itu kontan saja menimbulkan respons yang sangat meriah dari semua peserta rapat. Sehingga ruangan rapat hampir meledak oleh segala macam suara yang keluar dari mulut para emak milenial itu.

"Saya sih tak mau munafik. Jika Bang Ajie memang menginginkan saya untuk menjadi pendamping hidupnya. Saya siap menerima lamarannya.....siapa takut?" kontan saja sambutan emak-emak jadi makin menggelegar dan menggemuruh lagi beberapa saat lamanya.

Selain sebagai pemilik sanggar senam, Zuleha memang seorang wanita muda pecinta fanatik sastra Indonesia. Karya-karya para penulis wanita terkenal negeri ini lengkap memenuhi koleksi buku di perpustakaan pribadinya. Karya-karya Nh. Dini; Marga T; Mira W.;Ayu Utami; Hanna Rambe; Laksmi Pamuncak; Marianne Katoppo; Dewi Lestari; Leila Chudori; Djenar Maesa Ayu dan yang lainnya ada di sana.

Zuleha pun penikmat berat karya-karya sastrawan pria terkenal negeri ini. Di antaranya seperti, Pramoedya Ananta Toer. WS Rendra; Iwan Simatupang; Gerson Poyk; Remy Sylado; Putu Wijaya; Emha Ainun Najib dan yang lain. Kalau penulis lokal, ya pasti Ajiedharma yang disebutnya sangat berpotensi menjadi sastrawan nasional terkemuka kelak.

Dengan Ajiedharma, Zuleha memang sudah mengenalnya secara pribadi sejak beberapa tahun yang lalu. Maka wajar, jika janda muda ayu itu sangat bersedih mendengar 'musibah' yang menimpa sastrawan itu.

"Mami-mami, Mbak-mbak, dan None-none yang cantik! Di tengah kita, telah hadir seorang aktifis kampus yang sangat cantik dan cerdas. Namanya Dewi Kumala Sari," sela Zuleha. "Beliau sengaja saya undang ke rapat ini, untuk kita mintai pendapatnya. 

Juga apa masukan beliau terhadap musibah yang menimpa Bang Ajie. Sekarang mari kita dengarkan beliau! Silahkan Dinda!" kata Zuleha seraya menyerahkan mikrofon ke Dewi. Tepuk tangan pun menggemuruh lagi menyambutnya.

Selanjutnya dengan senang hati Dewi mempaparkan pandangan pribadinya terkait topik yang sedang dibicarakan dalam rapat tersebut. Pertama, ia sebutkan bahwa secara pribadi, ia belum kenal dengan Ajiedharma. 

Tapi ia mengakui, bahwa dirinya adalah salah satu pengagum berat karya-karyanya. Jadi sedikit banyak, Dewi sudah mengenal jalan pikiran sang sastrawan itu lewat tulisan-tulisannya. Dan dalam banyak hal ia sepandangan dengan Ajiedharma.

Kedua, menurutnya akhir-akhir ini, karya-karya Ananta memang kian lugas, tajam dan sarat satire terhadap kebijakan penguasa dan para pejabat kota. Juga sering mengkritik keras ulah para politisi bermental feodal. Sebab itu, mudah dipahami jika sampai ada yang kebakaran jenggot atau tidak nyaman terhadap ulasan-ulasan si penulis ganteng itu.

Ketiga, Dewi siap mengerahkan para mahasiswa untuk bersama-sama komunitas emak-emak mendatangi Markas Polres. Guna berunjukrasa menentang praktik kriminalisasi tersebut. Karena menurutnya, praktik-praktik abuse of power dari aparat sudah tak relevan lagi di zaman ini. Maka harus digugat bersama-sama.

Itu yang terungkap ke permukaan. Tapi sebenarnya ada yang hanya mengendap di hati si aktifis cantik itu. Tak lain dan tak bukan, ternyata Dewi sendiri pun sejatinya sangat ingin berkenalan secara pribadi dengan sang sastrawan itu. Bahkan kalau mungkin, ia juga sangat siap menjadi kekasihnya. 

Artinya, ia siap berkompetisi dengan Zuleha dalam memperebutkan hati sang sastrawan. Karena Zuleha belum menyadari perkara itu, maka Dewi merasa sangat diuntungkan posisinya.

Rapat khusus komunitas para emak itu, akhirnya memutuskan bahwa empat hari lagi, mereka akan mengadakan unjuk rasa besar-besaran ke Mapolres. Mereka akan memobilisasi berbagai komunitas emak-emak sedikitnya 500 orang. Ditambah 500 - 1.000 orang mahasiswa yang dikomandoi oleh Dewi Kumala Sari.

Tetapi sebelum itu, besok Zuleha dan Dewi disertai seorang emak senior akan menghadap dulu ke Pak Kapolres. Kalau besok, setelah bicara dengan Kepala Polisi, sudah bisa membuahkan solusi terbaik, maka aksi demo akan diurungkan. Namun jika deadlock, aksi unjuk rasa terpaksa harus tetap dilakukan.

***

Besoknya, ketiga wanita wakil para emak itu benar-benar datang ke Mapolres Abuabu. Kedatangannya diterima oleh Pak Wakapolres dengan ramah. Semangat mereka awalnya amat meletup-letup dalam menuntut keadilan. Tapi setelah mendapat penjelasan dari pimpinan polisi tersebut, tiba-tiba mereka jadi melempem dan malu hati sendiri. Kenapa?

Karena sesungguhnya, kedatangan Ajiedharma ke markas polisi seminggu sampai tiga kali tempo hari itu, adalah dalam rangka memenuhi undangan Ibu-ibu Bhayangkari (Persatuan Istri Polisi). Mereka meminta sastrawan itu untuk memimpin acara Lokakarya Penulisan Cerpen bagi para istri polisi dan para anggota Polwan. 

Foto-foto dan video tentang lokakarya itu juga diperlihatkan kepada mereka. Jadi isu tentang kriminalisasi sastrawan yang menghebohkan itu ternyata hanya omong kosong alias hoax saja.

***

"Katakanlah, Bang Ajie memang mempimpin lokakarya itu, tapi yang aneh di mana beliau sekarang? Rumahnya kosong dan kafenya pun tutup seminggu ini...." Keluh  Zuleha kesal sesampai di rumahnya kembali.

"Begini saja Kak," sela Dewi, "aku siap mencari informasi tentang keberadaan Mas Ajie. Aku akan menanyai semua orang yang kenal dekat dengannya. Termasuk ke karyawan kafenya....." kata-kata Dewi tersebut tiba-tiba harus terpotong oleh kedatangan seorang pemuda yang  menyerahkan sebuah undangan kepada Zuleha.

Langsung saja Zuleha membukanya. Dan begitu membaca undangan itu, tiba-tiba saja tubuh Si Janda Muda Molek itu lunglai, sempoyongan dan ambruk semaput di rumahnya sendiri. Kenapa?

Karena ternyata undangan itu adalah undangan perkawinannya Ajiedharma. Sang sastrawan pujaannya itu, seminggu lagi akan menikah dengan seorang perwira Polwan.

==000==

Bambang Suwarno-Palangkaraya, 6 September 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun