"Mungkin saja, ke Polres itu karena ada urusan yang lain Mbak..."
"Saya tak tahu persis. Tapi mengapa, dalam seminggu kok harus sampai tiga kali? Ada apa dengan itu semuanya? Dan yang paling mencurigakan, setelah itu dan sudah seminggu ini, Bang Ajie pergi entah ke mana... saya sudah coba menelponnya, tapi hapenya gak aktif."
"Oh, pantas saja rumah dan kafenya tutup terus seminggu ini. Jangan-jangan si penulis ganteng itu kini memang sedang meringkuk di rutan polisi..?" terka Siti.
"Itu yang harus dikonfirmasi dan sekaligus diklarifikasi! Dan jika ada pelanggaran HAM, kita harus bertindak!" imbuh Zuleha emosional.
"Sebelumnya sori ya Zus Zul! Kok kelihatannya Panjenengan concern banget sama si penulis ganteng itu. Apa jangan-jangan Zus sedang jatuh cinta padanya....?" ledek Aisah yang langsung disambut dengan ledakan tawa, sorak maupun suitan dari para emak yang hadir.
"Lho, saya memang sejak dulu sudah jatuh cinta pada karya-karya sastra beliau..." jelas Zuleha tegas sambil mengembangkan senyum manisnya.
"Kalau gitu, saya usul boleh kagak, Jeng?"
"Silahkan saja Mbakyu! Mau usul apa?"
"Saya usul agar Jeng Zul bukan saja mengagumi karya-karya beliau. Tapi juga mencintai beliau seutuhnya. Sebab dalam pandangan saya, kalau Jeng Zul dan Mas Ajie bisa sampai berjodoh, pasti akan menjadi pasangan yang sangat ideal......setuju...?"
Usulan itu kontan saja menimbulkan respons yang sangat meriah dari semua peserta rapat. Sehingga ruangan rapat hampir meledak oleh segala macam suara yang keluar dari mulut para emak milenial itu.
"Saya sih tak mau munafik. Jika Bang Ajie memang menginginkan saya untuk menjadi pendamping hidupnya. Saya siap menerima lamarannya.....siapa takut?" kontan saja sambutan emak-emak jadi makin menggelegar dan menggemuruh lagi beberapa saat lamanya.