"Sangat percaya."
"Karena karunia Tuhan, maka ya harus bersyukur dong kepada Sang Pemberi karunia."
"Iya...iya...iya!" ujarnya sambil manggut-manggut.
"Ente percaya atau tidak, kalau karunia-Nya itu baik dan bermanfaat?"
"Bukan hanya baik dan bermanfaat, tapi juga sangat membanggakan bagi setiap wanita penerimanya." Sahutnya.
"Bukan hanya si penerima karunia itu saja yang bangga dan bahagia. Namun juga ayah ibunya dan saudara-saudaranya. Bahkan suami si cantik itu pun sangat bangga. Seperti Ente sendiri contohnya. Ente sendiri senang tidak, punya istri secantik Linda?"
"......................" Fadly tak menjawab. Ia hanya tersenyum dan mengangguk.
"Kalau itu membahagiakan dan membanggakan, kenapa aku tak boleh menulisnya?"
Lalu kuingatkan juga, bahwa dalam Kitab Suci banyak tokoh hebat wanita yang sangat jelas ditulis berparas cantik dan elok. Sebut saja Sara, Ribka, Rahel, Tamar, Ester, Batsyeba, Abigail, Yemima, Kezia, Kerenhapukh dan lainnya.
Bahkan kalau Ester tidak cantik, ia tidak mungkin terpilih dalam kontes kecantikan yang diadakan oleh Ahasyweros. Artinya, ia juga tak mungkin diangkat menjadi permaisuri raja. Dan kalau bukan sang ratu, tak mungkin Ester bisa mempengaruhi Ahasyweros untuk menghukum Haman.
Jadi Allah pun memakai kecantikan Ester untuk meninggikannya sebagai ratu. Dan sekaligus menjadikannya seorang pahlawan pembebas bangsanya dari rencana genocide Haman yang biadab itu.