Mohon tunggu...
Bambang Suwarno
Bambang Suwarno Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Pendeta Gereja Baptis Indonesia - Palangkaraya Alamat Rumah: Jl. Raden Saleh III /02, Palangkaraya No. HP = 081349180040

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mendewakan Kecantikan, Siapa Bilang? (Selesai)

1 Februari 2019   12:55 Diperbarui: 1 Februari 2019   13:39 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Satu-satunya jalan untuk mempunyai sahabat adalah menjadi seorang sahabat." (Ralph Waldo Emerson)

Untuk membangun jalinan persahabatan dengan Fadly, sama sekali bukanlah perkara  sederhana. Karena kondisi ekonomi orang tua, aku belum bisa kuliah. Pekerjaan pun belum kudapat.  

Artinya masih berstatus pengangguran. Sementara para pemuda lain di kampungku, hampir semuanya, sudah pergi merantau. Kondisi seperti itu, waktu itu cukuplah menyiksaku. Hampir setiap hari aku diteror oleh rasa sepi. Aku sangat butuh sahabat. Tapi siapa? Siapa yang mau menjadi sahabatku?

Satu-satunya pemuda sebayaku yang masih tinggal di kampung adalah Fadly. Barangkali waktu itu dialah juga, satu-satunya pemuda yang berpredikat mahasiswa. Dia bisa kuliah karena ayahnya seorang camat. Dalam kebingunganku mencari seorang sahabat, Fadlylah pilihan yang paling realistis.

Awalnya (kira-kira satu semester lamanya), dia seperti ogah-ogahan menerimaku sebagai sahabatnya. Dengan banyak alasan ia sering menghindar ketika kudatangi ke rumahnya. Tapi karena kegigihanku atau ke-ndablegan-ku yang pantang mundur rajin main ke rumahnya, lama-lama hatinya lumer juga. Dan jadilah kami bersahabat sampai sekarang.

Maka benar sekali apa yang dikatakan Esais tersohor Amerika Serikat pada abad ke-19 itu. Quote-nya yang kukutip di atas, mengajak kita proaktif dalam mencari seorang sahabat. Siapa pun tak akan pernah menjadi sahabat baik kita, kalau kita sendiri tidak mau menjadi sahabat baginya. Jadilah sahabat baginya, maka ia pun akan menjadi sahabatmu.

Kembali ke Fadly. Sayang sekali kunjungannya ke rumahku kali ini singkat saja waktunya. Besok siang ia sudah harus balik kembali ke Kediri. Maka sore - malam ini dan besok sebelum kuantar ke bandara, kumanfaatkan waktu semaksimal mungkin. Kuajak dia putar-putar keliling kota, menikmati kuliner khas Dayak dan Banjar. Tentu saja sambil meneruskan obrolannya yang kemarin.

"Jadi, Sampean nggak mendewakan kecantikan fisik wanita ya?"

"Ngapain mendewakan? Kecantikan atau kejelitaan itu bukan untuk didewakan. Tetapi untuk disyukuri, Bro!" jawabku normatif saja.

"Lho, kok?" rupanya Fadly belum paham.

"Ente percaya atau tidak, kalau kecantikan itu karunia dari Tuhan?"

"Sangat percaya."

"Karena karunia Tuhan, maka ya harus bersyukur dong kepada Sang Pemberi karunia."

"Iya...iya...iya!" ujarnya sambil manggut-manggut.

"Ente percaya atau tidak, kalau karunia-Nya itu baik dan bermanfaat?"

"Bukan hanya baik dan bermanfaat, tapi juga sangat membanggakan bagi setiap wanita penerimanya." Sahutnya.

"Bukan hanya si penerima karunia itu saja yang bangga dan bahagia. Namun juga ayah ibunya dan saudara-saudaranya. Bahkan suami si cantik itu pun sangat bangga. Seperti Ente sendiri contohnya. Ente sendiri senang tidak, punya istri secantik Linda?"

"......................" Fadly tak menjawab. Ia hanya tersenyum dan mengangguk.

"Kalau itu membahagiakan dan membanggakan, kenapa aku tak boleh menulisnya?"

Lalu kuingatkan juga, bahwa dalam Kitab Suci banyak tokoh hebat wanita yang sangat jelas ditulis berparas cantik dan elok. Sebut saja Sara, Ribka, Rahel, Tamar, Ester, Batsyeba, Abigail, Yemima, Kezia, Kerenhapukh dan lainnya.

Bahkan kalau Ester tidak cantik, ia tidak mungkin terpilih dalam kontes kecantikan yang diadakan oleh Ahasyweros. Artinya, ia juga tak mungkin diangkat menjadi permaisuri raja. Dan kalau bukan sang ratu, tak mungkin Ester bisa mempengaruhi Ahasyweros untuk menghukum Haman.

Jadi Allah pun memakai kecantikan Ester untuk meninggikannya sebagai ratu. Dan sekaligus menjadikannya seorang pahlawan pembebas bangsanya dari rencana genocide  Haman yang biadab itu.

"........................" kembali sobatku itu hanya manggut-manggut mendengarnya.

"Mengapa lukisan Tuhan Yesus karya para maestro dunia kayak Leonardo da Vinci dan Michelangelo. Juga Basoeki Abdullah, selalu wajah Sang Kristus dilukis sebagai pria yang ngganteng, tampan, berwibawa dan agung?"

"Itu sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Juruselamat dunia." Jawabnya mantab.

"Mengapa pula lukisan Bunda Maria oleh pelukis Ungolino di Neiro yang tersimpan di Museum Louvre -- Perancis, juga berwajah sangat cantik dan anggun?"

"Itu juga sebagai bentuk penghormatan manusia terhadap tokohnya."

"Demikian juga aku. Kalau aku suka menulis tokoh perempuan cantik di cerpen-cerpenku, itu adalah wujud penghormatanku terhadap karunia Tuhan yang bernama 'kecantikan' itu. Bukan pendewaan atau pun peng-eksploitasian."

Fadly lalu bangkit dari duduknya. Menyalamiku, merangkulku dan menepuk-nepuk bahuku.

"Teruslah berkarya, Boksu! Go ahead!" tuturnya.

                      ==(Selesai)==

Bambang Suwarno -- Palangkaraya, 2019  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun