Beberapa tahun lalu, di Bandung terjadi diskusi kecil antara saya dan Pak Dadan Rohdiana. Beliau adalah seorang peneliti teh dari Gambung.
“Menurut Mas Bambang, apa yang membuat white tea sekarang begitu spesial dan banyak dicari orang?”
“Marketingnya,” jawab saya sambil tersenyum.
“Benar, Mas. Marketing yang mempromosikan bahwa white tea memiliki kandungan antioksidan paling tinggi. Memang tidak salah, tetapi ketika diseduh, katekin yang terekstrak tidak terlalu banyak.”
Bagi yang belum paham apa-apa itu white tea, saya akan berikan gambaran. White tea adalah salah satu jenis teh yang dibedakan oleh proses produksi, dimana dalam prosesnya tidak mengalami oksidasi. Secara proses, sebenarnya white tea dapat dikatakan sangat sederhana. Petik kering lalu keringkan. Grade tertinggi white tea namanya silver needle. Teh ini hanya dibuat dengan bahan pucuk teh yang masih kuncup. Grade kedua namanya white peony atau pai mutan. Teh dibuat dengan materi satu pucuk dan dua daun. Sedangkan grade terendah white tea namanya shoumei. Ini terbuat dari remahan daun dan daun-daun tua.
Yang menjadikan white tea menjadi mahal karena memang jumlah pucuk teh cuma sedikit. Dan tidak semua lahan kebun diproses menjadi white tea karena akan mengganggu produktivitas. Kandungan utama di teh ini adalah katekin dan theanin di mana katekin memiliki khasiat untuk antioksidan dan theanine berfungsi sebagai neotransmiter dopamin di otak, yang efeknya akan memberikan rasa rileks di otak.
Secara konten, kandungan kedua senyawa ini paling banyak ada di pucuk dan daun muda, termasuk juga kafein. Kandungan ini akan berkurang seiring dengan rangkaian proses produksi. White tea, khususnya silver needle, dapat dikatakan kandungan katekin paling tinggi dibanding dengan jenis teh lain. Fakta inilah yang sering dijadikan alat promosi bahwa minum white tea sangat bermanfaat karena kandungan antioksidannya paling tinggi dibanding jenis teh lain. Faktanya seperti apa?
Secara teori, proses ekstraksi juga dipengaruhi oleh besaran partikel daun. Makin kecil partikelnya proses ektraksi akan semakin cepat, begitu juga sebaliknya. White tea, khususnya silver needle, masih terdiri atas daun utuh, belum mekar pula sehingga proses ekstraksi sangat lambat. Bayangkan seperti ini, biji kopi tidak perlu di-grind, dapatkan Anda kemudian Anda seduh dengan air panas. Seberapa banyak Anda bisa mendapatkan ekstraksi kafeinnya?
“Menurut saya, kalau mau mendapatkan optimal katekin di white tea, tehnya harus di cacah dulu,” demikian Pak Dadan pernah melontarkan idenya. Iya, memang benar cara itu dapat mengekstraksi lebih banyak katekin, tetapi jangan lupa, dalam white tea kandungan kafeinnya juga tinggi sehingga selain katekin akan didapat kafein yang tinggi juga.
Fakta lain, berbanding terbalik. Hasil penelitian laboratorium seperti yang dituliskan dalam beberapa jurnal kesehatan. Akan tetapi perlu diingat, bahwa penelitian tersebut dilakukan in vivo di laboratorium. Yang diambil adalah kandungan kafein dalam white tea secara keseluruhan, tetapi tidak dijelaskan bagaimana metode ekstraksinya. Dugaan saya, karena yang diinginkan ekstraksi kandungan katekin yang optimal, cara memecah daun teh menjadi partikel lebih kecil adalah cara yang sangat masuk akal untuk dilakukan.
Dalam buku, Tea, History Terroires Varieties, nd edition, terbitan The Camelia sinensis tea house, ada satu bab yang khusus menjelaskan senyawa kimia dari masing-masing jenis teh. Ada beberapa metode pengetesan. Untuk ektraksi teh rata-rata digunakan 5 gram, air 500 cc (kecuali matcha Cuma 100 cc), waktu ektraksi bervariasi mulai 3.5 –hingga 6 menit (Khusus matcha hanya 30 detik).
Tea
Family
EGCG
EGC
C
EC
ECG
MatchaSendo
Green
98
65
2
21
24
Long Jing Shi Feng
Green
60
13
2
8
21
Anji Bai Cha
Green
47
11
1
4
10
Darjeeling Sungma st Flush
Black
29
5
1
3
15
Sencha Ashikubo
Green
18
16
1
6
5
Mr. Changs dong ding
Oolong
16
18
1
5
5
Dragon Pearl
Green
12
4
1
4
6
Bai Hao Yinzhen
White
3
0
0
1
4
Assam Banapspaty
Black
2
0
1
1
2
Arti singkatan C = Cathecin EC: Epigalo Cathecin ECG: EpiCathecin Gallat EGC: EpiCathecin Gallat EGCG : Epic Gallo Cathecin Gallat
Untuk kandungan antiokidan, saya kutipkan salah satu hasil pengetesan dengan metode ORAC
Tea
Family
Antioksidan
Matcha Sendo
Green
3,100 µmoles
Long Jing Shi feng
Gren
2,425 µmoles
Anji Bai Cha
Green
1,175 µmoles
Kamairicha
Green
1,050 µmoles
Darjeeling Sungma st Flush
Black
750 µmoles
Mr. Chang Dong Ding
Oolong
550 µmoles
Assam Banaspaty
Black
500 µmoles
Sencha Ashikubo
Green
425 µmoles
Bai Hao Yin Zhen
White
300 µmoles
Dragon Pearl jasmine
Green
150 µmoles
Data dari table di atas tampak jelas bahwa ekstraksi silver needle memiliki kandungan katekin yang cukup rendah dibanding jenis teh lain, yaitu no. 2 dari bawah di antara 9 jenis teh. Sedangkan konsentrasi antioksidan juga menunjukkan hasil yang sama, nomor 2 dari bawah di antara 10 jenis teh. Pertanyaannya, berharga tidak kita mengonsumsi white tea?
Dari awal saya mengenal teh, sudah saya tegaskan bahwa kita mengapresiasi teh karena keunikan rasa yang terdapat dalam teh tersebut. Lupakan soal manfaat. Saya sejak dulu juga tidak setuju kalau branding teh kita cuma ditonjolkan manfaat kesehatannya. Pada akhirnya kita malah bersaing dengan jamu. Yang perlu ditonjolkan adalah keunikan teh tersebut, terutama rasanya.
Lalu apa keunikan silver needle? Di atas saya kemukakan bahwa konten senyawa terbanyak ada di pucuk. Begitu juga dengan volatil-volatil dalam teh yang berperan dalam memberikan rasa dan aroma. Silver needle memiliki rasa manis dan aroma yang sangat delicated. Ada yang memiliki rasa buah, aroma bunga. Teh ini justru teh yang sangat aman untuk dijadikan daily tea, karena karakternya yang light.
Jadi, menurut saya yang cukup berharga untuk dibeli karena rasanya memang luar biasa. Apalagi kalau diseduh dingin, luar biasa enaknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H