Jika dicermati, melakukan tindakan kriminal pembunuhan membutuhkan kesiapan mental yang luar biasa kuat. Ketika seseorang berani melakukan aksi membunuh. Tanpa kebiasaan, latihan atau memiliki naluri bawaan, tidak semua orang bisa melakukannya. Kecuali dalam keadaan diri tidak normal, sangat mungkin itu bisa terjadi. Motif yang umum dipahami ketika pelaku dalam pengaruh obat-obatan, mengalami gangguan penyakit kejiwaan atau karena terancam jiwa raganya.
Semuanya sangat mungkin terjadi di tengah dinamika kehidupan yang semakin membuat asing dan miskin nurani. Berbagai kemungkinan makna dan nila-nilai sosial secara terus menerus di ciptakan setiap waktu. Kemudian disodorkan lewat media sosial sebagai tawaran pilihan hidup. Sekaligus sebagai alat ukur kehidupan manusia yang terasa dikepung sikap mekanik, pragmatis, oportunistik dan tendensius.Â
Setiap individu yang terjebak pada gaya hidup yang terus bermunculan itu seakan berada di arena pertandingan yang masih akan terus berlangsung di luar sana, negeri maya. Euforia yang penuh histeria dan menggoda. Rasanya ingin lagi berada diantara kerumunan, medan pengabdian yang penuh suka cita perayaan kehidupan. Saling bersapa, berdesakan, kadang bersinggungan, seringkali pula sikut-sikutan tak jarang saling maki berkelahi. Kalau tidak mengikuti cara tersebut, serasa tidak hidup, tidak sukses, ketinggalan zaman dan sebagainya.Â
Cermin pengajaran luhur itu selalu mengingatkan. Menjadi semacam corong sejarah masalalu. "Siapa yang memberikan lebih akan mendapatkan lebih dari apa yang telah diberikan, namun bukan dari hal yang sama. "Siapa menabur akan menuai, siapa menanam akan memetik". Berperhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri (Altruisme). Perilaku ini merupakan kebajikan yang ada dalam banyak budaya dan dianggap penting oleh beberapa agama. Gagasan ini sering digambarkan sebagai aturan emas etika.
Lagi-lagi bentangan kaca cermin itu selalu menghentikan semua hasrat gairah. Meluluh lantakan semua yang hidup sebagai naluri. Ada kesadaran kritis sekaligus skeptis, bahwa tak semudah melangkah untuk semua impian. Pertaruhan keringat pun tak cukup membutuhkan tenaga energi kemauan kuat. Sedang pasukan kawan teman sudah satu persatu tiada. Senjata sudah dilenyapkan sesuai perjanjian, apalagi peluru mesiu tak kurang sirna pula. Apakah ingin berkalang arang mati sia-sia?
Komodifikasi peristiwa yang direproduksi menjadi konten tayangan tontonan bacaan. Merupakan produk subyektif yang memiliki jarak estetis antara penikmat dengan objek tayangan tontonan bacaan. Merapatkan jarak estetis komunikasi bermedia merupakan kewenangan kreator. Bagaimana framing dibangun, isi diperdalam, dan struktur diciptakan. Berdasar asas etika profesional yang pantas selalu harus dipertimbangkan ulang dalam membangun tontonan tayangan bacaan.Â
Disadari setiap tayangan tontonan bacaan sedikit banyak mempengaruhi khalayak penikmatnya. Tidak jarang seseorang melakukan hal buruk hanya karena ikutan apa yang pernah dilihatnya. Tayangan tontonan bacaan seakan menjadi tutorial atau secondary teacher. Sepenuhnya dipahami "Manusia adalah makhluk sosial", bahwa "Tiap pernyataan harus dibuktikan kebenarannya", bahwa "Kunci pengetahuan adalah logika", dan "Dasar pengetahuan adalah fakta". sedikit mengingat Aristoteles.
Rasa Yang Meragu Dan Hati Yang Selalu Menimbang: The Power Of Gratitude.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), korban pembunuhan setiap tahunnya mencapai seribu orang dalam lima tahun terakhir. Fakta yang tidak bisa disederhanakan begitu saja. Bagaimana kejahatan kriminal pembunuhan masih menjadi permasalahan yang krusial. Bukan lantaran korbannya yang frekuensinya relatif fluktuatif naik turun, berkurang bertambah. Melainkan bagaimana meminimalisir pengaruh dan memutuskan mata rantai penyebabnya. Sebut saja tayangan tontonan bacaan salah satunya.
Mengapa media; tayangan tontonan bacaan, penting dilibatkan dalam hal ini? Mengingat  media memiliki pengaruh yang kuat pula terhadap cara berpikir, bersikap dan bertindak seseorang. Karenanya tayangan sehat informasi bermartabat, menjadi arus keutamaan yang setiap saat harus ditingkatkan bobot kualitasnya.Â
Disadari manusia hidup diantara dua pengaruh besar yang saling terkait dan membentuk hubungan sebab akibat. Faktor pengaruh dari lingkungan sosial dengan faktor individual yang dipengaruhi kemampuan personalitasnya. Hari ini media dan medsos menjadi tren penting sebagai faktor luar yang ikut mematangkan pengaruhnya. Adegan reka ulang peristiwa rekonstruksi tindakan kriminal apapun, dipahami tidak saja sebagai konten informasi berita, melainkan juga dipahami seakan sebagai tutorial berkembangnya modus kriminalitas lainnya.