(T) Kita punya potensi yang besar dalam urusan kopi,..mungkinkah suatu saat Indonesia menjadi pusat (cita rasa) kopi di dunia?Â
(J) Saya kira mampu,......tapi butuh waktu yang panjang. Gejala booming kopi saat ini belum lama terjadi, masih banyak yang harus dibenahi, di sini kebun kopi kebanyakan masih sambilan. Pada waktu itu kopi belum begitu menguntungkan petani, berbeda dengan Vietnam misalnya di Vietnam kebun kopinya benar-benar disupport pemerintah dan kebun kopi menjadi penghasilan utama para petani sehingga mereka benar-benar merawat. sementara di sini masih sebagai pekerjaan sambilan. Itu juga yang menyebabkan mengapa produktivitas kopi di Vietnam jauh melebihi Indonesia. Di Vietnem satu hektar sudah mencapai 3 ton lebih, sementara kita baru 1 hingga 1,2 ton.Â
(J) Yang pasti butuh peran pemerintah. Pemerintah dalam hal ini sebagai pemegang kendali kebijakan harus lebih berperan, sementara petani kan sebagai pelaku.Â
(T) Apakah selama ini pemerintah tidak serius atau abai dengan perkopian kita?
(J) Baru saja ini,..ketika beberapa event di luar negeri berhasil baru pemerintah mulai terbuka. Sebelumnya kalaupun ada ya sepertinya setengah hati. Saat ini posisi kita nomor 4 produsen kopi di dunia dan itu masih mungkin ditingkatkan dengan melihat potensi lahan yang ada. Semua itu butuh sinergi majemuk dari semua pihak berkepentingan. Salah satunya peran pemerintah sebagai pemegang kendali kebijakan.Â
(T) Ada saran dan pesan?
(J) Ya....tadi itu, seluruh pemangku kepentingan majemuk industri kopi, mulai dari petani, pedagang, industri dan pemerintah harus menyamakan persepsi mengenai perkembangan industri kopi Indonesia ke depan. Jadi poinnya adalah kita memiliki peluang bagus dan terbuka untuk unggul di pasar kopi dunia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H