Sejarah panjang kopi mewarnai sejarah perjuangan bangsa  Indonesia dalam meraih kemerdekaan. Bagaimanapun juga, tak dapat dipungkiri,  dalam warna hitam kopi tertoreh sebuah episode sejarah sarat eksplopitasi.Â
The Road To Java Coffee karya Prawoto Indarto, sebuah buku yang mengupas seluk beluk dan sejarah kopi di Indonesia terutama di Pulau Jawa. Prawoto Indarto, sosoknya kalem, rendah hati dan sangat jawa. Saya berkesempatan  mewawancarainya dalam sebuah acara:Â
(T) Bisa diceritakan sejarah awal mula kedatangan kopi ke Indonesia atau Nusantara?
(J) Berawal pada sekitar abad 16, ketika VOC mendapat hak atau membuka kantor perdagangan di dua kota pelabuhan di Yaman yaitu Mocha dan Eden. Dimana dari dua kota pelabuhan ini kopi diedarkan ke seluruh jazirah Arab.  Dari situ Belanda merasa memilki peluang  untuk memasarkan kopi ke seluruh Asia dan juga Eropa dan ternyata sangat menguntungkan.Â
Dari situ Belanda mulai berpikir untuk memiliki kebun kopi sendiri agar dapat keuntungan yang berlipat. Sekitar 1658 Belanda menguasai Ceylon dan menemukan satu kebun kopi dari para pedagang Arab. Dari situlah awal mula Belanda menemukan sistem budidaya tanaman kopi secara akurat dan sekitar 1696 tanaman kopi mulai dibawa ke Jawa.
(T) Lalu dimana Belanda pertama kali menanam kopi di Nusantara ini?
(J)  Ini yang belum banyak diketahui orang. Tanaman kopi pertama kali ditaman oleh Belanda di Batavia di daerah yang namanya Kedawung, tapi gagal. Kemudian pada tahun 1699 kembali ditanam di daerah bantaran sungai Ciliwung, Mister Cornelis, kampung Melayu dan beberapa tempat lain dan berhasil tumbuh dengan baik. Pada 1706 benih dan hasil tanaman kopi dari daerah tersebut dibawa ke Amsterdam  untuk diteliti dan ternyata hasilnya bagus. Lantas Amsterdam memerintahkan  agar Gubernur Jenderal VOC menanam kopi di Pulau Jawa.Â
Untuk merealisasikan rencana itu kemudian Gubernur VOC mengumpulkan para bupati Priangan.  Untuk menanam kopi ini butuh sumberdaya yang cukup banyak, sementara orang-orang VOC jumlahnya terbatas. Periode pengumpulan ini  yang disebut dengan koffee stelsel, dimana disitu disebutkan dengan tegas bahwa bupati Priangan harus menanam kopi dan ketika panen nanti hasilnya akan dibeli dengan harga yang telah ditentukan oleh VOC. Jadi Koffe stelsel ini murni perjanjian dagang antara VOC dan bupati Priangan. Jadi inilah awal mula kopi ditanam di pulau Jawad dan sejak itu  kopi menjadi komoditi yang mendunia, terutama sejak adanya tanam paksa.
![fb-img-1462631447233-5736a849cf7a619f0556356d.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/05/14/fb-img-1462631447233-5736a849cf7a619f0556356d.jpg?t=o&v=770)
![fb-img-1462631408750-5736a3fa90fdfd2505fe94f7.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/05/14/fb-img-1462631408750-5736a3fa90fdfd2505fe94f7.jpg?t=o&v=770)
![Prawoto Indarto dan bukunya](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/05/14/fb-img-1462634164773-5736a42ecf7a61b305563560.jpg?t=o&v=770)
(J) Begini ceritanya, sekitar tahun 1870 di Pulau Jawa diserang satu hama yang membuat semua perkebunan kopi hancur, hanya satu tersisa di daerah  Ijen, Jawa Timur, kemudian  Belanda membawa benih kopi jenis Liberika tapi gagal. Pada tahun 1900 mulai ditanam lagi benih jenis Robusta, dan mulai saat itu terjadi pengalihan  varitas tanaman kopi di Pulau Jawa dari yang semula dominan Arabika beralih ke Robusta.
(T) Bisa diceritakan tentang penyebutan Arabika dan Robusta?
(J) Berangkat dari Ceylon tadi, jadi ahli tanaman kopi dari Belanda setelah berhasil menganalisa tanaman kopi dia menamakan dengan varitas kopi Arabika. Jadi kata kopi itu diambil dari kata kaffa, bahasa arab yang artinya kopi. Sementara Arabika, karena tanaman kopi di Ceylon yang ditanam oleh orang Arab, Â sehingga dikira dari jazirah Arab, padahal bukan, tapi dari Ethiopia. Sementara Robusta adalah berasal dari Kongo, tapi Belanda mengambil dari Belgia.
(T) Sekarang ini di Indonesia jenis kopi apa yang dominan?
(J) Di Indonesia saat dominan Robusta. Sementara 80 persen jenis kopi di dunia adalah jenis Arabika. Robusta didominasi oleh Indonesia dan Vietnam.
(T) Indonesia saat ini menduduki peringkat  empat besar produsen kopi dunia. Apakah masih bisa ditingkatkan, utamanya dari aspek kualitas?
(J) Dari segi kualitas sebenarnya Indonesia sangat potensial, karena tanahnya sangat cocok atau ideal untuk tanaman kopi. Oleh karenanya daerah Specialty Coffee yang paling banyak itu ada di Indonesia, saat ini ada 8 atau 9 daerah Specialty Coffee, mulai Aceh, Mandailing , Jawa, Bali, Flores, Toraja dan beberapa daerah lain.
![fb-img-1462627057701-5736a508b47e61340b1a36bc.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/05/14/fb-img-1462627057701-5736a508b47e61340b1a36bc.jpg?t=o&v=770)
![img-20160507-104109-5736a73a90fdfdfe04fe94fa.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/05/14/img-20160507-104109-5736a73a90fdfdfe04fe94fa.jpg?t=o&v=770)
![Menjadi narasumber dalam sebuah acara.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/05/14/fb-img-1462627685607-5736a79505b0bd2b052f6e3e.jpg?t=o&v=770)
(J) Ya,..ini adalah trend baru di pasar kopi dunia dimana produknya itu harus special, artinya dari segi biji harus tanpa cacat dari aromanya dari proses pemetikannya juga harus memiliki SOP sendiri. Harus dari  buah yang benar-benar matang dan merah,  prosesnya juga harus benar dan sempurna. Jadi harus serba special. Saat ini di Indonesia mulai diarahkan untuk semakin banyak memroduksi specialty coffee karena di tingkat petani sangat menguntungkan, harganya jauh lebih tinggi dibandingkan kopi regular.
(T) Apakah Specialty Coffee dari jenis Arabika atau Robusta?
(J) Saat ini sedang diarahkan jenis Robusta untuk menjadi Specialty Coffee, sebelumnya  adalah dominan Arabika. Satu yang menarik dari specialty ini adalah adanya sertifikasi untuk masalah cita rasa, jadi ada ilmu tentang cita rasa yang akan menentukan specialty coffee ini,  jadi tidak sembarangan, harus ada ahli yang menguji dan bersertifikat.
(T) Bicara soal cita rasa,...saat ini dimana pusat cita rasa kopi dunia?Â
(J) Pusat cita rasa kopi dunia saat ini ada di Amerika. Hingga saat ini pasar terbesar kopi dunia ada di Amerika. Di Amerika itu kopi sudah menjadi tradisi yang sangat kuat mulai dari level industri hingga masyarakatnya.Â
(T) Kita punya potensi yang besar dalam urusan kopi,..mungkinkah suatu saat Indonesia menjadi pusat (cita rasa) kopi di dunia?Â
(J) Saya kira mampu,......tapi butuh waktu yang panjang. Gejala booming kopi saat ini belum lama terjadi, masih banyak yang harus dibenahi, di sini kebun kopi kebanyakan masih sambilan. Pada waktu itu kopi belum begitu menguntungkan petani, berbeda dengan Vietnam misalnya di Vietnam kebun kopinya benar-benar disupport pemerintah dan kebun kopi menjadi penghasilan utama para petani sehingga mereka benar-benar merawat. sementara di sini masih sebagai pekerjaan sambilan. Itu juga yang menyebabkan mengapa produktivitas kopi di Vietnam jauh melebihi Indonesia. Di Vietnem satu hektar sudah mencapai 3 ton lebih, sementara kita baru 1 hingga 1,2 ton.Â
![img-20160507-123516-5737f5bfd77e6127053a612d.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/05/15/img-20160507-123516-5737f5bfd77e6127053a612d.jpg?t=o&v=770)
![Acara ngambung n icip-icip kopi(cupping)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/05/15/img-20160507-123657-5737f64a8d7a61310ed4456c.jpg?t=o&v=770)
(J) Yang pasti butuh peran pemerintah. Pemerintah dalam hal ini sebagai pemegang kendali kebijakan harus lebih berperan, sementara petani kan sebagai pelaku.Â
(T) Apakah selama ini pemerintah tidak serius atau abai dengan perkopian kita?
(J) Baru saja ini,..ketika beberapa event di luar negeri berhasil baru pemerintah mulai terbuka. Sebelumnya kalaupun ada ya sepertinya setengah hati. Saat ini posisi kita nomor 4 produsen kopi di dunia dan itu masih mungkin ditingkatkan dengan melihat potensi lahan yang ada. Semua itu butuh sinergi majemuk dari semua pihak berkepentingan. Salah satunya peran pemerintah sebagai pemegang kendali kebijakan.Â
(T) Ada saran dan pesan?
(J) Ya....tadi itu, seluruh pemangku kepentingan majemuk industri kopi, mulai dari petani, pedagang, industri dan pemerintah harus menyamakan persepsi mengenai perkembangan industri kopi Indonesia ke depan. Jadi poinnya adalah kita memiliki peluang bagus dan terbuka untuk unggul di pasar kopi dunia.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI