Suasana sekitar menjadi hening, di angkasa terdengar suara tanpa wujud : kakang Sumantri, aku sangat berterima kasih kepada kakang karena dengan begini, aku dapat mencapai nirwana. Namun karena aku tidak bisa pisah sama kakanda, aku belum niat masuk nirwana jika tidak bersama denganmu.
Untuk itu, ingat diingat ya kakang, besok jika telah terjadi perang besar di pinggir pantai Maespati, aku akan jemput kakak bersama-sama menuju nirwana.Â
Tidak apa-apa kok kakang aku sekarang ikhlas lahir batin. Pesanku kepada kakang, yang setia dalam pengabdianmu di negeri Maespati, kakang aku tunggu di wiwara pangarip-arip !Â
Bambang Sumantri menangis dan menyesal karena adiknya yang setia meninggal di tangannya sendiri. Namun semua telah telanjur terjadi dan tak akan kembali lagi. Prabu Arjunasasra menenangkan Sumantri dan diajak menuju pasewakan agung Maespati.
Dalam persidangan negara Maespati itu, Bambang Sumantri dinobatkan menjadi patih Maespati dengan gelar Patih Suwanda. Pada masa pemerintahan prabu Harjunasasrabahu dengan patihnya Suwanda, negeri tersebut menjadi subur makmur, panjang punjung, gemah ripah, tata tentrem, karta raharja.
Tidak diceritakan panjang lebar kemakmuran negeri tersebut, pada suatu waktu, prabu Harjunasasrabahu bersama permaisuri dan selirnya sedang bercengkerama di pinggir pantai Maespati.Â
Bersamaan dengan itu, raja Alengka prabu Dasamuka sedang bertapa kungkum di lepas pantai dengan badan dibesarkan sebesar gunung hingga air meluap ke bibir pantai seperti sunami. Permaisuri dan dayang menjadi lari tunggang langgang mencari selamat dari terjangan luapan air laut.
Prabu Harjunasasrabahu memanggil patih Suwanda untuk menyelidiki keadaan yang sebenarnya terjadi. Ia memancing Dasamuka agar merucat triwikramanya dan berperang tanding di daratan.Â
Singkat cerita, keduanya saling beradu kesaktian dan kebolehan berperang hingga akhirnya Bambang Sumantri terlena. Lehernya digigit dengan siung pangapit Rahwana hingga hampir putus.Â
Samar-samar Bambang Sumantri mendengar suara adiknya di angkasa, sambil menahan sakitnya ia teringat akan pesan adiknya ketika meninggal dunia olehnya. Ia menyadari bahwa Bambang Sukasrana telah menjemputnya.