Tanpa berpikir panjang, Sumantri menyanggupi. Bambang Sukasrana bersemedi dengan membaca mantram sakti, di angkasa terdengar suara menggelegar memecahkan gendang telinga, bersamaan itu pula, taman Srwedari perpindah ke negeri Maespati tanpa ada selembar daun pun yang rontok.
Bambang Sumantri terkejut melihat adiknya tidak di hadapannya lagi dan ia memutuskan untuk kembali ke Maespati. Setibanya di sana, ia melihat taman Sriwedari yang sudah berada di sana.Â
Prabu Harjunasasrabahu sangat berkenan melihat peristiwa itu dan Bambang Sumantri diangkat menjadi patih di negara tersebut dengan gelar patih Suwanda.
Prameswari sang raja yakni  dewi Citrawati bermaksud untuk melihat taman Sriwedari yang indah. Ia berkeliling taman dengan penuh suka cita.Â
Baru melihat keindahan bunga di taman, Dewi Citrawati terkejut bukan kepalang. Sampai hampir pingsan dan susah berbicara. Ia melihat di sudut taman ada raksasa bajang yang sedang tertidur pulas. Sang dewi lari kencang meghampiri sang raja dan mengatakan apa yang baru saja dilihatnya.
Prabu Harjunasasra meminta Bambang Sumantri untuk menangkap raksasa tersebut. Yang diperintah langsung berangkat menuju taman. Bambang Sumantri sangat bersedih ketika sampai di taman karena raksasa yang dimaksud adalah adiknya yaitu Bambang Sukasrana.Â
Ditemuilah adiknya itu dan mengatakan agar ia segera pulang dahulu gunung Jatisarana. Sukasrana tidak mau karena kakaknya semula telah berjanji jika taman sudah berhasil dipindahkan, adiknya diperkenankan ikut. Dengan berbagai bujuk rayu agar adiknya mau pulang tidak berhasil.
Bambang Sumantri kemudian menakut-nakuti dengan membawa anak panah yang diarahkan ke tubuh adiknya. Sukasrana tidak takut malah tetap pada pendiriannya untuk ikut kakaknya di Maespati.Â
Hal ini membuat agak marah dan bercampur bingung mencari strategi agar adiknya mau pulang. Pada suasana seperti ini, tangan Sumantri berkeringat, hingga akhirnya panah melesat tepat mengenai tubuh Sukasrana.
Ajaib sekali ketika Sukasrana terkena panah, tiba-tiba jasadnya hilang, Bambang Sumantri heran dan semakin bingung. Ia menyesal dan memanggil-manggil adiknya yang telah tiada.Â