Demokrasi dimaksud bisa demokrasi terpimpin atau bisa juga demokrasi Pancasila. Selanjutnya masing-masing pemahaman yang membedakannya seperti apa.
Demikian pula kata 'rasa', pemaknaan untuk sebagian orang seakan-akan bersifat 'sementara', atau hanya bila diperlukan saja, tidak memiliki, atau hanya seperti meminjam saja.Â
Pertanyaannya; benarkah seluruh masyarakat kita ini telah memiliki demokrasi yang dimaksud tersebut. Melalui olfactory receptor cells persepsi itu dibentuk oleh otak limbik kita, pengecapan merupakan fungsi sensoris CNS kita (central nervous system). Sensasi pengecapan mencakup rasa manis, asin, masam, pahit, gurih (umami) dan asam lemak.
Kembali kepada konteks capital, kita memang perlu sekali modal, lokal atau dari luar negeri. Terutama diperlukan untuk pembangunan prasarana dan industri maju, bukan hanya sekedar pembiayaan partai.Â
Hanya saja, kita yang seharusnya mengelola para kapitalis oligarki dengan segerobak dolarnya. Bukan mereka yang akhirnya berpotensi menjadi dalangnya. Mirip ucapan Bung Karno yang sebenarnya tidak anti modal asing, tapi hendaknya modal asing tidak menjadi tuan di negeri kita.
Sementara bagaimana kata 'kita' dimaknai benar-benar mewakili seluruh manusia Indonesia. Bukan sekelompok atau sebagian orang dengan segelintiran kepentingan tamaknya.Â
Agar supaya benar-benar pancasilais, yang senantiasa mendahului kepentingan umum di atas kepentingan kelompok maupun perorangan pribadi. Tanpa disadari hal tersebut terjadi di dalam kehidupan kita sehari-hari (stupidity in politics).Â
Menurut pendekatan neuroleadership, kepemimpinan sekarang yang diperlukan tidak saja yang memfasilitasi perubahan (Rock & Ringleb, 2013), namun juga memimpin secara inklusif di atas keberagaman yang telah hadir di Indonesia jauh-jauh hari sebelum adanya kemajuan teknologi informasi digital yang terdisrupsi (transformational and inclusive leadership). Â
Stupidity in politics yang kedua di dalam kehidupan berpolitik bangsa kita adalah sistem perekrutan kader parpol, atau cara partai merekrut para kadernya.Â
Idem, telah menjadi pengetahuan dan rahasia umum juga, bahwa semua kader akan dijanjikan untuk menduduki kursi jabatan tertentu di eksekutif, legislatif, dan bahkan di yudikatif yang seharusnya (secara logika) jelas-jelas diharamkan atau dihindarkan.Â