Apakah yang dicapai harian masih sesuai dengan target mingguan, bulanan, tahunan. Sehingga apa yang kita kerjakan agar tetap solid, predictable, dan konsisten menjadi faktor penting dalam keberhasilan tahapan implementasi ini. Kalau kita berhasil artinya kita telah mempunyai mesin yang menghasilkan leads tadi.
Di dalam tahap implementasi bisnis, proses bagian kedua yang penting (setelah leads) adalah "conversion". Jadi bagaimana leads tadi dikonversikan menjadi pendapatan yang benar-benar menjadi uang arus kas yang masuk. Jadi percuma saja banyak memiliki leads tapi tidak ada yang deal.Â
Contoh; di bagian penjualan berbeda-beda rasio konversi setiap tenaga penjual. Ada yang dari 10 prospek, berhasil hanya 1 yang closing deal. Sementara yang lainnya mungkin dari 10 daftar prospek mampu mendatangkan 2 closing deal, dan seterusnya. Tugas kita memastikan proses konversi ini terus berjalan dan kalau perlu meningkatkan rasio rata-rata konversinya.
Proses ketiga di tahapan implementasi disebut "nurturing".  Di dalam proses ini, prospek yang tadi belum berhasil di-closing, kita rencanakan dan lakukan masing-masing upaya yang mungkin saja berbeda. Seperti tetap menjaga kontak atau hubungan. Melakukan branding, dan transfer pengetahuan serta sosial produk. Tidak harus hard selling. Kita bisa melakukan secara lebih smooth dan jangka panjang.
Memang konsekuensinya akan menimbulkan biaya. Kita harus menyisihkan anggaran untuk ini. Dengan terus menerus kita bisa lihat pertumbuhan melalui lead generation, kualifikasi, konversi dan nurturing.Â
Di tahapan implementasi harus ada seseorang yang aktif melakukan terus menerus, dengan produktivitas yang tinggi mengerjakan dengan benar. Ternyata tidak cukup 'doing the right thing' saja, tapi in the right order, dan at the right time. Di sinilah 'jebakan batman' pada tahap kedua model bisnis prediktif bertumbuh ini.
Setelah kita memiliki kedua tahapan proses (pondasi dan implementasi) yang berjalan dan dapat diprediksikan, mari kita masuk ke tahap berikutnya, tahap ketiga; optimalisasi. Ada 3 proses lagi di tahapan ini, yaitu: [1] metrik (KPI: key perfomance indicator), [2] profit maximizer, serta terakhir [3] akselerasi dan skala.
Proses yang pertama, bahwa bisnis tidak akan terpisahkan dengan matematika. Kita harus tahu semua input data yang menjadi indikator-indikator dan menjadi informasi untuk pengambilan keputusan.Â
Kita harus terus menerus memantau proses bisnis kita. Namun jangan terjebak dengan micromanage. Kita harus berbagi delagasi kerja dengan tim. Tim suka diberikan masukan atau diawasi. Namun terlalu ketat dan detil juga mereka akan merasa tidak nyaman.
Otak manusia pada dasarnya suka menerima feedback. Mereka akan stres manakala tidak memperoleh masukan. Tapi masukan atau kritikan yang membangun, konstruktif tentunya yang diperlukan. Bukan sebaliknya, destruktif (malah semakin stres, banjir kortisol). Cara penyampaian juga harus dicari waktu yang tepat, dan tidak di depan orang lain.
Proses kedua, memaksimalkan profit dengan melakukan upselling atau downselling, menyesuaikan kebutuhan pelanggan. Meningkatkan nilai tambah di mata pelanggan. Namun margin yang lebih baik buat kita sebagai perusahaan. Banyak cara yang mengoptimalkan kepuasan pelanggan, secara bersamaan sebenarnya memaksimalkan keuntungan.