Transformasi sendiri ada yang dilakukan karena memang direncanakan, namun ada juga karena situasinya yang mendesak seperti pada era pandemi COVID-19 sekarang ini.Â
Perlunya transformasi digital sesuai dengan penjelasan prof. Suhono, pertama karena adanya faktor pendorong teknologi berkembang sangat cepat. Bisnis berkembang sangat pesat. Kebutuhan dan keinginan manusia terus bertambah. Termasuk ingin berbelanja secara online.Â
Adanya perubahan perilaku dan interaksi dengan pelanggan dan mitra yang meningkat, seperti yang pernah penulis beberkan di penulisan-penulisan sebelumnya.Â
Selanjutnya juga karena kebutuhan adanya produk dan model bisnis baru. Optimalisasi dan manajemen berkapasitas bisnis. Kemudahan dan kecepatan dalam berbagai hal menjadi keharusan. Stabilitas, keamanan, integritas dan ketersediaan informasi yang non-stop.
Secara profesional, tujuan transformasi digital ada 5 hal terkait; 1) guna meningkatkan efisiensi atau improve efficiency, 2) untuk meraih keunggulan operasional dan layanan, atau operational and service excellence, 3) bemanfaat juga untuk pengelolaan resiko atau managing risk, 4) bertujuan meningkatkan nilai pelanggan atau enhance customer value, dan terakhir 5) agar dapat menemukan peluang monetisasi baru atau uncover new monetization opportunities.
Nah menurut prof. Suhono hal itu semua tidak terlepas karena adanya disruption. Adanya teknologi dan sosial disruptif, adanya society 5.0, dan adanya relovusi indutri 4.0. Disruption ini yang memberikan perubahan-perubahan pada kehidupan kita.Â
Beberapa perusahaan yang tetap survive di tengah-tengah perubahan ini seperti; alibaba, traveloka, gojek, tokopedia, grab, agoda, air bnb, bukalapak, amazon.com, dan lain sebagainya. Perusahaan-perusahaan yang selamat tersebut umumnya berbasis digital platform.
Jadi sekali lagi, perubahan transformasi digital dapat direncanakan namun juga akan terjadi karena tekanan lingkungannya. Misalkan; mau tidak mau masyarakat berbondong menggunakan aplikasi yang tersedia di google play store atau apple store untuk memesan makananan untuk dapat bertahan hidup, atau untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan lainnya.Â
Seperti kata Andy, Groove dari Intel; "The Internet a typhoon force, a ten times force, or is it a bit of wind? Or is it a force that fundamentally alters our business?" Dalam konteks ini COVID-19 telah menggantikan typhoon-nya.Â
Untuk bertahan hidup, agar tetap berkelanjutan aktivitas pekerjaan yang dilakukan dari rumah, juga supaya kegiatan anak sekolah tetap berkesinambungan walaupun proses belajarnya di rumah, dan lain sebagainya.
Oleh karena kemajuan teknologi internet enables communication between millions of connected computers worldwide, sehingga kita dapat berhubungan dengan setiap manusia di mana saja secara mudah selama terhubung dengan koneksi internet dan memiliki aksesnya.Â