Mohon tunggu...
Bambang Iman Santoso
Bambang Iman Santoso Mohon Tunggu... Konsultan - CEO Neuronesia Learning Center

Bambang Iman Santoso, ST, MM Bambang adalah salah satu Co-Founder Neuronesia – komunitas pencinta ilmu neurosains, dan sekaligus sebagai CEO di NLC – Neuronesia Learning Center (PT Neuronesia Neurosains Indonesia), serta merupakan Doctoral Student of UGM (Universitas Gadjah Mada). Lulusan Magister Manajemen Universitas Indonesia (MM-UI) ini, merupakan seorang praktisi dengan pengalaman bekerja dan berbisnis selama 30 tahun. Mulai bekerja meniti karirnya semenjak kuliah, dari posisi paling bawah sebagai Operator radio siaran, sampai dengan posisi puncak sebagai General Manager Divisi Teknik, Asistant to BoD, maupun Marketing Director, dan Managing Director di beberapa perusahaan swasta. Mengabdi di berbagai perusahaan dan beragam industri, baik perusahaan lokal di bidang broadcasting dan telekomunikasi (seperti PT Radio Prambors dan Masima Group, PT Infokom Elektrindo, dlsbnya), maupun perusahaan multinasional yang bergerak di industri pertambangan seperti PT Freeport Indonesia (di MIS Department sebagai Network Engineer). Tahun 2013 memutuskan karirnya berhenti bekerja dan memulai berbisnis untuk fokus membesarkan usaha-usahanya di bidang Advertising; PR (Public Relation), konsultan Strategic Marketing, Community Developer, dan sebagai Advisor untuk Broadcast Engineering; Equipment. Serta membantu dan membesarkan usaha istrinya di bidang konsultan Signage – Design and Build, khususnya di industri Property – commercial buildings. Selain memimpin dan membesarkan komunitas Neuronesia, sekarang menjabat juga sebagai Presiden Komisaris PT Gagasnava, Managing Director di Sinkromark (PT Bersama Indonesia Sukses), dan juga sebagai Pendiri; Former Ketua Koperasi BMB (Bersatu Maju Bersama) Keluarga Alumni Universitas Pancasila (KAUP). Dosen Tetap Fakultas Teknik Elektro dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Surapati sejak tahun 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mempersiapkan Pemimpin-pemimpin Indonesia 2070

17 April 2020   14:32 Diperbarui: 17 April 2020   15:58 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Bambang Iman Santoso, Neuronesia Community

Jakarta, 13 April 2020. Di pertengahan tahun 2017 pernah kami perkenalkan konsep kepemimpinan berbasiskan neurosains, yang masih mengadopsi dari luar, khususnya untuk bisnis dan manajemen. Kami gelar seperti semi workshop di suatu cafe di bilangan jl. Wijaya, Panglima Polim, Jakarta Selatan. Pada saat itu mengupas hal ini mungkin masih terlalu dini. Namun sampai hari ini pun, hampir 3 tahun kemudian, masih belum banyak diaplikasikan atau dipraktikan di keseharian aktivitas kantor kita pada umumnya.

Beberapa lebih banyak dikomersiilkan menjadi salah satu materi penarik (sweeteners) modul-modul pelatihan belaka. Karenanya, penulis memilih judul di atas agar pembaca tertarik untuk mencari tahu. Penting untuk dipelajari, tapi memang untuk sebagian orang merasa belum mendesak. Tapi memang perlu dipersiapakan dari sekarang, terutama untuk kemajuan bangsa kita ini. Seperti apa Indonesia di tahun 2070, 50 tahun ke depan. Cek National Geographic Indonesia terbitan bulan ini, April 2020.

Disiplin ilmunya sendiri tidak berubah. Namun cara pandang, metodologi dan analisis, serta pendekatannya yang lebih tajam dan kekinian. Cocok diterapkan di zaman now. Lebih efektif dan lebih efisien. Sebuah perjalanan melalui otak untuk pemimpin bisnis oleh Argang Ghadiri, Andreas Habermacher, Theo Peters, 2012.

Landasan disiplin ilmu Neurosains 

Landasan disiplin ilmu neurosains yang dipergunakan terdiri dari neurologi, neurobiologi, neurofisiologi, neuropsikologi, neuropsikoterapi, neurosainskognitif. Neurologi adalah disiplin yang berhubungan dengan gangguan sistem saraf dan merupakan bagian dari obat manusia. Sedangkan neurobiologi adalah studi tentang struktur, fungsi dan perkembangan sel saraf dan sistem saraf. Neurokimia merupakan studi tentang proses kimia pada tingkat sel di sistem saraf.

Kemudian neurofisiologi bagian sub-disiplin fisiologi dan merupakan studi tentang kinerja dan reaksi dari sistem saraf kita terhadap rangsangan eksternal. Selanjutnya neuropsikologi adalah studi pada antar-muka psikologi dan ilmu neurosains. Berbeda sedikit, neuropsikoterapi menggunakan wawasan ilmu neurosains untuk mengobati gangguan psikologis. Sedangkan Neurosains Kognitif berhubungan dengan substrat saraf dari kognisi, proses mental. 

Dimensi-dimensi fungsi neuronal

Dalam paradigma lama, ilmu kepemimpinan manajemen dan bisnis, serta ilmu sosial lainnya pada umumnya hanya membahas proses kognitif berpikir yang secara sadar dan mampu dikendalikan.  Sedangkan di dalam paradigma yang baru akan banyak dijelajahi juga; 1) proses berpikir kognitif yang tanpa kendali atau seringkali disebut pikiran-pikiran otomatis, 2) proses berpikir afektif yang secara sadar dan dapat dikendalikan, serta 3) proses berpikir afektif yang otomatis atau bawah sadar.

Neurobisnis

Penting untuk disampaikan, bahwasannya disiplin ilmunya tidak berubah, tetapi cara pandang serta alat yang dipergunakan berubah menjadi lebih baik, sesuai pemahaman otak secara ilmiah.

Disiplin ilmu yang dimaksud termasuk; neuroekonomi (neuro-business administration) meliputi area-area mikroekonomi (neuro-ekonomi): bidang pemasaran (neuromarketing) yang lebih sering mengulas proses pengambilan keputusan konsumen membeli, sedangkan bidang keuangan (neurofinance) lebih banyak mendalami keberhasilan proses pengambilan keputusan dan resiko-resikonya; sukses atau gagal. Di bidang manajemen (neuromanagement) lebih dalam membahas penggerak proses manajerial, baik metode maupun terkait dengan tools-nya. Terakhir terkait bidang organisasi dan personalia (neuroleadership) lebih rinci menelaah interaksi hubungan antara pemimpin dan bawahannya.

Sejarah konsep yang terus berkembang

Konsep sejarah manusia dan motivasi sedang dibentuk kembali oleh ilmu pengetahuan. Diawali era homo economicus (s/d 1920-an), rezim kerja yang ketat, instruksi yang jelas, proses kerja, pengendalian yang intensif, dan pembagian kerja.  Selanjutnya diteruskan era sociologicus (1930-an), yang menekankan pada pekerja dipandang sebagai makhluk sosial, produktivitas dikaitkan dengan penggerak internal, pentingnya hubungan interpersonal.

Kemudian era actualising man (1940-an), mengikuti pengembangan diri dan penampilan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi dan berkembang menjadi makhluk yang lebih baik. Diteruskan di era complex man (1980-an), telah mengubah motivasi yang berbeda, mampu belajar, akan mengubah perilaku. Terakhir dalam pembahasan buku ini, Argang dkk. banyak memaparkan konsep yang dikenal memasuki era brain directed man (2000-an), pekerja dipandang sebagai mahluk rasional mengambil peran sekunder dalam motivasi manusia. Kita lihat ke depannya, konsep apa lagi setelah ini yang akan terus berkembang untuk menyempurnakan konsep-konsep sebelumnya.

Era 'brain directed man' (setelah tahun 2000-an)

Di era ini mulai meyakini dan membahas bahwa perilaku manusia berasal dari otak. Perilaku tidak didasarkan pada rasionalitas tetapi dibedakan berdasarkan motivasi-motivasi yang berasal dari berbagai daerah otak. Pola-pola dan pemicu-pemicu otak yang betul-betul diprogram; berlapis melalui pengalaman yang telah terbentuk sejak lahir.

Emosi adalah driver perilaku yang paling efektif dan mengandalkan sebagian besar proses kognitif. Proses-proses rasional memiliki dampak sekunder. Pemenuhan kebutuhan dasar neurosains manusia sangatlah penting bagi kepuasan karyawan; berbagai faktor mempengaruhi kebutuhan ini. Realitas dan rasionalitas mengambil peran sekunder dalam motif dan perilaku manusia.

Organisasi dan manajemen personalia

Memiliki dampak langsung pada cara otak manusia beroperasi dan bereaksi terhadap lingkungan. Perilaku membuat dan memperkuat sirkuit otak; lingkungan membentuk otak.

Kebutuhan dasar manusia sangat tergantung terutama pada interaksi pribadi dengan lingkungan dan perilaku pribadinya. Lingkungan yang tidak selaras dengan kebutuhan dasar individu akan menyebabkan ketidakcakapan berperilaku. Motivasi dasar penggerak manusia sangat didorong oleh manifestasi dari keinginan untuk memenuhi atau melindungi kebutuhan dasar manusia.

Untuk memanfaatkan potensi, motivasi pada tingkat intrinsik yang lebih dalam, kita perlu memahami kebutuhan dasar dan bagaimana mereka diwakili dan dipenuhi oleh setiap individu.

Fakta-fakta dan gambaran otak

Berat otak manusia rata-rata 1.3 kg dan 80% terdiri dari air. Berat otak memang hanya 2% dari total berat badan manusia, tetapi mengkonsumsi  20%  lebih dari total sumber energi tubuh; air, oksigen dan glukosa. Otak terdiri dari sekitar 100 miliar neuron dan 100 triliun koneksi antara satu sama lain. Sampai 1.200 liter aliran darah melalui otak setiap harinya, untuk membawa hingga 70 liter oksigen.

Belahan kiri otak manusia berhubungan dengan fakta dan detail. Spesifik bahasa, kosa kata dan tata bahasa juga duduk di sini. Belahan kanan memiliki koneksi yang lebih luas untuk emosi, dan empati. Namun lebih penting untuk hal holistik dan besar tampilan gambaran dunia.

Mitos-mitos terkait otak

Ukuran otak selalu tetap dan tidak berubah sepanjang usia - banyak perubahan terjadi dan karena neuroplastisitas otak senantiasa berubah. Kecerdasan intelijen adalah genetik -- maksudnya sebagian genetik, tetapi selebihnya terkait dengan kemampuan untuk menghubungkan dan menarik koneksi pada berbagai sumber daya di otak.

Alasan dan rasionalitas terpisah dengan emosionalitas - pusat-pusat emosi otak beroperasi bersama-sama dengan emosionalitas mengambil posisi kendali. Perilaku terprogram - kita memiliki banyak reaksi naluriah yang terprogram, tetapi banyak perilaku yang terkait dengan interaksi kita dengan lingkungan.

Bagian-bagian otak manusia

Disederhanakan, anatomi otak terdiri dari 4 bagian besar. Lobus frontal, lobus parietal, lobus temporal dan lobus oksipital. Di bagian depan - lobus frontal yang sering dikenal dengan prefrontal cortex (PFC): menjalankan fungsi rasional, membutuhkan usaha, sumber daya yang terbatas yang menguras cepat. Setara dengan 1 kubik feet dalam ukuran dibanding Milkyway (bagian otak).

Di bagian tengah otak, yang dikenal dengan sistem limbik: melakukan fungsi gugup/panik, selalu mencari ancaman, membuat keputusan setiap saat berinteraksi. Otak mengatur dua prinsip - bahaya dan reward. Bahaya atau ancaman menciptakan kebisingan, otak membutuhkan tenang. Sedangkan bahaya / takut memiliki dampak yang mendalam pada korteks prefrontal dan dampak kinerja yang berat.

Metode penelitian otak

Metode pengukuran dalam penelitian otak terbagi dua bagian besar: 1) Teknik-Teknik Elektrofisiologi: elektroensefalografi dan magnetoensefalografi, dan 2) Teknik-Teknik Pencitraan: PET - positron emisi tomografi dan fungsional magnetik resonansi tomografi.

Sistem reward dan neuroplastisitas 

Ada 4 tahapan besar bagaimana prosesi perubahan pola koneksi neuron bekerja. Bagaimana neuron otak terus berplastisitas.

Tahap awal (tahap 1) seakan-akan sel neuron berdiri sendiri seperti titik-titik yang tidak dihubungi. Kemudian titik-titik saling berhubungan, interkonesi antar neuron (tahap 2). Selanjutnya beberapa garis hubungan antar titik (antar neuron) akan menebal, membentuk pathway-pahway dan connectome (tahap 3). Tahap akhir (tahap 4) garis-garis tersebut semakin menebal sementara garis-garis hubungan neuron lainnya yang menipis, yang tidak diperlukan, akan menghilang.

Reward dibedakan antara reward primer dan reward sekunder. Rewad primer seperti; makan, minum, kebutuhan biologis, dan tempat berlindung (shelter). Sedangkan reward sekunder yang dibutuhkan seperti; informasi, status, pengakuan, ucapan terima kasih, nilai sosial, altruisme, percaya, kontak fisik.

Reward & pleasure memiliki banyak koneksi dan asosiasi yang kompleks. Dopamin bagaimanapun bukan hanya sekedar reward, namun memiliki banyak fungsi penting sebagai neurotransmiter. Sistem dopamin ini sering dikenal juga sebagai "happy hormone".

Daftar neurotransmiter penting

Ada banyak jenis-jenis neurotransmiter atau enzim di dalam otak sesuai kebutuhan dan perluannya. Sembilan di antaranya yang perlu diketahui (terkait dengan aplikasi neuroleadership), yaitu; asetikolin, serotonin, noradrenalin, dopamin, endomorfin (endorfin), oksitosin, kortisol (kortikosteroids), GABA-deficiency, dan testosteron.

Asetilkolin berpengaruh pada memori dan atensi. Serotonin menimbulkan rasa takut, pengambilan keputusan, suasana hati (mood). Sedangkan noradrenalin untuk energi, mood, dan juga atensi.

Dopamin menimbulkan perasaan dihargai dan atensi. Endomorfin (endorfin) merasakan senang (sejahtera). Dengan oksitosin rasa percaya diri akan timbul, dan cinta (dicintai dan mencintai). Kortisol (kortikosteroids) menimbulkan stres, marah. Serta GABA-deficiency menimbulkan gangguan ketakutan. Terakhir, testosteron berpengaruh pada neurotransmiter dopamin, dan agresi.

Dampak rasa takut

Ketakutan memiliki dampak negatif yang signifikan pada keseimbangan hormon di otak dan di dalam tubuh kita. Amigdala, yang terletak di dalam sistem limbik berperan dalam pengolahan ketakutan dan memroses dampak berikutnya pada pikiran dan tubuh manusia.

Amigdala yang terlalu aktif dapat menghambat fungsi kerja PFC - korteks prefrontal, fungsi berpikir rasional dan memori jangka pendek. Rasa takut atau fear menurunkan kemampuan kognitif berpikir dan membuat kita bodoh.

Setiap perasaan ancaman memiliki dampak yang mendalam pada otak, dan sangat mengurangi kemampuan berpikir kognitif. Rasa takut dapat diproses secara tidak sadar tanpa sepengetahuan eksplisit kita  - organisasi mungkin tidak tahu rasa takut telah diaktifkan dan akan mendistorsi proses berpikir.

Dominasi sistem limbik dalam proses berpikir dan kemampuan pengambilan keputusan kita, adalah kunci penting untuk organisasi. Ketakutan dan ancaman yang luar biasa, signifikan mempengaruhi perilaku dan emosi kita, tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya.

HTPA-Axis (proses dampak marah dan rasa takut)

Rasa takut mengaktifkan amigdala dan daerah lain di batang otak serta hipotalamus, melalui rilis dari transmisi glutamat. Kemudian hipotalamus melepaskan CRH (hormon corticotropin-releasing). Berikutnya, giliran sinyal ke kelenjar pituitari untuk melepaskan hormon adrenokortikotropik yang dikirim ke dalam aliran darah yang kemudian beredar ke kelenjar adrenalin di mana ia mengikat.

Selanjutnya menstimulasi pelepasan kortisol yang memiliki dampak luas pada sistem fungsi kortisol dalam berbagai cara. Tetapi membantu tubuh melawan stres dengan melepaskan dan mendistribusikan energi, misalnya jantung dan jauh dari bagian non-kritis tubuh (dalam jangka pendek) misalnya sistem pencernaan. Namun juga akan mengurangi sistem kekebalan tubuh. Dalam jangka panjang stres kronis akan berdampak buruk dan vital.

Tokoh-tokoh utama neuroleadership

Ned Hermann, 1996, dikenal dengan HBDI-nya (Herman Brain Dominance Instrument) 4 Model Berpikir (Thinking): Rasional, Experimental, Berdasarkan Feeling, Berdasarkan Keselematan. David Rock, 2006, NeuroLeadership Institute, terkenal dengan SCARF-nya: Status, Certainty, Autonomy, Relatedness, Fairness. Gerald Huther, 2009, dikenal dengan Supportive Leadership-nya: New Challenge, Network Corporate Knowledge, Positive Culture, Positive Experience.

Christian E. Elger, 2009, terkenal dengan 4 Sistem Dasar NeuroLeadership-nya: Reward, Emosional, Memori, Decision, dan dikenal dengan 7 Prinsip Dasar Neuroleadership: Reward, Fairness & Feedback, Informasi, Individualitas Otak, Emosi-Emosi, Experience, Situational Dynamics. Srinivasan Pillay, 2010, terkenal dengan Bisnis dan Otak Anda: Identify Mental State, Brain Regions and Activation, Intervention.

Kebutuhan dasar manusia

Sebelumnya kita pernah mengenal teori konsep kebutuhan dasar versi Henry Murray (1938) dan Abraham Maslow (1943). Pada teori Maslow kebutuhan manusia digambarkan dengan 5 tingkatan piramida kebutuhan. Dimulai kebutuhan fisik -- kebutuhan paling dasar, kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk memiliki dan mencintai serta dicintai, kebutuhan akan self-esteem, serta tingkat tertinggi adalah kebutuhan aktualisasi diri.

Sedangkan melalui ilmu neurosains, kita bisa mempelajari kebutuhan manusia lebih detil dan ilmiah. Otak adalah organ pendorong emosional. Otak bersifat plastis yang terus berubah dengan neuron-neuron yang terhubungkan secara organik,  menghubung-hubungkan kembali dan tumbuh setiap saat.

Dengan memeriksa substrat saraf (Gazzaniga et al 2008), kita sekarang dapat melihat bahwa proses yang mendorong reaksi tertentu dengan perilaku yang mirip.

Reaksi terhadap berbagai stimulus, bagaimanapun tetap berbeda. Jika proses-proses psikologis didasari oleh pemahaman proses-proses saraf ini, akan banyak menawarkan berbagai cara untuk mempengaruhi lingkungan di perusahaan-perusahaan di mana karyawan berkerja.

Jika kita memahami substrat saraf dari pikiran manusia, dan terlebih lagi dasar interaksi manusia, maka kita dapat memahami di mana kita dapat menerapkan titik leverage.

Klaus Grawe -- 2006 mendefinisikan kebutuhan dasar manusia neurosaintifik sebagai 4 kebutuhan dasar yang keluar dalam skema-skema dalam rangka bentuk motivasi, perencanaan-perencanaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan (goals) yang keluar dalam bentuk perilaku dan pengalaman.

Berdasarkan penelitian-peneliian neurosains, 4 kebutuhan dasar dimaksud adalah: 1) attachment, 2) pleasure maximization dan pain avoidance, 3) orientasi dan kendali, 4) self-esteem atau enhancement.

Attachment atau kedekatan, mengambil efek penting sejak lahir dan seterusnya. Oksitosin sebagai hormon ikatan juga distimulasi oleh rasa percaya diri (diberikan kepercayaan). Sedangkan orientasi dan kontrol, Mampu merancang dan mengembangkan lingkungannya. Kurangnya kejelasan dan ambiguitas merangsang reaksi negatif pada amigdala (ketakutan).

Self-esteem atau harga diri merupakan suatu kebutuhan manusia yang spesifik. Terus mencari untuk meningkatkan harga diri dan melindunginya. Sulit diteliti di tingkat neurosaintifik.

Terakhir, pleasure maximisation atau memaksimalkan kesenangan, bertujuan untuk meningkatkan kesenangan dan menghindari rasa sakit. Wilayah subjektif dari otak dengan pengalaman dari waktu ke waktu sehingga menimbulkan jaringan seluruh pemicu terutama kesadaran. Terkait dengan pengalaman positif / negatif.

Analisis alat instrumen dan model

Terkait dengan pengembangan diri dan berorganisasi, masing-masing alat instrumen mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sebaiknya diberikan sesuai kebutuhannya. Seperti job enrichment diberikan bila yang bersangkutan tidak mempunyai masalah di aspek pleasure.

Sedangkan job rotation dan job characteristics sebaiknya diberikan kepada karyawan, terutama yang sudah dapat "dilepas" atau memiliki rasa tanggung jawab yang bisa dipercaya dengan arahan dan pengawasan yang minim. Sebalikya bagi mereka yang lemah di bidang tersebut, perlu diberikan program "flow model".

Program pemberian tambahan tugas kerja atau job enlargement, diberikan hanya kepada mereka yang kurang harga diri atau memiliki percaya diri yang rendah.

Berdasarkan penelitian neurosaintifik, instrumen yang paling cocok untuk program terkait kepemimpinan, dengan konsep terbaik yang diberikan adalah emotional leadership dan coaching. MBO (management by objective) bagus diberikan hanya kepada karyawan yang tidak ada masalah dengan attachment (kedekatan). Selanjutnya, pendekatan konsep situational theory paling cocok diterapkan kepada mereka yang periang.

Konsep kepemimpinan yang paling cocok perlu diaplikasikan kepada karyawan yang mempunyai masalah dengan kedekatan (attachment) adalah konsep trait theory. Sedangkan konsep behavioural theory tepat sebagai alat intsrumen yang perlu diberikan kepada mereka yang kurang memiliki attachment dan belum dapat dilepas, atau masih perlu orientasi dan pengawasan.

Lima langkah tools model AKTIF

Lima langkah yang dapat memperbaiki atau meningkatkan kinerja kepemimpinan karyawan yaitu; 1) melakukan analisis dari jawaban pertanyaan-pertanyaan yang diberikan, 2) membuat kecenderungan profil konsistensi dalam bentuk gambar grafik, 3) melakukan upaya-upaya transformasi yang dibutuhkan, 4) fokus perbaikan pada inkonsistensi, 5) terakhir melakukan verifikasi-verifikasi perbaikan.

Ketidaksesuaian dan atau Konsistensi

Ketidakmampuan untuk memenuhi satu atau lebih kebutuhan dasar dikenal sebagai ketidaksesuaian. Hal ini berarti bahwa individu tidak akan dapat mencapai tujuannya dalam konteks mereka.

Konsistensi di sisi lain, adalah harmoni antara lingkungan dan konteksnya, serta pemenuhan kebutuhan dasar individu. Skema motivasi adalah interpretasi individu motif dan drive untuk mencapai tujuan mereka dalam konteks saat ini. Kita dapat membedakan antara skema pendekatan dan  skema penolakan (approach schemata & avoidance schemata).

Kompetensi neuroleader

Kompetensi neuroleader yang terbaik (sesuai dengan kajian yang memenuhi 4 kebutuhan dasar neurosaintifik: attachment, orientation and control, self-esteem, dan pleasure) menggunakan skema PERFECT dengan rincian sebagai berikut: 1) Potensi - mengembangkan dan mendukung potensi setiap karyawan, 2) Encourage - mendorong karyawan untuk menghadapi tantangan baru dan mengembangkan diri mereka sendiri, 3) Respon - berikan umpan balik yang teratur dan konsisten, 4) Freedom - memungkinkan kebebasan sebanyak mungkin, 5) Emosional - menerapkan emotional intelligence, 6) Communication - komunikasi yang reguler di tingkat yang sama, dan 7) Transparan - bersikap transparan dalam perilaku dan komunikasi.

Penutup

Materi tulisan ini dimaksudkan hanya sebagai sebuah rangkuman referensi, dari buku Neuroleadership yang dituliskan oleh Argang Ghadiri, Andreas Habermacher, dan Theo Peters. Perjalanan ini dirancang untuk meningkatkan kesadaran kita akan apa yang tampak jelas namun tidak banyak : "Bahwa otak adalah akar dari semua interaksi manusia dan pemahaman ini akan membantu pemahaman kita tentang sistem di mana manusia terlibat."

Menjadi neuroleader tidak berarti harus menjadi neurosaintis, melainkan lebih mengembangkan pemahaman tentang fungsi dasar otak dan hubungannya dengan interaksi manusia di tempat kerja. Kami yakin bahwa jika kita dapat memahami kebutuhan dasar dan memikirkan proses perusahaan kita dari sini, dikombinasikan dengan kekayaan informasi tentang otak, kita benar-benar dapat menjadi neuroleader yang baik. Harapan kita semua akan terjadi di generasi-generasi mendatang, khususnya 50 tahun ke depan. Sehingga Indonesia benar-benar menjadi bangsa yang maju. (BIS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun