Mohon tunggu...
Bambang Mintorogo
Bambang Mintorogo Mohon Tunggu... Novelis - Penulis, penyair, novelis

Penulis merupakan pengiat sastra di kota Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Prahara Cinta Putri Isabel (Part 1, Hal 1-23)

18 Maret 2022   13:40 Diperbarui: 18 Maret 2022   13:45 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  • Sangkar Emas Isabel

 

" Tidak ada yang pernah tahu, kapan terakhir kalinya engkau akan  jatuh cinta, untuk menemukan cinta sejatimu "

 

 Hutan yang di selimuti kabut tebal dan kegelapan, tiba-tiba gempar oleh  ringkikkan kuda berlari. Delapan ekor kuda hitam yang gagah, tampak menarik kereta kencana kerajaan yang terbuat dari emas.

Kilauan cahaya kekuningan tampak memancar kuat saat  menembus  gerbang gaib kerajaan. Richard sang putra makhkota kerajaan setan merah, tampak serius berbicara dengan Isabel, putri dari seorang nujum, kepala penyihir  tertinggi kerajaan.

Wajahnya  tampak serius berpikir, merah warna bajunya menambah kesan serius atas keinginan yang ia utarakan. Matanya  terus saja memandang calon pengantinnya yang tengah mencoba merapikan tatanan rambut putihnya yang panjang.

Gaun biru sewarna laut menambah keelokan dirinya yang tampak anggun. Sosoknya polos, tapi ia memiliki aura kecerdasan yang kuat di wajahnya, membuatnya selalu  pantas di elu-elukan sebagai putri bangsawan yang paling banyak di perbincangkan semua koloni.

Isabel  tetap terdiam menatap ke luar jendela kereta yang perlahan menampakkan kerlap-kerlip lampu di pinggiran kota London." Kenapa kau bersikeras  memilihku ?. Padahal masih banyak wanita dari kaum bangsawan, lebih layak kau jadikan permaisurimu, aku tidak pantas mendampingimu memimpin kerajaan ." 

" Ini titah Raja, dengan pernikahan kita, kerajaan setan merah akan semakin kuat dan abadi. " Seketika ia  menghentikan kata-katanya saat calon pengantinya menoleh " Abadi untukmu, tapi tidak untukku !." Ia menarik tangannya ketika jemarinya dipegang .

" Apa maksudmu ?." ia menghela nafas dan  menggeleng-gelengkan kepala, seperti muak.  " Richard.  kau tahu, aku tidak pernah menginginkan harta, kerajaan ataupun kejayaan, seperti yang kau ambisikan ."

" Tidak Isabel, seluruh koloni harus tunduk pada titah raja."  Ia kembali membuang pandangan ke luar jendela. Wajahnya tampak kesal. " Bebaskan aku, aku tidak ingin menjadi merpati dalam sangkar emas ."

 Keduanya terdiam, wajah sang putra mahkota tampak geram, atas  penolakkan keras tunangannya, padahal tidak ada satupun rakyat dari koloni vampire berani menolak pinangan dari keluarga kerajaan.

Kereta terus melaju keluar dari wilayah hutan terlarang. " Tidak semua mimpi bisa kita beli Richard. "  Mendengar itu, matanya menajam, dadanya membusung. Ia menatap kearah gadis yang ia cintai. " Tidak di wilayah kekuasaanku Isabel, segalanya ada dalam genggamanku."

Mendengar itu, Ia semakin acuh dan  bertambah kesal, lama terdiam. Perlahan senyumnya terbit tatkala pandangannya mengarah ke keramaian pasar malam, tidak jauh dari jalan yang di lalui.

Ia tidak lagi menggubris perkataan yang ia dengar, matanya  terperangah oleh gebyar keramaian karnaval yang dikunjungi banyak orang.  " Isabel kau dengar aku ?." Ia membalikkan badan menatap tunangannya, lalu memberi hormat .

" Baik yang mulia pangeran Richard. " Belum selesai membalas   penghormatannya, Sang pangeran tersentak.

" Berhenti !." Teriaknya, kusir mendadak menghentikan kereta di depan pintu masuk arena karnaval, buru-buru ia membuka pintu. Semua mata memandangnya. " Isabel, Isabel . "  Susulnya meraih tangan Isabel.

" Dengar Richard, jika kekuatan dan kekuasaanmu mampu membelah bulan, dan menjadikan bumi ini menjadi gelap gulita selama tujuh purnama untukku, aku akan menuruti semua  keinginanmu .

" Ia berlalu begitu saja, Richard hanya terdiam melepas genggamannya. Matanya berbinar-binar menyaksikan keramaian karnaval. Senyumnya yang sejak tadi beku, kini terbit menghiasi wajahnya yang cantik.

Seketika  keramaian terjadi, orang-orang terperangah melihat kedatangan keduanya.  Mereka mengira ada keluarga kerajaan Inggris yang mendatangi karnaval. Para pengunjung terheran saat tidak melihat  satupun pengawal kerajaan.

Meski para pengunjung tidak mengenal  keduannya, mereka tetap menggangap keduannya sebagai bangsawan dari keluarga kerajaan Inggris.  Keramaian orang pun terjadi, ketika para pengunjung bergerak mengerubungi keduanya.

Para pengunjung  menarik Isabel ke tempat tukang foto, yang menggunakan kamera klasik agar bisa berfoto dengannya. Juru foto bergegas mengambil foto. Ia tampak tertawa-tawa kecil tak menghiraukan kerumunan orang yang begitu gembira melihatnya.   

Hatinya bahagia merasai keramahan orang-orang, ia merasa dirinya bagai ratu sejagat, ketika orang-orang kembali berebut mengajaknya berfoto. " Minggir-minggir !. " Teriak Richard membelah kerumunan pengunjung yang mengerubungi tunangannya.

Orang-orangpun kemudian memberi jalan. Isabel memahami maksud Richard yang merasa terganggu, seketika ia mengunakan sihir merubah pakaiannya seperti orang-orang kebanyakan, begitu pun Richard.

Keduanya menghilang begitu saja hingga membuat   kerumunan orang kebingungan mencari. Sepanjang jalan Isabel tertawa-tawa kegirangan sembari mencoba berbagai permainan.

Tangannya mengambil berbagai pernak-pernik hiasan serta makanan yang dijajakan. Para pedagang tampak  kegirangan dan menghormat berkali-kali saat mendapati koin-koin emas darinya.

Merasa sebal terus di ikuti, tangannya meraih boneka babi, lalu menyembunyikan di balik pakaiannya, ia tahu bahwa satu-satunya binatang yang paling  di benci tunangannya adalah babi.

Dulu ketika kecil, ia pernah di sekap musuh  dari kerjaan kegelapan dalam kandang babi yang jorok dan bau, karenanya ia amat membenci babi.  Memasuki permainan bola, langkahnya dihentikan oleh petugas jaga .

" Maaf nona, ini untuk anak-anak. " Dengan ringan ia tersenyum, lalu mengubah dirinya menjadi anak-anak, seketika itu petugas jaga terperangah.

" Jangan khawatir, ini hanyalah sihir, lihat temanku ." Tunjuk Isabel ke arah Richard yang mengubah  dirinya, menjadi anak-anak. Petugas jaga pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala tidak percaya.

" Isabel ." Panggilnya, dengan cepat ia mengarahkan boneka babi ke wajah tunangannya. Dengan cepat Richard mengelak, tangannya bergerak menangkis, lalu  menghantam asal dengan kuat boneka babi. 

Lintasan pikirannya mengingati kenangan yang menjijikkan ketika di sekap. Seketika ia mual dan muntah-muntah. Belum sempat bangkit setelah tersungkur, karena terkena pukulan.

 Richard melesat menendang  boneka babi dengan keras, lalu  menerkamnya, kedua lengannya dicengkram kuat. Ia tampak geli melihat wajah tunanganya tampak geram.  Matanya merah menyala. Ia mengeluarkan taring dan mendekatkan wajahnya untuk mengintimidasi.

" Dasar bodoh !."  Teriak seorang bocah laki-laki sembari menendang perut Richard dengan keras, hingga membuatnya jatuh terkapar.  Perlahan Isabel berdiri, ketika lengannya di tarik sang bocah.

" Siapa namamu ?."  Bisik Isabel, pandangannya terpesona dengan sosok bocah dihadapannya. " Namaku Andi ." Jawab sang bocah dengan logat Inggris yang fasih. Ia mencoba membaca ras asal negara Andi.

" Apa kau dari Melayu ?."  Tanya Isabel sangsi. Anak itu mengganguk dengan polos." Ya. Aku dari  Indonesia. " Ia tampak semakin penasaran." Apa yang kau lakukan di London ?." Bocah itu menggaruk-garuk kepalanya.

" Aku ikut orang tuaku . " jawabnya polos.  " Apa yang dilakukan oleh orang tuamu disini ?." Bocah itu menggoyang-goyangkan kepalanya kekanan dan kekiri. " Ayahku peneliti sejarah, ia juga gemar  mengkoleksi barang-barang kuno. "  

Richard bangkit. " Siapa kau !. Apa maksudmu menjulukiku lelaki bodoh ?!." Teriaknya bersiap menerkam Andi. Ia keluarkan taringnya mengintimidasi. " Kau pikir aku takut padamu, vampire jelek !." Ledeknya sambil menjulur lidah.

Andi membalikkan badan sambil menggoyang-goyangkan pantatnya, seketika tangan Isabel menarik baju bocah itu ke samping, ketika Richard bergerak cepat.  Terkamannya meleset, hingga membuatnya tersungkur. 

 Kembali bocah itu meloncat menendang  untuk kedua kalinya, lalu mundur, namun  bocah itu tiba-tiba terkaget, ketika mendapati Richard telah menerkamnya dengan cepat, hingga lehernya tercekik.

Tubuhnya menggelantung, menempel ke tembok, sedang kakinya menjejak-jejak ke bawah. Isabel menggerakkan tangan memainkan sihir hingga angin berhembus  kencang hingga  membuat mata Andi terpejam. Ia melesat mendekat.

" Ia hanya seorang bocah Richard, apa kau tidak malu ?." Bisiknya, Pangeran itu terdiam, ia merenggangkan cengkraman tangannya, dengan cepat Isabel menghantam tunangannya, hingga membuat tubuhnya terlempar mundur.

Ia melesat mengikuti tubuh Richard yang terlempar. " Tunggu aku di kerajaan, aku tantang kau bermain pedang, akan kupermalukan dirimu di hadapan pasukanmu !."  Dengan cepat Isabel berbalik cepat  menangkap tubuh Andi yang terjatuh.

Lintasan pikirannya seketika tergambar  sebuah pernikahan. Ia seperti membayangkan sosok dirinya menikah dengan seseorang yang wajahnya sangat mirip dengan bocah dihadapanya. Ia tidak percaya, ia coba kembali membayangkan.

Kembali lintasan  fikirannya memperlihatkan, keramaian pesta di mana ia sedang menikah dengan seseorang yang wajahnya mirip dengan paras bocah di hadapannya. Ia menggelengkan kepala tidak percaya.

Ia melihat kearah tunangannya, pangeran itu   memberi hormat, kemudian pergi menghilang. " Siapa kau sebenarnya ?. apakah kau pangeran cintaku ?." Lembut katanya terpesona dengan sosok bocah dihadapannya.

Bocah itu menatapnya dengan polos, tangan kecilnya meraba wajah Isabel. " Kau cantik sekali, seperti dongeng  putri salju yang  diceritakan mamaku." Spontan ia langsung mencium pipi bocah itu, ketika bocah itu membelai rambut putihnya.

" Kenapa kau menciumku ?. Apakah kau jatuh cinta denganku ?." Isabel menatap bocah itu dengan perasaan  penasaran. " Kenapa kau berpikir seperti itu ?."  Bocah itu tersenyum. " Ciuman adalah tanda cinta, begitulah yang aku baca dalam buku, apakah itu benar ?."

Ia menganguk dan  kembali menatap bocah itu dengan pandangan penuh kekaguman. " Kenapa kau menatapku seperti itu, apakah itu tatapan yang di penuhi dengan cinta ? mamaku selalu menatap papaku, dengan tatapan seperti itu ?." Kembali Isabel mengangguk,sambal menahan geli.

" Kenapa engkau jatuh cinta padaku ?." Tanya bocah itu polos, Isabel tersenyum geli. " Kau mirip pangeran cintaku dalam dongeng." Bocah itu terlihat penasaran, ia terdorong untuk mengoleksi cerita dongeng itu dalam perpustakaannya.

" Apakah ceritanya bagus ?." Isabel mengangguk. " Kau tahu, dalam cerita itu, kau dan aku seperti tokoh utamanya." Bocah itu terlihat sangat gembira mendengarnya. " Benarkah ?, siapa tokohnya ?." Isabel menahan geli." Akulah si cantik Isabel dan kau, Andi si  pangeran katak. "

  Tawa keduanya pecah, menginggati cerita dogeng itu, ia terlihat berakting seperti tokoh si pangeran katak, dan itu membuatnya semakin geli, Isabel meledeknya dengan gaya katak menari. Bocah itu terdiam oleh ledekannya. 

Isabel mengangkat bahu melihat tatapannya yang dingin. " Aku bercanda tuan, maafkan  aku." Ia menghormat dengan gaya seorang bangsawan, memberi hormat pada raja. Hati bocah itu melunak, ia membalas permohonan maaf dengan senyuman .

" Andi ! tolong aku ." Ia bergerak ke belakang punggung sang bocah, setelah memainkan sihir, dimana sosok Richard, muncul dari pintu belakang menghampiri. " Tenang Isabel, akan kulindungi kau hingga titik darah penghabisan. "

Mendengar itu ia terkejut, ia mengangkat kepala dan menghadapkan wajahnya menatap bocah yang bersiaga untuk bertempur ." Sungguh kau akan  melindungiku ?."

 Bocah itu  menganggukkan kepala, ia mengepalkan tangan, sembari memukul-mukulkannya ke dada." Dengan jiwaku. " Ia makin terheran dan semakin penasaran pula." Meski kau pertaruhkan nyawa untukku ?." Bocah itu memasang kuda-kuda gaya karate siap berkelahi.

" Demi Tuhan, Bella ! aku rela mati untukmu. " Ia melayangkan telapak tangannya ke keningnya, ia tampak kelimpungan, antara geli dan tidak percaya, tapi kepolosan anak itu telah memikat hatinya." Engkau sungguh-sunguh Andi ?."

 Isabel memeluk tubuh bocah itu dari belakang hingga membuat  kuda-kudanya tidak lues, tapi bocah itu terlihat tidak keberatan dengan apa yang dilakukannya, ia merubah gaya berkelahinya dengan gaya seperti Bruce lee." Bagaimana aku membuktikannya."

Ia terdiam memikirkan sesuatu." Panggil saja aku Bella ."  Bocah itu mengangguk. " Kau tahu apa yang harus kau lakukan untuk membuktikan ucapanmu ?."  Bocah itu menggelengkan kepala. "  Kelak jika kau telah dewasa, kau harus menikahiku, apa kau bersedia ?. "  

Bocah itu mengangguk-anggukkan kepala. " Itu masalah kecil. Aku pasti menikahimu. kau layak menikah dengan pria baik seperti aku. "  Kata bocah itu fasih menirukan percakapan serial drama di radio. Mendengar itu, ia tampak tak percaya, tetapi hatinya sangat girang.

" Sungguh ! meski aku seorang vampire ?!. "  Bocah itu terperanjat, melihat sosok asli Isabel,  tapi bocah itu tampak tenang memperhatikan taringnya, sosoknya yang dingin lagi pucat, tidak membuatnya takut sama sekali.

" Aku tidak peduli, itu tak masalah bagiku !." Tegas bocah itu sembari melipat tangan bersedekap. Ia kembali mengubah dirinya kembali, kewujud manusia. " Kau sungguh-sungguh Andi ?."  Tanyanya sangsi.

Bocah itu menoleh ke arah Isabel. " Aku akan mencintaimu dengan segenap hatiku, walau harus mempertaruhkan nyawaku.  Kembali bocah itu menirukan dialog dari serial drama, yang sering ia dengar di radio bersama mamanya. Mendengar itu Isabel tersenyum,  senyuman kegirangan

.....

" Bella, Bella, Bellaaa !.  "  Seketika Isabel tersadar  dari lamunannya, ketika mendengar suara kaki berlari ke arah kamarnya, sembari berteriak-teriak memanggil. " Bella, Bella !. Cepat-cepat ! kita harus pergi sekarang !." Teriak sepupunya Gabriel.

Ia bergegas bangkit menghampiri, bibirnya tersenyum-senyum kecil, sedang kedua tangannya mengangkat gaun panjangnya. Melihat gaun pengantin yang di kenakannya, sepupunya menghentikan laju larinya, kepalanya menggeleng-geleng.

" Apa kau bercanda Bella ?. Seribu pasukan kerajaan di perintahkan membawa paksa dirimu ke istana, dan kau kabur dengan mengenakan gaun pengantin ?." Ia tersenyum, lalu kembali berlari, belum sempat sepupunya  berkata kembali, ia telah mengubah pakaiannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun