Lintasan pikirannya seketika tergambar  sebuah pernikahan. Ia seperti membayangkan sosok dirinya menikah dengan seseorang yang wajahnya sangat mirip dengan bocah dihadapanya. Ia tidak percaya, ia coba kembali membayangkan.
Kembali lintasan  fikirannya memperlihatkan, keramaian pesta di mana ia sedang menikah dengan seseorang yang wajahnya mirip dengan paras bocah di hadapannya. Ia menggelengkan kepala tidak percaya.
Ia melihat kearah tunangannya, pangeran itu  memberi hormat, kemudian pergi menghilang. " Siapa kau sebenarnya ?. apakah kau pangeran cintaku ?." Lembut katanya terpesona dengan sosok bocah dihadapannya.
Bocah itu menatapnya dengan polos, tangan kecilnya meraba wajah Isabel. " Kau cantik sekali, seperti dongeng  putri salju yang  diceritakan mamaku." Spontan ia langsung mencium pipi bocah itu, ketika bocah itu membelai rambut putihnya.
" Kenapa kau menciumku ?. Apakah kau jatuh cinta denganku ?." Isabel menatap bocah itu dengan perasaan  penasaran. " Kenapa kau berpikir seperti itu ?."  Bocah itu tersenyum. " Ciuman adalah tanda cinta, begitulah yang aku baca dalam buku, apakah itu benar ?."
Ia menganguk dan  kembali menatap bocah itu dengan pandangan penuh kekaguman. " Kenapa kau menatapku seperti itu, apakah itu tatapan yang di penuhi dengan cinta ? mamaku selalu menatap papaku, dengan tatapan seperti itu ?." Kembali Isabel mengangguk,sambal menahan geli.
" Kenapa engkau jatuh cinta padaku ?." Tanya bocah itu polos, Isabel tersenyum geli. " Kau mirip pangeran cintaku dalam dongeng." Bocah itu terlihat penasaran, ia terdorong untuk mengoleksi cerita dongeng itu dalam perpustakaannya.
" Apakah ceritanya bagus ?." Isabel mengangguk. " Kau tahu, dalam cerita itu, kau dan aku seperti tokoh utamanya." Bocah itu terlihat sangat gembira mendengarnya. " Benarkah ?, siapa tokohnya ?." Isabel menahan geli." Akulah si cantik Isabel dan kau, Andi si  pangeran katak. "
 Tawa keduanya pecah, menginggati cerita dogeng itu, ia terlihat berakting seperti tokoh si pangeran katak, dan itu membuatnya semakin geli, Isabel meledeknya dengan gaya katak menari. Bocah itu terdiam oleh ledekannya.Â
Isabel mengangkat bahu melihat tatapannya yang dingin. " Aku bercanda tuan, maafkan  aku." Ia menghormat dengan gaya seorang bangsawan, memberi hormat pada raja. Hati bocah itu melunak, ia membalas permohonan maaf dengan senyuman .
" Andi ! tolong aku ." Ia bergerak ke belakang punggung sang bocah, setelah memainkan sihir, dimana sosok Richard, muncul dari pintu belakang menghampiri. " Tenang Isabel, akan kulindungi kau hingga titik darah penghabisan. "