Mohon tunggu...
BALQIS ARIH
BALQIS ARIH Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi

Mahasiswi Bimbingan dan Konseling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Alternatif Solusi untuk Kasus Pelecehan oleh Guru BK

3 April 2024   07:30 Diperbarui: 3 April 2024   07:33 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sekolah merupakan hal yang penting dalam dunia pendidikan sebagai wadah untuk menimba ilmu serta melatih dan membiasakan diri dengan kepribadian berilmu. Sekolah sudah seharusnya memberikan rasa yang nyaman, aman, dan disiplin kepada khususnya peserta didik serta siapa saja yang merupakan warga sekolah tersebut. Perasaan-perasaan tersebut tentunya terhindar serta terjauhkan dari tindakan amoral seperti berbagai bentuk perundungan, kekerasan, bahkan pelecehan yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman, takut, terintimidasi, malu, dan lain sebagainya.

Tanggung jawab guru di sekolah tidak hanya bertugas untuk memberikan ilmu kepada peserta didiknya, tetapi juga berkewajiban untuk merealisasikan rasa nyaman itu. Salah satu posisi guru yang memiliki urgensi yang cukup besar demi menciptakan lingkungan sekolah, pembelajaran yang nyaman dan aman adalah Guru Bimbingan Konseling. Mereka membina lingkungan pembelajaran yang sehat melalui layanan bimbingan secara teratur seperti bimbingan klasikal (terjadwal dengan durasi minimal seminggu sekali) dan bimbingan individu maupun kelompok.

Lantas, bagaimana apabila Guru Bimbingan dan Konseling itu yang justru menimbulkan ketidaknyamanan kepada peserta didik? Bukankah justru memperparah keadaan yang bahkan mungkin sebelumnya sudah runyam? Bagaimana tindakan yang seharusnya diambil dan dilakukan demi memperbaiki keadaan serta menindaklanjuti kasus-kasus pelanggaran itu?

Berikut akan kita bahas terkait tindakan amoral berupa pelecehan yang dilakukan oleh Guru Bimbingan Konseling kepada peserta didik

Berbagai kasus yang ditemukan terkait tindakan amoral berupa pelecehan ini beberapa kali terjadi dimana Guru BK sebagai pelaku. Kasus pelecehan dengan berbagai bentuk dan modus seperti menyentuh organ vital/sensitif kepada sekitar 20 muridnya (MetroTVNews.com, 7/6/2023), meremas anggota tubuh korban saat ujian tes minat bakat berlangsung (Tribunnews.com, 23/1/2024), bahkan sampai melakukan pengancaman dan melakukan tindakan asusila kepada dua siswi sekaligus (Detiksumut.com 3/8/2023). Modus yang dilakukan pelaku beragam, ada yang mengajak untuk mengajari korban, atau bahkan sekedar bertanya-tanya ketika ujian berlangsung.

Menggali dari beberapa kasus yang sudah disebutkan dan masih banyak lagi, bahwasannya pelaku melakukan tindakan tersebut secara sadar dan disengaja. Melihat dengan adanya celah kesempatan sekecil apapun untuk memuaskan nafsunya. Dilansir dari Halodoc.com ada beberapa alasan yang membuat pelaku menjadi seorang pelaku, salah satunya adalah memiliki kemampuan luar biasa untuk mengabaikan hati nurani. Hal ini berkaitan dengan lemahnya rasa tanggung jawab serta jauh dari memiliki iman yang kuat sehingga mampu bertindak diluar asas kemanusiaan dalam dirinya.

Berikut penjelasan lebih lanjut terkait dampak yang akan diterima dari berbagai pihak.

Implikasi pelanggaran terhadap klien/siswa:

  1. Trauma Psikologis: Korban kekerasan seksual sering kali mengalami trauma psikologis yang mendalam. Mereka mungkin mengalami stres, kecemasan, depresi, dan gangguan lainnya yang dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama.

  2. Gangguan Emosional dan Perilaku: Korban juga mungkin mengalami gangguan emosional dan perilaku sebagai respons terhadap kejadian traumatis yang mereka alami. Mereka mungkin menjadi lebih tertutup, mudah marah, atau menunjukkan perilaku yang tidak biasa.

  3. Gangguan Belajar: Kekerasan seksual dapat mengganggu proses belajar korban. Mereka mungkin kesulitan berkonsentrasi di sekolah, menurunnya kinerja akademis, dan bahkan absen dari sekolah karena kesulitan menghadapi situasi yang menyakitkan di lingkungan sekolah.

  4. Kurangnya Kepercayaan dan Hubungan Sosial: Korban kekerasan seksual mungkin mengalami kesulitan mempercayai orang lain atau membangun hubungan sosial yang sehat. Mereka mungkin merasa tidak aman di sekitar guru, teman sebaya, atau bahkan anggota keluarga.

  5. Rasa Bersalah dan Malu yang Berlebihan: Korban sering kali mengalami rasa bersalah dan malu yang berlebihan, meskipun mereka tidak bersalah atas apa yang terjadi pada mereka. Ini dapat menghambat proses pemulihan mereka dan membuat mereka enggan untuk mencari bantuan.

  6. Kehilangan Kepercayaan pada Sistem Pendidikan: Kasus seperti ini dapat mengakibatkan korban kehilangan kepercayaan pada sistem pendidikan dan otoritas sekolah. Mereka mungkin merasa bahwa sekolah tidak mampu melindungi mereka atau memberikan perlindungan yang cukup.

  7. Dampak Jangka Panjang: Kekerasan seksual pada usia muda dapat memiliki dampak jangka panjang yang signifikan pada korban, termasuk masalah kesehatan mental, gangguan hubungan, dan kesulitan dalam kehidupan dewasa.

Implikasi pelanggaran terhadap konteks:

  1. Trauma Psikologis yang Mendalam: Korban pelecehan seksual cenderung mengalami trauma psikologis yang mendalam, termasuk stres, kecemasan, depresi, dan gangguan mental lainnya. Ini dapat mempengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan emosional mereka dalam jangka panjang.

  2. Dampak Sosial dan Interaksi yang Merugikan: Korban pelecehan seksual mungkin mengalami kesulitan dalam membangun hubungan sosial yang sehat dan mempercayai orang lain. Mereka mungkin merasa malu atau bersalah, dan ini dapat mengganggu interaksi sosial mereka di sekolah dan di luar lingkungan sekolah.

  3. Gangguan dalam Perkembangan Emosional dan Psikologis: Pelecehan seksual pada usia muda dapat mengganggu perkembangan emosional dan psikologis korban. Ini dapat mempengaruhi cara mereka memahami dan mengatasi emosi, serta mempengaruhi perkembangan identitas dan kepercayaan diri mereka.

  4. Dampak pada Kesejahteraan Akademis: Korban pelecehan seksual mungkin mengalami kesulitan berkonsentrasi di sekolah dan memenuhi potensi akademis mereka. Dampak psikologis dari pelecehan tersebut dapat mengganggu kemampuan mereka untuk belajar dan berpartisipasi secara efektif dalam lingkungan pendidikan.

  5. Perasaan Tidak Aman dan Ketidakpercayaan terhadap Lingkungan Sekolah: Kasus pelecehan seksual dapat menciptakan perasaan tidak aman dan ketidakpercayaan di antara siswa terhadap lingkungan sekolah. Mereka mungkin merasa bahwa sekolah tidak mampu melindungi mereka dari bahaya dan melindungi hak-hak mereka.

  6. Pengaruh Terhadap Sikap dan Perilaku Masa Depan: Pengalaman pelecehan seksual dapat membentuk sikap dan perilaku korban di masa depan. Mereka mungkin mengalami kesulitan membangun hubungan yang sehat, mengatasi masalah emosional, dan mengembangkan kepercayaan pada orang lain.

Implikasi pelanggaran terhadap profesi:

  1. Kehilangan Kepercayaan Publik: Kasus seperti ini dapat menyebabkan kehilangan kepercayaan publik terhadap profesi BK secara keseluruhan. Masyarakat mungkin mulai mempertanyakan etika dan integritas para konselor dan mempertanyakan apakah mereka dapat diandalkan untuk memberikan layanan yang aman dan etis.

  2. Ketidakpercayaan dalam Hubungan Guru-Siswa: Kasus ini dapat mengganggu hubungan antara guru BK dan siswa di sekolah. Siswa mungkin merasa tidak nyaman atau tidak aman dalam mencari bantuan atau dukungan dari konselor, yang dapat menghambat proses pertumbuhan dan perkembangan mereka.

  3. Pengaruh Negatif terhadap Profesi BK secara Keseluruhan: Kasus seperti ini dapat menciptakan stereotip negatif terhadap profesi BK dan mengaburkan peran penting konselor dalam membantu perkembangan siswa secara sosial, emosional, dan akademis. Hal ini dapat mengurangi kepercayaan pada layanan BK di sekolah.

  4. Ketidakpercayaan dalam Sistem Pendidikan: Kasus pelecehan yang melibatkan seorang guru BK juga dapat mengganggu kepercayaan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan. Orang tua dan masyarakat mungkin mulai mempertanyakan keamanan dan keamanan anak-anak di sekolah serta kemampuan sekolah untuk melindungi siswa dari pelecehan.

  5. Peningkatan Pengawasan dan Regulasi: Kasus seperti ini mungkin memicu peningkatan pengawasan dan regulasi terhadap profesi BK. Pihak berwenang dan lembaga pendidikan mungkin memperketat persyaratan untuk menjadi seorang konselor dan mengimplementasikan kebijakan dan prosedur yang lebih ketat untuk mencegah kasus pelecehan di masa depan.

  6. Kesempatan untuk Peningkatan Pelatihan dan Pendidikan: Kasus ini juga dapat menyebabkan peningkatan pelatihan dan pendidikan untuk para konselor, dengan fokus pada etika profesional, batas-batas profesional, dan penanganan kasus pelecehan seksual.

Alternatif Solusi

Solusi pelaku pelanggaran kode etik profesi bimbingan dan konseling:

  1. Bentuk pelanggaran 

  2. Pelanggaran umum yang melanggar nilai dan menyebarkan nama baik profesi BK dan ABKIN serta melakukan tindak pidana yang mencemarkan nama baik profesi Bimbingan dan Konseling

  3. Pelanggaran terhadap konseli yang telah melakukan perbuatan asusila pelecehan seksual dan merugikan konseli 

  4. Melakukan tindak kekerasan fisik dan psikologis terhadap peserta didik

  1. Sanksi bagi pelaku pelanggaran

Sanksi yang diberikan kepada pelaku dapat berupa: 

  1. Teguran secara lisan dan tertulis

  2. Peringatan keras secara tertulis

  3. Pencabutan keanggotaan ABKIN 

  4. Pencabutan lisensi izin praktik

  5. Apabila terkait dengan permasalahan hukum kriminal maka permasalahan tersebut diserahkan pada pihak berwenang

  1. Mekanisme pelaksanaan sanksi 

  1. Diperolehnya pengaduan dan informasi tentang adanya pelanggaran dari konseli,peserta didik atau pihak lain

  2. Pengaduan informasi disampaikan kepada guru lain atau pihak yang berwenang untuk diverifikasi 

  3. Konselor yang bersangkutan atau pelaku dipanggil untuk verifikasi pengaduan informasi yang telah disampaikan. 

  4. Pelanggaran yang dilakukan konseli termasuk pelanggaran cukup berat sehingga dewan kode etik daerah melimpahkan penyelesaiannya kepada pengurus besar ABKIN dan pihak yang berwenang

Solusi korban: 

  1. Mendengarkan cerita anak tanpa menghakimi

  2. Memberi dukungan, dukungan dapat diberikan dengan mempercayai cerita anak dan meyakinkannya bahwa orangtua akan memberikan perlindungan. Ucapkan terima kasih kepada anak karena mau bercerita dan tidak menyimpan rahasia. 

  3. Membawa anak ke tenaga profesional seperti psikolog

  4. Memeriksa anak ke dokter 

  5. Melaporkan pelaku ke pihak berwajib

Kesimpulan 

Tindakan amoral berupa pelecehan yang dilakukan oleh Guru Bimbingan Konseling memiliki implikasi yang serius pada para korban, baik secara individu maupun dalam konteks sosial dan pendidikan. Hal ini mencakup trauma psikologis, gangguan emosional dan perilaku, gangguan belajar, kurangnya kepercayaan dan hubungan sosial, serta dampak jangka panjang pada kesehatan mental dan kesejahteraan korban. Selain itu, pelanggaran semacam ini juga berdampak pada kepercayaan publik terhadap profesi Bimbingan Konseling, hubungan guru-siswa, dan sistem pendidikan secara keseluruhan. Implikasi ini memunculkan kebutuhan akan peningkatan pengawasan, regulasi, pelatihan, dan pendidikan dalam memastikan keamanan dan perlindungan siswa di lingkungan pendidikan. Dengan demikian, solusi dari kasus pelecehan - tindakan amoral yang dilakukan oleh Guru BK melibatkan berbagai tindakan yang meliputi sanksi terhadap pelaku, dukungan kepada korban, serta peningkatan pengawasan dan regulasi terhadap profesi BK secara keseluruhan. Langkah-langkah ini diharapkan dapat mencegah terjadinya kasus serupa di masa depan dan menjaga keamanan serta kesejahteraan peserta didik di lingkungan sekolah.

Sumber:

https://www.halodoc.com/artikel/ini-4-alasan-pelaku-kekerasan-seksual-melakukan-aksinya

https://www.klikdokter.com/psikologi/psikologi-keluarga/sikap-orangtua-terhadap-pelecehan-seksual-pada-anak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun