Mohon tunggu...
Balqis Alivia
Balqis Alivia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

balqis alivia putri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembelajaran Daring Selama Covid-19: Solusi atau Polemik Baru?

30 Juni 2021   01:02 Diperbarui: 30 Juni 2021   01:06 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut mahasiswa, mereka lebih memilih pulang kampung atau berlibur. Kuliah terasa memberatkan karena memerlukan data dan harus mencari tempat yang dijangkau internet agar bisa terkoneksi. Beban perekonomian pun bertambah karena selain tetap membayar uang kuliah, mahasiswa pun diberatkan lagi dengan membeli paket internet agar bisa masuk ke dalam kelas video-conference  dan mengunduh ataupun mengumpulkan tugas perkuliahan.

Hemat penulis, sistem pembelajaran daring di tengah pandemi adalah sebuah solusi dan sekaligus polemik. Mengapa demikian? Dapat dikatakan solusi jika pihak universitas atau sekolah telah memberika input dan praktik skill dalam penetrasi berbagi fasilitas "elearning". Pemantapan dalam soal fasilitas dan kempuan para pengajar menjadi salah satu standar penting dalam perkuliahan daring. 

Sementara di lain sisi, dapat dikatakan sebagai polemik baru jika proses perkuliahan yang terjadi dalam kebingungan, entah karena sarana maupun skill minimalis dari para dosen. Hal ini diafirmasi oleh banyaknya keluhan dari mahasiswa. 

Perkuliahan online hanyalah judul belakang. Banyak dosen kebingungan, dalan waktu singkat harus mempelajari macam-macam sarana pembelajaran daring (Indrawara,2020). Karena tuntutan segera melajutkan proses pembelajaran, metode alat dan galat (trial and error) terpaksa di terapkan.

Tanggungjawab utama dari para pendidik ialah bahwa merekatidak hanya sadar akan prinsip-prinsip umum pembentukan pengalaman saat in dengan bentuk konkret hal-hal di sekitarnya yang sanagt kondusif bagi perolehan peserta didik. 

Namun situasi sekarang sangat memeberi beban pada mahasiswa dan membuat pengalaman perkuliahan menjadi sesuatu yang membosankan, bahkan bisa sampai pada titik kejenuhan dan berdampak pada tidak berkulitasnya pendidikan yang diperoleh. Mahasiswa terengah-engah mengikuti proses pembelajaran. Dalam sekejap tugas menumpuk.

Ketidak siapan lembaga pendidikan dalam menerapka sistem pembelajaran daring menghasilkan iuran yang jauh dari kata berhasil. Tuntutan yang harus diemban dalam semalam ini membuat banyak komponen sepertu peserta didik, pengajar maupun fasilitas tidak bisa berjalan secara maksimal. Ditamah sulitnya pihak sekolah ataupun universitas dalam memaksimalkan fungsi teknologi dalam dunia pendidikan. 

Rasanya pendidikan gaya lama dengan sistem tatap muka jauh lebih efektif dari pada pembelajaran secara daring dititik dari keefektifan dalam proses belajar-mengajar.

Pembelajaran daring ditengah pandemi COVID-19 sering dikatakan sebagai kurikulum darurat. Kurikulim ini bisa dikatakan sebaga babak baru dalam sistem pendidikan di indonesia. Ketersediaan software (piranti lunak), website, akses internet, listrik, gadget, dan komputer menjadi ciri khas implentasi model ini (Sendler &(Ed),2018). karakteristik proses pendidikan abad ke-21 selalu menemui tantangan dan juga sekaligusmendatangkan peluang baru. Gejala ini hadir sebegai konsekuensi dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Reformasi pendidikan yang berasal dari pengenbangan model kurikulum virtual akan berdampak pada terciptanya sistem pendidikan gaya baru. Lyn Haas menegaskan bahwa pendidikan itu harus bersifat demokratis. yakni; pendidikan untuk semua (Rosyada,2004). Hal ini senada dengan pasal 31 ayat (1) UUD 1945, "Semua warga negara berhak mendapatkan pendidikan", maka semua mahasiswa dan pengajar seharusnya memperoleh perlakuan yang sama, memberikan skill dan keterampilan yang sesuai dengan kemajuan teknologi terkini, kemampuan komunikasi global.

Dengan muculnya pandemi COVID-19 ini, semoga tidak hanya membawa kepanikan di lingkup publik, tetapi juga memicubangsa kita, khususnya pemerintah dan kementerian terkait agar lebih memfokuskan anggaran pendidikan tahun ini untuk menciptakan kurikulum virtual yang lebih relavan dangan keadaan tiap daerah; proses belajar mengajar via teknologi daring, diikuti langkah memaksimalka sarana prasarana yang mendukung, menyediakan sekaligus mempercepat jejaring internet, manajerial demokratis yang berdaya asing, sampai pada keterlibatan masyarakat agar turut berkontribusi dalam perbaikan pendidikan secara virtual ke depannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun