Lelah berjalan aku duduk di kursi taman, kursinya terbuat dari besi sehingga dinginnya menusuk hingga ke balik celanaku. Di ujung dekat perempatan ada seorang perempuan duduk dengan setumpuk buku di sampingnya. Wajah bulenya biasa saja, tapi aku suka memandangnya karena ia juga menggunakan tutup kepala sepertiku. “Asik juga punya saudara muslim bule, haha!”
Aku menjadi terbiasa dengan suasana ini, ya memang harus terbiasa! Perempuan tadi meninggalkan kursinya, ia berjalan ke arahku dan tampak tergesa-gesa dengan ponselnya. Satu meter dariku ia tersandung dan jatuh, aku lantas menolongnya untuk berdiri.
“Are you okay?”
“Ya, thanks. I’m in a hurry.”
Kubantu ia memunguti buku-bukunya. Ada sebuah buku bersampul ungu yang judulnya tidak asing bagiku. Aku tercengang sebentar, pikiranku serta-merta membentuk alur regresi, mengingat kejadian-kejadian yang lampau. Aku menarik nafas dalam-dalam. Ku buka buku itu dan di halaman sampul dalam tertulis namaku. Air mataku mengembang, pandanganku kabur, aku langsung memeluk perempuan yang ada di depanku.
“Tania! It’s me! Ira! Khumaira.”
Qis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H