Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Retorika sebagai Seni Komunikasi

8 Februari 2024   23:15 Diperbarui: 8 Februari 2024   23:20 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Retorika Sebagai Seni Komunikasi (Dok pribadi)

Retorika Sebagai Seni Komunikasi  

Kita semua berkomunikasi setiap hari, secara sadar atau tidak sadar, di tempat kerja, dengan teman, keluarga, dan bahkan orang asing. Namun seberapa efektif sebenarnya komunikasi yang anda dilakukan;  Bisakah  meningkatkannya untuk mencapai tujuan  dengan lebih mudah.

Pada diskursus  ini mempelajari rahasia di balik kekuatan komunikasi ;  verbal, non-verbal, dan paraverbal. Anda akan belajar bagaimana menggunakan aspek-aspek komunikasi ini untuk membangun hubungan yang lebih kuat dengan lawan bicara, baik itu calon pemberi kerja, pasangan, atasan anda, atau orang lain. Berikut adalah aspek terpenting secara singkat:

  • Komunikasi lebih dari sekedar kata-kata: Komunikasi terdiri dari tiga aspek  verbal (apa yang dikatakan), non-verbal (bahasa tubuh) dan paraverbal (modulasi suara). Ketiga aspek tersebut penting untuk komunikasi yang efektif dan harus dipertimbangkan dengan cermat.
  • Empati adalah kunci komunikasi yang efektif: Empati memungkinkan kita memahami kebutuhan dan sudut pandang orang lain. Berhasil menggunakan empati dalam komunikasi dapat meningkatkan hubungan dan meningkatkan daya persuasif .
  • Peran hubungan dan isi dalam komunikasi: Tingkat hubungan (apa yang dikatakan mengenai hubungan tersebut) selalu menentukan tingkat isi (apa yang dikatakan secara spesifik). Penting untuk menyeimbangkan kedua aspek ini dan menggunakannya secara efektif dalam setiap situasi komunikasi.
  • Seni bercerita: Cerita lebih kuat dari sekadar fakta atau data. Mereka membangkitkan minat, bertahan lebih lama dalam ingatan dan memungkinkan hubungan emosional dengan pendengar.
  • penggunaan teknik komunikasi yang efektif: Dengan mempelajari dan menerapkan berbagai teknik dan alat retorika, termasuk penggunaan metafora dan contoh yang efektif, komunikasi dapat ditingkatkan Komunikasi   lebih dari sekedar kata-kata

Komunikasi lebih dari apa yang di katakan. Komunikasi terdiri dari tiga bagian penting: bagian verbal, non-verbal dan paraverbal. Jika Anda ingin berkomunikasi secara efektif, Anda perlu mempertimbangkan semua aspek ini. Yang pertama adalah bagian verbal, yaitu apa yang sebenarnya Anda katakan. Pilihan kata, struktur kalimat, dan kejelasan pernyataan  sangat penting di sini. Mereka berkontribusi pada apakah orang yang di ajak bicara memahami pesan anda atau tidak.

Bagian kedua adalah aspek non-verbal, yang sering diabaikan namun sama pentingnya. Ini tentang bahasa tubuh, yaitu postur tubuh, gerak tubuh dan ekspresi wajah. Sinyal non-verbal ini bisa sangat kuat dan sering kali mengungkapkan lebih dari sekedar kata-kata. Misalnya, dapat menunjukkan perasaan   seberapa percaya diri, atau apakah anda jujur.

Terakhir, ada aspek paraverbal dari komunikasi. Itu segala sesuatu yang ada hubungannya dengan suara, selain apa yang sebenarnya yang katakan. Volume, nada, kecepatan, dan ritme suara berperan di sini. Mereka dapat membantu menyampaikan perasaan dan niat serta memperkuat atau melemahkan pernyataan.

Jika  mempertimbangkan semua aspek ini dan memasukkannya ke dalam komunikasi, Anda menemukan   kemampuan  untuk mengekspresikan diri secara efektif dan terhubung dengan orang lain akan meningkat secara signifikan. Menguasai ketiga aspek tersebut adalah sebuah seni, tetapi patut dipelajari. Karena komunikasi lebih dari sekedar kata-kata.

Empati lebih dari sekedar "ekstra" yang bagus dalam hubungan interpersonal. Hal ini memungkinkan   untuk menempatkan diri Anda pada posisi lawan bicara Anda, untuk memahami perspektif mereka, emosi mereka dan kebutuhan mereka. Hal ini penting karena hanya ketika Anda benar-benar memahami sudut pandang orang lain, Anda dapat merumuskan pesan yang disesuaikan dan efektif.

Ingatlah   komunikasi bukan hanya berarti mengungkapkan pikiran dan perasaan  sendiri. Ini   tentang mendengarkan orang lain dan memahami sudut pandang mereka. Saat  berkomunikasi secara sensitif, hubungan mendalam tercipta antara Anda dan lawan bicara. Koneksi ini dapat membantu menyelesaikan konflik, memperkuat hubungan, dan meningkatkan kekuatan persuasif (bujukan anda).

Empati memerlukan sikap terbuka dan jujur. Anda harus bersedia mengesampingkan bias dan asumsi sendiri dan melihat dunia dari sudut pandang orang lain. Ini bukan tentang setuju dengan orang lain, ini tentang memahami perasaan mereka. Saat hal ini berhasil, lawan bicara merasa dihargai dan dipahami. Hal ini dapat menciptakan landasan kepercayaan dan pemahaman yang kuat dan oleh karena itu merupakan alat penting untuk komunikasi yang efektif.

Saat berkomunikasi, penting untuk dipahami   setiap pesan yang anda kirim memiliki dua tingkatan: tingkat hubungan dan tingkat konten. Tingkat konten mengacu pada apa yang anda katakan secara spesifik   informasi yang ingin anda sampaikan. Tingkat hubungan, di sisi lain, mendefinisikan apa yang dikatakan tentang hubungan antara anda dan lawan bicara anda. Ini menunjukkan bagaimana anda memandang diri  sendiri dalam hubungannya dengan orang lain dan sebaliknya.

Misalnya, bayangkan ketika mengatakan kepada rekan satu tim anda, "Saya pikir kita harus mendesain ulang presentasi ini." Pada tingkat konten,  memberikan umpan balik pada presentasi dan menyarankan perubahan. Namun pada tingkat hubungan,  mengatakan    memiliki hak atau posisi untuk memberikan masukan dan menyarankan perubahan. Hal ini menunjukkan citra diri  sebagai seseorang yang mempunyai pendapat terhadap karya orang lain dan berhak mengutarakannya.

Seringkali aspek hubungan inilah yang menimbulkan kesalahpahaman dan konflik, apalagi jika tidak disikapi secara eksplisit. dan mungkin merasa memberikan umpan balik yang membangun , sementara anggota tim menganggapnya sebagai serangan terhadap keterampilan atau posisi mereka dalam tim. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan tingkat hubungan dalam setiap komunikasi dan memastikan   pesan-pesan tersebut menyampaikan isi dengan jelas dan mendukung hubungan yang positif.

Penting untuk menyeimbangkan kedua aspek ini dan menggunakannya secara efektif dalam setiap situasi komunikasi. Ketika   memahami dan menerapkan konsep ini,   akan menemukan   komunikasi   menjadi lebih efektif dan lebih mampu menjaga hubungan yang positif dan produktif.

Bayangkan anda sedang memberikan presentasi atau mengambil bagian dalam percakapan.  Bercerita jauh lebih bermanfaat daripada sekadar menyajikan fakta atau data. Daripada menyajikan rentetan informasi kepada audiens anda, ceritakan sebuah kisah. Ini mempunyai banyak keuntungan. Cerita membangkitkan minat dan lebih berkesan dibandingkan fakta yang terisolasi. Mereka memiliki kemampuan untuk menciptakan hubungan emosional dengan audiens, yang pada gilirannya membantu memperkuat pesan  dan membuatnya lebih berdampak.

Saat Anda memasukkan cerita ke dalam komunikasi. Anda dapat memanfaatkan kecenderungan manusia untuk menyukai dan memahami struktur naratif. Manusia pada dasarnya adalah pendongeng. Mereka telah menceritakan dan mendengarkan cerita sejak awal zaman. Dengan memenuhi kebutuhan manusia ini, meningkatkan kemungkinan pesan  didengar dan meninggalkan kesan mendalam.

Dan  mungkin berpikir   anda tidak mempunyai cerita yang bagus untuk diceritakan atau   informasi anda terlalu "kering" untuk dimasukkan ke dalam sebuah cerita. Namun setiap informasi, setiap topik dapat menjadi hidup dan menarik melalui cerita yang diceritakan dengan baik. Pikirkan tentang bagaimana   dapat memasukkan fakta ke dalam struktur naratif. Pikirkan tentang elemen ketegangan, konflik, dan resolusi apa yang dapat dimasukkan.

Komunikasi adalah sebuah seni, dan seperti seni lainnya, ada alat dan teknik yang dapat di gunakan untuk meningkatkan keterampilan. Kunci untuk meningkatkan komunikasi adalah mempelajari dan menerapkan berbagai teknik dan alat retoris.

Dari Yunani kuno hingga politik modern, komunikasi retoris telah terbukti menjadi alat yang berharga untuk menyampaikan pesan secara efektif. Dengan pemahaman yang kuat tentang teknik retoris, seseorang dapat berargumentasi dengan lebih meyakinkan, mendengarkan dengan lebih efektif, dan mengartikulasikan pemikirannya dengan lebih jelas.

Metafora dan contoh yang efektif adalah dua alat penting yang harus dimiliki dalam gudang retorika. Metafora dapat menuangkan ide-ide yang rumit ke dalam kata-kata yang sederhana dan mudah dipahami dengan menggambarkan gambaran dan situasi yang familier bagi pendengarnya. Alat ini tidak hanya dapat membantu memperjelas konsep yang kompleks, namun   dapat membantu pesan yang selalu diingat.

Contoh membantu mengilustrasikan ide-ide abstrak. Mereka mengilustrasikan seperti apa ide atau konsep tertentu dalam praktiknya dan membantu pendengar lebih memahami konteksnya. Selain itu, contoh yang dipilih dengan baik dapat menarik secara emosional dan membuat pesan menjadi lebih menarik.

Namun, agar teknik ini berhasil digunakan, penting untuk memilihnya dengan hati-hati dan menyesuaikannya dengan kebutuhan spesifik audiens. Perhatikan reaksi audiens   untuk memastikan metafora dan contoh   efektif dan memiliki efek yang diinginkan.

Secara keseluruhan, meningkatkan keterampilan retoris   dan menggunakan alat-alat ini secara efektif akan membantu meningkatkan keterampilan komunikasi dan menyampaikan pesan dengan lebih jelas, persuasif, dan berdampak.

Inti dari buku ini adalah penggunaan komunikasi secara sadar dan disengaja yang menciptakan dan mempengaruhi realitas kita. Berbagai aspek komunikasi   verbal, nonverbal, dan paraverbal   memengaruhi cara pesan kita ditafsirkan dan dipahami. Fokusnya adalah pada bagaimana aspek-aspek ini dapat digunakan secara efektif dalam konteks yang berbeda dan dengan khalayak yang berbeda.

Empati adalah inti dari komunikasi yang efektif , karena memungkinkan kita berempati dengan lawan bicara kita dan memahami kebutuhan dan pandangan mereka. Dengan menggunakan model seperti model pengirim-penerima atau model gunung es, kita dapat mengekspresikan empati ini dalam komunikasi kita dan dengan demikian memberikan argumen yang meyakinkan. Saat bercerita, kita harus bertujuan untuk membangkitkan minat dan menarik emosi, karena hal ini membantu mengaitkan pesan kita dalam ingatan jangka panjang pendengar. Pada saat yang sama, kita harus berusaha membuat komunikasi kita lebih deskriptif, menggunakan metafora dan contoh serta menggunakan mnemonik yang mudah diingat.

Landasan retorika positif diletakkan dengan menerapkan alat dan strategi yang disajikan di sini. Terserah  untuk menggunakan pengetahuan ini dan meningkatkan keterampilan komunikasi. Ingatlah   komunikasi adalah proses pembelajaran berkelanjutan dimana latihan menjadi sempurna. Oleh karena itu, penting   untuk terus mencari cara untuk meningkatkan diri agar dapat menyampaikan pesan   secara efektif dan membangun serta memelihara hubungan.****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun