Karena baik di pengadilan maupun di perang, saya atau siapa pun tidak dapat dipaksa melakukan apa pun untuk menghindari kematian. Dia ingin menjelaskan kepada teman-temannya yang mendukung pembebasan, apa makna lebih tinggi yang dia lihat dalam keseluruhan kasus ini. Suara batinnya yang selalu ia ikuti dan yang selalu memperingatkannya bila ia akan berbuat salah, kali ini tidak berkutik. Hal ini memperkuat keyakinannya dia melakukan hal yang benar dengan secara sadar memutuskan untuk mati. Jika seseorang berasumsi kematian adalah tidur yang panjang, tanpa mimpi, dan tidak dapat dirasakan, maka ini seharusnya merupakan keadaan yang sangat menyenangkan dan bahkan diinginkan.Â
Sebaliknya, jika seseorang berasumsi kematian adalah perjalanan jiwa, perjalanan dari satu tempat ke tempat lain di mana orang mati berkumpul, maka kematian sebenarnya merupakan kebahagiaan yang luar biasa. Di Hades, dia akan bertemu banyak orang terkenal yang telah meninggal dan melanjutkan pekerjaan hidupnya: berbicara dengan orang-orang, menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang tidak nyaman, dan memeriksa apakah mereka benar-benar bijaksana seperti yang terlihat di luar.
Citasi:
- Bloom, Allan. The Republic of Plato. (New York: Basic Books, 1968). This translation includes notes and an interpretative essay.
- Cooper, John M. "The Psychology of Justice in Plato" in Kraut, Richard (ed.) Plato's Republic: Critical Essays (New York: Rowman and Littlefield, 1997).
- Ferrari, G.R.F. (ed.), Griffith, Tom (trans.). Plato. The Republic. (Cambridge: Cambridge University Press, 2000). This translation includes an introduction.Â
- Ferrari, G.R.F., "The Three-Part Soul", in Ferrari, G.R.F. The Cambridge Companion to Plato's Republic. (Cambridge: Cambridge University Press, 2007).
- White, Nicholas P. A Companion to Plato's Republic (Indianapolis: Hackett, 1979).
- Williams, Bernard. "The Analogy of City and Soul in Plato's Republic", in Kraut, Richard (ed.). Plato's Republic: Critical Essays (New York: Rowman and Littlefield, 1997).