Hukum potensi evolusi. Â Hukum yang bisa disebut Hukum Potensi Evolusi ini sederhana saja: semakin terspesialisasi dan teradaptasi suatu bentuk pada tahap evolusi tertentu, semakin kecil potensinya untuk lolos ke tahap berikutnya. Cara lain yang lebih ringkas untuk menjelaskan hal ini, dan sesuai dengan bab-bab sebelumnya, adalah: Kemajuan evolusi tertentu berbanding terbalik dengan potensi evolusi secara umum.
Hal ini, yang dirumuskan sebagai hukum perkembangan kebudayaan, mempunyai banyak penegasan, tetapi  banyak contoh yang menyangkal. Hal ini karena istilah-istilah evolusionisme budaya tidak didefinisikan dengan jelas, dan istilah-istilah evolusi sama sekali tidak ada dalam versi Darwin. "Spesialisasi" sering kali mempunyai arti karakteristik yang berbeda, begitu pula dengan "potensi". Salah satu contoh positif yang diberikan oleh Layanan itu sendiri adalah pengembangan sistem penulisan Mesir ke sistem fonetik yang lebih efisien. Contoh lain diberikan mengenai sifat statis individu dan kelompok yang mampu menyesuaikan diri dengan baik, dan terobosan yang dilakukan oleh pendatang baru yang beradaptasi.
Fakta dan argumen ini masuk akal, namun terdapat kontrafaktual dan argumen. Seringkali dalam sains, para pencipta yang sangat berpengalaman dan "tetap dalam paradigma" berhasil mencapai hasil yang signifikan dan baru. Dan contoh tandingannya adalah: perebutan kekuasaan oleh kaum Bolshevik "di mata rantai terlemah imperialisme dunia" (Lenin), yang seharusnya menciptakan lompatan melampaui kapitalisme maju menuju komunisme, tidak membawa pada lompatan yang diharapkan, namun malah mengarah pada lompatan yang diharapkan. kebalikan.
Semua undang-undang yang dirumuskan tersebut tidak dapat memberikan penjelasan rinci. Prinsip-prinsip tersebut pada prinsipnya dapat berfungsi sebagai landasan penjelas , namun dalam kasus ini landasan-landasan tersebut bermasalah dan tidak dapat ditentukan.
Antropologi dan arkeologi prosesual terkait ini secara bertahap memberi jalan kepada arkeologi sosial dan pasca-prosesual, di mana budaya dijelaskan sebagai struktur simbolik dan data arkeologi dibaca dan dipahami sebagai teks. Implikasi negatif dari arkeologi pasca-prosesual adalah relativisme dan melampaui penjelasan ilmiah, menggantikannya dengan 'naratif' dan 'wacana'.
Hampir  semua perdebatan dan perkembangan ini tidak berdampak apa pun. Warna Catatan Arkeologi sendiri, sebagai suatu disiplin ilmu yang terletak dalam konteks kajian sejarah kuno, bahkan tidak berusaha untuk menginformasikan dirinya sendiri, apalagi terlibat dalam proses refleksif dan perdebatan yang muncul.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H