Namun, umat manusia menghuni dunianya dalam cakrawala waktu: mereka mewarisi tradisi dari masa lalu, berpindah ke masa depan, dan mati. Logika Heidegger adalah jika Wujud hanya terungkap di dunia manusia, dan dunia ini dibentuk oleh temporalitas, maka Wujud  harus bergantung pada waktu. Dan ini berarti Wujud tidak mempunyai arti lain selain temporalitas -- terungkapnya segala sesuatu dalam waktu.
Heidegger mencapai kesimpulan ini dalam Kejadian dan Waktu melalui analisis yang halus dan sangat kuat mengenai kesementaraan nasib manusia dan upaya manusia untuk melepaskan diri darinya. Menurut Heidegger, manusia cenderung tenggelam dalam dunianya dan "lupa"  ia fana, dan karena itu -  dunianya  fana. Dia menuruti keramaian ("mereka") dan omong kosong, membiarkan dirinya asyik dengan kehidupan sehari-hari  hanya untuk menghindari pertanyaan mendasar tentang keberadaannya. Kita adalah makhluk yang tidak autentik: "Setiap orang adalah orang lain, tidak ada seorang pun yang menjadi dirinya sendiri." Namun keasliannya tidak mudah dicapai. Heidegger mengajarkan  hal ini memerlukan suatu orientasi baru, sebuah konfrontasi dengan kefanaan kita, sebuah "keberadaan yang autentik menuju kematian". Artinya mengindahkan panggilan kesadaran, menunjukkan "kepedulian" terhadap manifestasi Wujud. Dan yang terpenting, hal ini membutuhkan "tekad" baru yang berarti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H