Kami  menekankan  sosok Tuhan, menurutnya, merupakan bagian dari kompleks primordial yang selalu ada antara orang tua dan anak dan yang menjadi tempat berdirinya agama. Kritiknya adalah menempatkan agama sebagai sesuatu yang transendental, sementara ia memahaminya sebagai kontrak dan neurosis, ilusi, dll.  Freud mengakui  bagi sebagian orang, penolakan terhadap agama tidak dapat dinilai sebagai hal yang positif. Meskipun ia menganggapnya sebagai neurosis universal dan lelucon yang bertentangan dengan akal, hal itu  dapat menjadi sarana perlindungan terhadap neurosis histeris.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!