Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Rerangka Pemikiran Teori Sastra

26 Agustus 2023   11:18 Diperbarui: 26 Agustus 2023   11:43 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah diagnosa ini, apakah mungkin untuk memprediksi apa yang akan menjadi orientasi kritis teori sastra selanjutnya. Lorenz von Stein (18 November 1815 sd 23 September 1890) berpendapat  masa depan dapat diprediksi, selama seseorang tidak ingin meramalkan hal-hal tertentu. Postulat ini, bukannya sepele atau tidak masuk akal, mengungkapkan cara bertindak yang sering kali dianut oleh peramal, politisi, dan sejarawan.

Dapat ditebak  teori sastra, tanpa mengurangi pluralisme yang berkembang di dalamnya, akan mengambil jalan "kembali" dan "kemajuan" yang usulannya tidak bisa lagi dianggap acuh tak acuh secara ideologis. Jalan "kembali" mengarah pada legitimasi sosiopolitik terhadap teori kritis yang harus melalui relegitimasi budaya dan kanonik terhadap institusi sastra.melalui kembalinya interpretasi sejarah dan "humanistik".

Tugas ini tidak lepas dari kesulitan dan inkonsistensi, karena revisi nilai-nilai sejarah, sosial dan politik sastra menghadapi krisis kronis penjelasan sejarah dan "kesehatan besi" produksi sastra dalam konteks dekanonisasi seorang teknokratis, modernitas multimediadan --bertentangan dengan apa yang terlihat  cenderung "buta huruf".

Jalur "kemajuan" melanjutkan eksplorasi prosedur formal konfigurasi dan interpretasi teks sastra, tanpa mengabaikan analisis klaim ideologis yang terkandung dalam karya teoretis itu sendiri. Namun dari jalur kritik diri yang kedua ini, yang mewakili kemurnian "ideologi teoritis" yang berbahaya, muncullah ketidakberdasaran sebagian dari validitas etika, sosial dan politik yang diberikan pada sastra dan penafsiran budaya-historisnya. Memang benar  ideologi teoretis mempunyai risiko tersendiri.

Mungkin ia bisa menyerah pada negativitas total yang secara ideologis mendelegitimasi segala bentuk wacana (sastra, filosofis, politik) sehingga memperoleh legitimasi formal yang alasan semu utama interpretasi omnikritiknya terhadap setiap manifestasi bahasa.

Namun, teori sastra hanya bisa "berkembang" sepanjang teori tersebut terus memperdalam kesadaran reflektif akan kekuatan kreatif dan batasan formal bahasa, bahkan jika hal ini diikuti dengan pengakuan terhadap aporia dan kerawanan yang dibawa oleh proyek teoretis tersebut. dirinya dan perhatiannya yang cermat terhadap pengertian epistemologis dan ideologis yang mungkin masih dimiliki oleh studi sastra.

Citasi:

  • Sartre: The Origins of a Style, Yale University Press (New Haven, CT), 1961, with new afterword, Columbia University Press (New York, NY), 1984.
  • Marxism and Form: Twentieth-Century Dialectical Theories of Literature, Princeton University Press (Princeton, NJ), 1972.
  • The Prison-House of Language: A Critical Account of Structuralism and Russian Formalism, Princeton University Press (Princeton, NJ), 1972.
  •   Fables of Aggression: Wyndham Lewis, the Modernist as Fascist, University of California Press (Berkeley, CA), 1979.
  • The Political Unconscious: Narrative as a Socially Symbolic Act, Cornell University Press (Ithaca, NY), 1981.
  • Nationalism, Colonialism, and Literature: Modernism and Imperialism, Field Day Theatre Co. (Derry, Northern Ireland), 1988.
  • The Ideologies of Theory: Essays, 1971-1986 (two volumes), University of Minnesota Press (Minneapolis, MN), 1988.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun